Mohon tunggu...
Agus Adi Barbara
Agus Adi Barbara Mohon Tunggu... -

Hidup adalah pilihan, pilihlah dengan benar

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Taktik Canggih Puan Maharani Melaksanakan Perintah Revolusi Mental Soekarno

31 Januari 2017   14:26 Diperbarui: 31 Januari 2017   15:55 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: jaringnews.com

“... dalam kehidupan sehari-hari, praktik revolusi mental adalah menjadi manusia yang berintegritas, mau bekerja keras, dan mempunyai semangat gotong royong”.

“... revolusi mental adalah suatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala”.

Itulah gagasan revolusi mental yang pertama kalinya “dinyalakan”oleh Soekarno pada peringatan hari kemerdekaan, tepatnya 17 Agustus 1965.

Satu hal yang ditekankan oleh Soekarno dalam konteksrevolusi mental yaitu keniscayaan membangun jiwa bangsa, karena dengannya Indonesia akan kembali mempunyai citra diri, karakter, dan kepribadian sebagai sebuah bangsa besar dengan segala bentuk kemajemukannya. Gagasan revolusimental, bukanlah gagasan tingkat “dewa” yang tak membumi. Artinya, ia justru bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk perilaku yang paling sederhana. Semangat gotong royong, bekerja keras, sekaligus mempunyai integritas adalah nilai-nilai revolusi mental yang paling mendasar. Internalisasi revolusi mental, memungkinkan bangsa ini bangkit dan maju mengejar ketertinggalan.

Sebagai sebuah konsep besar, maka revolusi mental tidak terbatasi dengan sekat-sekat tertentu karena ia bisa menjelma perilaku seperti, dan sekecil, apapun. Sehingga, yang terjadi kemudian adalah kerinduan untuk kembali pada “yang asal”; rindu pada sesuatu yang lokal. Kembali pada sesuatu yang asal dan lokal (local wisdom) merupakan satu diantara banyak cara menerapkan revolusi mental. Artinya, memerhatikan lagi segala sesuatu yang lokal, adalah bagian tak terpisahkan dari momentum revolusi mental.

Itulah yang bisa kita lihat dari Puan Maharani, yang secara resmi, melalui Inpres Nomor 12 tahun 2016, didaulat Presiden Jokowi untuk mengawal Gerakan Nasional Revolusi Mental. Sebagai bagian dari proses untuk menyukseskan revolusi mental, Puan mengatakan pentingnya menghargai segala karya yang lahir dari rahim Indonesia; batik dan kebaya diantaranya.

Sehingga, Puan, dalam sebuah acara Cipta dan Alun Budayadengan tema “Perempuan dan Canting” (25/01/2017), menekankan pentingnya menjadikan batik sebagai identitas nasional karena “batik itu milik kita, batik itu milik Indonesia, keunikannya tidak dimiliki oleh bangsa lain”, begitu tegasnya.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Rasa bangga terhadap batik adalah rasa bangga terhadap produksi yang lahir dari tangan-tangan kreatif anak bangsa, yang pada akhirnya, bukan hanya melestarikan budaya dan memperkuat jati diri bangsa, tapi juga akan ikut menyejahterakan kehidupan bangsa Indonesia. Pada skala tertentu, kebanggaan itu akan turut menyumbang kesadaran kita terhadap konsep revolusi mental, yaitu mendukung, menghargai, dan turut bangga serta mengapresiasi kearifan lokal yang dimiliki bangsa kita.

Apalagi dengan kreasi tiada henti, batik kini mulai dicintai oleh kalangan muda karena mulai beradaptasi dengan selera mereka dengan tanpa menghilangkan kebatikannya. Tidak hanya baju, batik juga mulai dijadikan motif alat-alat kebutuhan rumah tangga, interior dan ornamen di rumahdan hotel serta gedung-gedung, dan lain sebagainya.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Tidak hanya itu, Puan juga menekankan pentingnya pakaian kebaya untuk terus dilestarikan sebagai akar budaya bangsa. “Kebaya adalah ikon budaya wanita Indonesia yang mengayomi”, begitu kata Puan Maharani saat membuka Fashion Show Pesona Kebaya Nusantara (7/12/2016). Karena Kebaya dan ibu melambangkan wanita Indonesia yang kuat, teguh, dan lembut.

Menurut Puan, kebaya yang tadinya pakaian tradisional oleh Bung Karno dijadikan sebagai pakaian nasional dan wajib dipakai pada setiap acara kenegaraan. Rupanya itu menjadi adat yang terinternalisasi sampai sekarang, dimana setiap ibu negara biasanya akan selalu menggunakan kebaya sebagai pakaian kebanggaan sekaligus kebangsaan. Itulah nilai penting yang ingin disampaikan oleh Puan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun