ONTOLOGI ILMU
Pengetahuan terhadap suatu realitas yang terakumulasi menurut karakteristik dan juga konsep-konsep yang relevan satu sama lain akan menghasilkan sebuah ilmu pengetahuan bidang. Oleh karena itulah setiap ilmu umumnya terkategorisasi menurut objek kajian masing-masing. Kajian mengenai objek-objek bidang ilmu dipelajari dalam ontologi. Secara umum ontologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat sebuah eksistensi, baik itu bersifat konkret maupun abstrak (Moon & Blackman, 2014).
Suatu eksistensi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari akal pikiran manusia. Pikiran manusia akan menghasilkan apa yang disebut sebagai pengetahuan, ketika akal atau pikiran rasional bertemu dengan segala sesuatu yang disebut eksistensi melalui proses penginderaan. Berdasarkan hal tersebut, disimpulkan bahwa sebuah eksistensi merupakan bagian daripada ilmu, dimana hakikat dari eksistensi diselidiki melalui ontologi untuk diketahui konstruksi nya terhadap suatu bidang ilmu pengetahuan.
Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya bahwa ontologi merupakan ilmu yang mempelajari eksistensi. Eksistensi dalam hal ini adalah 'sesuatu yang ada', yang mana sesuatu yang ada tersebut merupakan sebuah kenyataan atau realitas baik itu yang jasmani maupun rohani (Bakhtiar, 2012). Ontologi itu sendiri berfokus pada kajian mengenai sifat dan struktur dari sebuah realitas, yang mana terlepas dari pertimbangan prospektif (apakah realitas tersebut masih akan tetap ada) serta terlepas dari keberadaan yang sebenarnya dari eksistensi tersebut (Guarino & Oberle, 2009).
Dalam hal ini keberadaan suatu realitas dalam struktur ilmu pengetahuan adalah mengenai sifat-sifat realitas dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Secara sederhana, ontologi mencoba untuk menjawab pertanyaan berkaitan dengan ilmu pengetahuan, yaitu 'apa yang diketahui dari sebuah ilmu pengetahuan?'. Berdasarkan pertanyaan tersebut, jawaban yang dihasilkan adalah berupa objek. Kata tanya 'apa' merujuk pada suatu realitas dan keberadaan dari suatu entitas. Seperti contoh 'apa yang sedang kamu makan?' jawabannya 'nasi' misal. 'Apa yang sedang kamu pelajari?' Jawabannya 'geografi' misal. 'Nasi' dan 'Geografi' adalah sebuah realitas. Dimana 'nasi' diwujudkan oleh suatu benda yang disebut sebagai nasi secara konkret. Sedangkan jawaban 'geografi' diwujudkan dalam bentuk abstraksi dari suatu konsep dalam pengetahuan.
Apabila dikaitkan dengan ilmu pengetahuan, maka ontologi mencoba untuk untuk menjawab 'apa yang diketahui' atau 'apa yang ingin diketahui' dari sebuah ilmu pengetahuan. Ontologi berusaha menemukan sifat, struktur, dan sifat dari suatu realitas, dimana metode atau cara penyelidikannya dilakukan oleh epistemologi. Setiap ilmu pengetahuan umumnya memiliki ciri khas nya masing yang dapat membedakan satu ilmu pengetahuan dengan ilmu pengetahuan yang lainnya.
Oleh karena itu, dalam ontologi juga memberikan definisi definisi khusus mengenai suatu realitas, yang mana tujuannya adalah untuk mengkategorikan masing-masing realitas menurut sifat nya masing-masing (Suaedi, 2016). Sifat dari masing-masing realitas inilah yang selanjutnya menjadi fokus utama kajian dalam suatu bidang ilmu. Suatu realitas berkembang menjadi konsep-konsep keilmuan baik abstrak maupun konkret. Baik konsep abstrak maupun konkret keduanya merupakan bagian dari suatu konsep keilmuan bidang apabila telah rekategorisasi menunjukkan sifat-sifat yang sama. Konsep-konsep inilah yang secara khusus dikaji oleh ontologi. Konsep-konsep yang telah terkategorisasi secara definitif inilah yang memuat identitas, yang mana apabila dilabel dalam suatu kajian bidang ilmu maka hal tersebut akan menunjukkan ciri yang khas dari masing-masing bidang ilmu.
Sebagai ilustrasi ontologi pada bidang keilmuan geografi, objek kajian geografi adalah bumi dan segala isinya. Realitas yang disebut sebagai 'bumi dan segala isinya' masih mengandung definisi yang cukup kompleks dan luas. Oleh karena itu ontologi berusaha untuk menjabarkan kembali konsep yang masih kompleks tersebut menjadi suatu atribut khusus mengenai 'bumi dan segala isinya'. Atribut tersebut masih menjadi bagian dari suatu entitas, hanya saja dijabarkan secara terperinci untuk mengetahui bagaimana struktur dan sifat-sifat seperti apa yang membangun suatu entitas 'bumi dan segala isinya tersebut'. Atribut yang membangun entitas 'bumi dan segala isinya' tersebut diantaranya, 'sungai', 'gunung', 'bukit', 'tumbuhan', 'hewan', 'manusia', 'lokasi', 'wilayah', dan sebagainya. Konsep-konsep tersebutlah yang membangun bidang keilmuan geografi, yang mana pengetahuan terhadap konsep-konsep tersebut akan membawa seseorang untuk memahami dan menguasai keilmuan geografi sehingga dapat disebut sebagai seorang geograf.
Penyelidikan entitas dalam ontologi tidak dapat dipisahkan dari epistemologi. Dimana ontologi berusaha menyelidiki sifat-sifat dari sebuah entitas, sedangkan epistemologi menjelaskan bagaimana proses penyelidikan berjalan sehingga pengetahuan mengenai suatu entitas didapatkan (Ejnavarzala, 2019).
AKSIOLOGI ILMU
Ilmu pengetahuan sejatinya muncul karena respon manusia terhadap kondisi di sekitarnya. Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan sebelumnya bahwa sumber dari pengetahuan adalah akal atau rasional, dan juga empiris (Suaedi, 2016). Namun dalam perkembangan ilmu pengetahuan, cukup banyak konsep-konsep ilmu pengetahuan yang bersinggungan langsung dengan etika-etika yang berkembang di kehidupan sosial. Etika itu sendiri sebenarnya merupakan hasil akal budi pikiran manusia dalam merefleksikan apa yang dilihatnya dengan apa yang dialami nya (Dewantara, 2017).