Salam.
Tahun 2012 adalah tahun kabisat. Tahun dimana jumlah hari dalam satu tahun adalah 366, alih-alih 365. Dimanakah “Sang Penyusup” hasil dari pembulatan seperempat hari itu berada? Tentunya dia bersembunyi di Februari. Namanya juga bersembunyi, tentu tidak sering-sering dia menampakkan diri. 29 Februari, adalah hari yang terkucilkan, hari yang misterius, hari yang langka.
Tanggal 29 Februari 2012, di sebuah kota bernama Manama, di sebuah negara Timur Tengah bernama Bahrain. Di sebuah stadion ukuran tanggung dengan sedikit penonton, ada 11 pasang manusia sedang berduel. Membawa nama negara, bertarung demi harga diri. 11 insan masih punya kesempatan ke pentas dunia, 11 insan yang satunya sudah tidak punya peluang apa-apa.
Jarang-jarang Garuda kalah 10 – kosong. Jarang-jarang pula tanggal 29 Februari menemui kita.
Semoga saja ada “Grand Design” dari semua ini. Bahwa selanjutnya kekalahan akan menjadi hal yang langka bagi kita. Bahwa keterpurukan akan menjadi sesuatu yang terkucilkan. Bahwa kehina-dinaan adalah sesuatu yang misterius. Cara yang tak terduga untuk belajar lagi. Sebuah “tamparan sayang” untuk memulai kembali. Bukan hanya di dunia sepak bola, tapi juga bagi seluruh sisi kehidupan kita.
Ada yang bilang, “Semua hal butuh momentum”. Alfred Pennyworth si abdi setia pernah berkata kepada tuannya, Bruce Wayne: ”Why do we fall, sir? So that we might better learn to pick ourselves up.”. Buat apa kita terjatuh? Agar kita bisa berdiri dan bangkit lagi.
*****
Apa kabar, hai 29 Februari?
Setidaknya kita tidak akan bertemu dalam waktu dekat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H