Sesuatu hal yang lumrah buat sebuah jalan yang selalu dipenuhi dengan suara bising dan debu yang berterbangan dari asap knalpot kendaraan yang berlalu lalang setiap harinya, terutama jalan raya yang lokasinya berada di tengah pusat kota yang yang rata-rata "mungkin yang sudah" dilengkapi dengan trotoar "yang layak"khusus para pejalan kaki.
Tapi ya... hal yang seperti ini mungkin sedikit sekali atau bahkan belum berlaku untuk di beberapa titik kota palembang yang notabene saat ini sedang giat-giatnya memperbaiki segala macam fasilitas dan infrastruktur pendukung menjelang perhelatan akbar Asean Games Palembang-Jakarta tahun 2018 ini, yang bisa saja kebutuhan yang seperti ini belum terpenuhi dengan berbagai alasan yang ujung-ujungnya ya.. tetap masalah skala prioritas, lokasi, anggaran dan lain sebagainya.
Secara kasat mata jalan yang biasa saya lalui saat saya berangkat dan pulang kerja itu adalah jalan yang sama, saat saya masih mengecap pendidikan di bangku salah satu SMA Negeri yang tidak jauh dari pusat kota palembang tersebut dan sebagian kondisinya masih tetap sama tanpa ada sedikit trotoar pejalan kaki di kanan kiri jalannya. Jalannya memang yang tidak terlalu besar namun di sekitar area jalan tersebut sudah menjamur beberapa komplek perumahan, ruko, sekolah hingga beberapa pabrik atau industri kecil lainnnya yang lokasinya tepat berada di sekitar jalan tersebut dan sudah sangat membutuhkan sedikit area khusus yang layak buat para pejalan kaki.
Walaupun hanya jalan kecil tapi yang jelas jalan ini banyak dilalui oleh bermacam jenis kendaraan dari kendaraan roda dua hingga kendaraan dengan tonase sangat besar dari dan menuju kota palembang - tanjung api api yang  lalu lintasnya sudah cukup padat dan lumayan memakan ruas badan jalan sehingga buat para pejalan kaki harus berekstra hati-hati dalam berjalan  sambil menahan bisingnya suara klakson kendaaran yang berdengung di telinganya saat berjalan di tengah macetnya jalan dan akhirnya mereka tetap terpinggirkan dan harus selalu mengalah kepada sang penguasa jalanan yang beroda.
Dengan belum maksimalnya kualitas dan fungsi saluran pembuangan air yang ada, masih menimbulkan genangan air yang terkadang sampai memenuhi ruas kanan dan kiri badan jalan, hal ini semakin membuat pejalan kaki tidak merasa nyaman dan tersiksa. Sering kali pejalan kaki harus menghindar atau bahkan harus tetap berjibaku di tengah macetnya jalan pada saat musim hujan. Sebagai pengalaman pribadi sih untuk saya lumayan sering juga kalau motor sampai sempat terendam air setinggi 25-35 cm di tengah kemacetan jalan dan guyuran hujan deras di jalan yang biasa saya lalui ini .
Harapan semua para pejalan kaki saya rasa sederhana kok, walaupun hanya trotoar kecil yang lebarnya sekitar 100-150 cm dan layak jalan buat mereka mungkin adalah sebuah anugerah yang luar biasa yang saat ini sangat dibutuhkan khususnya para pejalan kaki yang banyak melakukan aktivitas harian dari berangkat ke sekolah hingga sekedar belanja kebutuhan rumah tangga ke warung ataupun mini market, tanpa harus menambah lagi parahnya polusi udara dari asap knalpot dan menambah kemacetan  dengan jumlah volume kendaraan pribadi dan ojol (ojek online) yang kian hari semakin membuat jalan itu semakin ramai, padat dan sudah tidak ramah lagi buat sepasang kaki kami, para pejalan kaki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H