Diskusi di Mataram (part I)
"Sajak palsu ku persembahkan untukmusaudara para pejuang palsu”…“Selamat pagi, Pak. Selamat pagi, Bu”, ucap anaksekolah dengan sapaan palsu. Lalu mereka pun belajar sejarah palsu dari buku-buku palsu. Di akhir sekolah merekaterperangah melihat hamparan nilai mereka yang palsu. Karena tak cukup nilai,maka berdatanganlah mereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guru untuk menyerahkanamplop yang berisi perhatian dan rasa hormat palsu.
Sambil tersipu palsu danmembuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak guru dan ibu guru terima jugaamplop itu sambil berjanji palsu untuk merubah nilai-nilai palsu dengannilai-nilai palsu yang baru. Masa sekolah demi masa sekolah berlalu, merekapunlahir sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu, ahli pertanian palsu,insinyur palsu, sebagian menjadi guru, ilmuan, dan seniman palsu.
Dengan gairahtinggi mereka menghambur ke tengah pembangunan palsu, dengan ekonomi palsu,sebagai panglima palsu, mereka saksikan ramainya perniagaan palsu dengan ekspordan impor palsu, yang mengirim dan mendatangkan berbagai barang kelontongkualitas palsu. Dan Bank-Bank palsu dengan giat menawarkan bonus dan hadiah-hadiah palsu tapi diam-diam meminjam juga pinjaman dengan ijin dan surat palsukepada Bank negeri yang dijaga pejabat-pejabat palsu. Masyarakatpun berniagadengan uang palsu yang dijamin devisa palsu. Maka uang-uang asing menggertakdengan kurs palsu, sehingga semua blingsatan dan terperosok krisis yangmeruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam nasib buruk palsu. Lalu orang-orangpalsu meneriakkan kegembiraan palsu, mendebatkan gagasan-gagasan palsu, di tengahseminar dan dialog-dialog palsu, menyambut tibanya demokrasi palsu yangberkibar-kibar begitu nyaring dan palsu.”
Habib : Begitu kira-kirakutipan lirik sajak yang dibuat oleh seorang dosen di salah satu perguruantinggi (IKIP Bandung yakni Agus R.Sarjono).
Agus : Luar biasa bang…!,sepertinya abang cukup concern pada pendidikan..?
Habib : Sangat miris jika harus melihat kembali keadaan yang sedang menimpa Negaradan bangsa kita saat ini. Lagi-lagi lembaga pendidikan dihadapkan padapersoalan pembentukan karakter dalam proses pembelajarannya. Salah satu fokusyang jarang muncul ke permukaan adalah konsep-konsep karakter yang harusdibangun dalam sistem dan prinsip-prinsip ekonomi yang seharusnya.
Agus : Maksudnya?
Habib :Dalam institusipendidikan, baik formal atau nonformal mungkin belum memberikan dampak yangsignifikan terhadap prinsip-prinsip pengetahuan yang hilang dalam pembelajaranekonomi yang berlangsung di sekolah. Bahkan lembaga ini sedikit tergeser kearah yang sama dan berlawanan dengan prinsip-prinsip dan tujuan institusi yangseharusnya.
Agus : Saya masih belum mengerti bang Habib..!