Billi PS dalam bukunya Dare to Fail mengangkat sebuah cerita yang sampai sekarang masih saya ingat. Dalam cerita tersebut ada salah seorang pemuda yang memiliki suatu penyakit yang membuatnya tervonis akan mati beberapa bulan ke depan. Lalu sang pemuda tadi berpikir, apa yang bisa ia perbuat sebelum mati?
Kemudian dia mendengar kerajaan membuka lowongan untuk menjadi tentara. Pemuda desa ini berpikir bahwa mungkin inilah kesempatan terbaik baginya untuk mengakhiri hidup. ya. Sangat menyenangkan tentunya mengakhiri hidup sebagai seorang prajurit kerajaan. Ia takkan divonis mati sebagai seorang yang lemah karena menyerah pada penyakitnya. Tapi, ia akan diberi gelar sebagai pahlawan oleh kerajaan. Dan tentunya namanya akan harum di kemudian hari.
Lalu bergabunglah sang pemuda desa ini. Dia kemudian menjadi seorang prajurit kerajaan yang melalui hari – harinya untuk berperang. Yang dipikirkan pemuda ini adalah bagaimana agar ia mati di medan perang. Maka, setiap mulai perang dirinya maju paling depan, dengan harapan ditebas pedang musuh. Sambil terus ia mengayunkan pedangnya, ia selalu memasuki medan yang paling berbahaya dalam pertempuran. Harapannya satu, yaitu segera menjemput ajalnya di medan pertempuran.
Tapi, takdir berkehendak lain. Kematian tak juga menghampiri. Bahkan, sang Panglima kerajaan melihat seorang pemuda ini sebagai pemuda yang gagah berani. Lalu, diusulkanlah oleh panglima perang agar sang pemuda ini diangkat menjadi panglima karena keberaniannya.
Sang pemuda inipun menghadap ke istana. Ia dipanggil oleh sang raja untuk mendapatkan gelar sebagai panglima. Tapi, sang pemuda ini menolak. Dia menyatakan bahwa dirinya tidak layak menjadi panglima. Ketika raja bertanya alasannya, maka sang pemuda menjawab bahwa dirinya dalam beberapa bulan lagi akan mati terserang penyakitnya.
Rajapun berkata,”tenanglah. Orang sehebat kamu tak boleh mati. Kamu harus tetap hidup!” Lalu rajapun memerintahkan seluruh tabib kerajaan untuk berkumpul, membicarakan mengenai penyakit pemuda tadi.
Setelah beberapa pekan, para tabib berhasil menyembuhkan penyakit sang pemuda. Sungguh luar biasa. Sang raja dan seluruh warga kerajaan sangat bergembira atas suksesnya para tabib menyembuhkan penyakit pemuda desa tadi. Maka, diangkatlah sang pemuda menjadi seorang panglima kerajaan.
Lalu, mulailah pemuda desa memimpin pasukan kerajaan untuk berperang. Tapi, kini ia tak segagah dulu. Bahkan jauh. Kini dirinya tidak lagi memburu kematian, justru menghindarinya. Buat apa dia berperang, toh nanti malah mati di medan perang. Padahal, kini posisinya kan sebagai panglima dimana ia bisa mendapatkan fasilitas yang mewah dari kerajaan.
Selanjutnya, kekalahan demi kekalahan pun mampir dalam setiap peperangan. Pemuda desa tadi pun kemudian dipecat dari panglima kerajaan. Dia dianggap gagal. (agushari)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H