Mohon tunggu...
Agus Gunawan
Agus Gunawan Mohon Tunggu... Desainer - Universitas Muhammadiyah Jakarta

Selalu bersyukur dalam keadaan apapun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nenek Nani, Hidup Sebatangkara di Tengah Pemakaman

10 Januari 2022   00:06 Diperbarui: 10 Januari 2022   01:09 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kesokan harinya pukul 12.20 WIB saya berangkat menuju lokasi yang dibarengi oleh mang Didin, setiba disana ada seorang pemuda sedang membawa kayu bakar, rambutnya panjang digulung bagaikan seorang musisi/pemain music pada umumnya.

Saya bertegur sapa sambil mengenalkan diri, dan ternyata beliau adalah bang Nana yang kemaren diceritakan oleh si nene, "oh ini toh bang Nana yang selama ini membantu kebutuhan si nene."

Kita bertiga duduk diteras dan menanyakan kabar si nene, nene kular dari rumahnya, dan kita 3 mulai asik mendengarkan bagaimana awal mula kisah si nene dan Bang Nana, ternyata bang Nana ini adalah tetangga dekatnya orang yang telah menjualkan tanah nya kepada pesantren Bunyan yaitu Hj Nisin.

Berawal dari situ kita semakin terbuka dan saling percaya karena sama-sama kenal kepada Hj Nisin.

Bang Nana menceritakan proses awal bagaimana ia peduli kepada si nene Nani ini, ia sangat kenal betul kepada si nene selagi usianya menginjak 12th dulu. Belum sempat memiliki sikap peduli kepada si nene, karena usia yang masih terbilang biasa biasa saja.

Diusianya yang sudah dewasa bang nana tersadar ketika si nene lari kearahnya dan berteriak : "aduh di gusur dah saung gua." Bang Nana langsung melirik, ini nene yang sering lewat depan rumah dulu, kasian betul saungnya digusur, disaat bang Nana mengantar si nene ini, ia melihat betapa iba nya hati bang Nana melihat kondisi rumahnya, "cerita ini sempat disampaikan oleh nene diawal pertemuan kami," bang Nana mulai memperbaiki saung nya, beberapa kali ia ganti plastic yang bocor itu, sampai -- sampai ia bertekad nene ini harus punya rumah disini.

ia mulai meramaikan dimedsosnya serta mengajukan beberapa persyaratan kedesa agar si nene bisa terlindung dari panas dan hujan.

_Alhamdulilllah alakulli hal_, disetiap harinya ada yang tersentuh dan tergerakan hatinya ada saja yang siap membantu untuk merenovasi rumahnya, kali ini rumah si nene dibuatkan dari bahan dasar triplek, bukan plastic lagi, dapur yang terpisah dari bahan seng dan kamar mandi. Semua Alhamdulillah sangat bersyukur kini aman bagi si nene, ujar Bang Nana.

Saya sempat guyon kepada si nene ; " ne, emang ga pernah ketemu tuh sama hantu dan dedemit lainya?" si nene bilang ; " sudah sering, tapi yaa biasa saja, biarkan saja mungkin ingin ikut berteduh juga." Sambil ketawa bareng.

Dari pertemuan singkat ini menjadi awal bagi saya dan saya mendapatkan pelajaran berharga, betapa kurang bersyukurnya kita selama ini, Nenek Nani hidup sendiri bermodalkan mulung botol plastik demi sesuap nasi, ia bertahan hidup dirumah yang beratapkan plastik pula dan tinggal ditengah-tengah pemakaman.

Di akhir pertemuan saya menyerahkan bingkisan paket sembako kepada si nene dan sempat berpoto dulu agar ada momen berharga dan ada cerita kepada yang lainnya, bahwasanya saya ingin selalu melayani umat melalui *Bersatu Menebar Kebaikan*. Semoga semua kebaikan itu menjadi amal bagi kita semua. Aamiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun