JEPARA, Magang Unisnu -- Akibat konflik global yang tidak kunjung mereda, usaha meubel di Jepara ikut merasakan dampaknya.
Mayoritas masyarakat Jepara menggantungkan hidupnya pada sektor olahan kayu. Mulai dari kelas rumahan hingga sekelas pablik banyak dijumpai di Jepara.
Daerah dengan sebutan kota ukir ini banyak mengekspor meubel ke berbagai Negara. Kini, akibat konflik yang berkepanjangan siklus penjualan meubel tengah meredup.
Seperti Rusdi (56) seorang pedagang sate keliling ikut merasakan dampaknya. Kini, ia harus siap berjaga sampai subuh hari agar daganganya bisa habis terjual.
"Sekarang jualanya bisa sampai subuh mas, orang lagi sepi banget ini" Ujar Pak rus
Rusdi melanjutkan, Akibat meubel tengah sepi, jam malam sekarang sepi tidak ada orang lembur kerja.
"Karyawan kini banyak liburnya mas, seminggu paling dua sampai empat hari kerja" Ungkap Haris, Pengusaha meubel.
Haris menambahkan, Baik pasar mancanegara dan pasar lokal penjualan meubel sekarang tengah menurun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H