Mohon tunggu...
Agus Amanda
Agus Amanda Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bandung Timur dan Kisah Gerbang Tol di Km 149

9 Juni 2017   15:35 Diperbarui: 9 Juni 2017   15:49 2239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang selama saya dan banyak kawan-kawan keluhkan tentang kemacetan dan kepadatan lalu lintas di area Bandung Timur mulai dari Cileunyi sampai Buah Batu di ruas jalan Soekarno Hatta ternyata bukan hanya dikeluhkan oleh kami selaku pengguna jalan yang hanya sekedar lewat untuk pergi ke tempat kerja dan berangkat sekolah. Keluhan itu juga ternyata menjadi miliki banyak warga masyarakat yang tinggal diruas jalan tersebut seperti bisa dilihat disini dan disini juga. 

Beberapa kelompok dan forum warga bahkan telah berani memasang beberapa spanduk dukungan untuk mengalihkan sebagian beban kendaraan dengan membuka kembali gerbang tol Gede Bage. Spanduk-spanduk tersebut merupakan reaksi spontan banyak warga masyarakat yang mulai kehilangan kesabarannya akibat belum jelasnya tindakan pihak terkait untuk membereskan persoalan kemacetan di area Bandung Timur yang semakin parah. Mereka (warga masyarakat) melihat pembukaan kembali gerbang tol Gede Bage sebagai salah satu solusi yang sepatutnya di coba untuk mengurai kemacetan yang mejadi santapan rutin pengguna  ruas jalan Soekarno Hatta.

Saya merasa, (dengan rasa geer yang tinggi) artikel saya tempo hari di kompasiana lah yang pertama kali menyuarakan kejengkelan atas kondisi tidak mengenakan yang harus diterima oleh warga Bandung Timur akibat kemacetan yang semakin parah, tidak pernah 'nyadar' bahwa ada gerbang tol Padalunyi di Gede Bage yang seharusnya bisa dibuka kembali untuk membagi beban kendaraan dari arah Cileunyi menuju Buah Batu atau sebaliknya. Padahal pembukaan gerbang Tol gede Bage bisa juga mengurangi kendaraan dari Arah Cibiru ke Bandung yang melewati ruas jalan AH Nasution via Cicaheum dan sebaliknya.

Entah siapa yang haru disalahkan kenapa gerbang Tol Gede Bage (KM 149) belum bisa dibuka kembali, entah pihak Jasa Marga, entah Kementrian PU. Padahal pada penyelenggaraan PON 2016 yang lalu, gerbang tol ini sudah mulai dipergunakan walau terbatas. kini hanya dibutuhkan sedikit sentuhan, sedikit waktu dan sedikit biaya agar gerbang tol Gede Bage ini layak di pergunakan secara maksimal. Tetapi 

Secara pribadi saya menyayangkan kenapa pihak Jasa Marga sampai hari ini tidak secara serius menawarkan salah satu pintu masuk alternatif diluar gerbang tol Pasteur dan Buah Batu di sisi timur tol Padaleunyi. Terlebih rencana pengembangan tata ruang Kota Bandung yang akan bergeser ke arah Timur ke depannya.

Saya pikir beberapa pertimbangan diatas, aksi pemasangan spanduk secara spontan oleh  kelompok-kelompok warga dan kepedihan saya dapat menjadi pertimbangan yang di respon secepatnya oleh pihak terkait agar ada solusi yang segera dan sederhana untuk mengatasi semuanya. Membuka gerbang tol Gede Bage.

Bagi kami warga Bandung Timur, pembukaan gerbang tol Gede Bage bisa memperlancar mobilitas kami di pagi dan senja hari dan mempercepat perjalanan kami agar sampai di tujuan agar waktu kami tidak habis dijalan. Agar waktu kami lebih banyak dipergunakan di kantor dan dirumah sambil memeluk keluarga tersayang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun