Â
Tahapan terakhir dari rangkaian modul Program Guru Penggerak memasuki masa paripurna,pandangan baru,pengetahuan,ketrampilan,dan sikap-sikap yang telah dikembangkan dalam proses belajar selama ini baik melalui LMS,pendampingan individu,lokakarya dan kolaborasi teman PGP telah memberikan bekal bagi CGP memulai aksi perubahan dengan program atau kegiatan sekolah yang berdampak pada murid.
Perubahan tidaklah harus yang bombastis melainkan adanya perubahan yang positif sekecil apapun melalui langkah-langkah kecil yang kita dapat lakukan dalam lingkungan sekolah secara langsung yang berdampak dan terasa oleh seluruh komunitas sekolah berimbas mampu memberikan inspirasi bagi Ekosistem sekolah untuk tergerak,bergerak bersama-sama saling berkolaborasi,gotong royong yang solid sesuai kemampuan pengoptimalan aset yang dimiliki bersama murid dengan suara,pilihan,dan kepemilikan murid pengelolaan program sekolah akan berjalan dengan baik dan mempunyai dampak yang luas bagi murid untuk mencapai kebahagiaan ,kesejahteraan ( Well-Being ) murid yang optimal sebuah keadaan emosional yang berkelanjutan yang dicirikan dengan suasana hati dan sikap yang positif,hubungan  positif dengan murid,guru,daya lenting atau ketangguhan pengoptimalan kekuatan diri,serta tingkat kepuasan yang tinggi terhadap pengalaman belajar mereka disekolah ( Nobie et al.2008 ).
Hal ini selaras dengan  pandangan Ki HajarDewantara : Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat.
A.Peristiwa ( Fact )
1.Latar belakang aksi Nyata ini :
Latar belakang program ekstrakurikuler "Sahabat Sampah " . Melihat dan mempertimbangkan masukan dari komunitas sekolah dan juga suara murid yang menginginkan perubahan positif,maka sekolah membuat program atau kegiatan yang menginisiasi suara murid,pilihan murid,dan juga kepemilikan murid tentang perubahan sekolah yang banyak sampah sebagai momok ekosistem sekolah menjadi sahabat bagi  warga sekolah dengan program yang dirancang dan dijalankan warga sekolah khususnya murid karena kepemilikan program ini ada ditangan murid.
Sekolah mempromosikan lingkungan yang kurang tertata karena banyak sampah kepada murid dengan cara melibatkan murid berdiskusi,mendengar aspirasi, pendapat murid bagaimana sebaiknya mengelola sampah ,murid diberikan pilihan bagaimana cara mengelola kebersihan lingkungan sekolah,murid merasa memiliki atas kepemilikan kebersihan dan pengeloaan sampah sekolah sehingga guru hanya memberikan fasilitas dan bimbingan kepada murid. Murid dibimbing meminimalkan sampah dengan cara membawa wadah jajan sendiri,menggunakan kembali barang yang ada contohnya menggunakan tumbler minum, menggunakan alternatif lain misalkan pengganti tisu dengan memakai sapu tangan,mendaur ulang sampah,misalkan sampah daun diolah menjadi kompos.
2. Alasan mengapa melakukan Aksi Nyata ekstrakulikuler ini :