Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... pegawai negeri -

a freelance photographer.., interesting everything about jurnalism, art and technology.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Cara Mudah Mengatasi Percaloan Tiket di Kereta Api

22 Juli 2012   08:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:44 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Sudah lumrah dan menjadi budaya di negeri ini bahwa setiap hari raya itu identik dengan tradisi ‘mudik’ atau pulang kampung. Sebuah tradisi yang berbau ritual yang khas, dan tidak banyak terjadi di negara manapun. Ya, itulah Indonesia. Sebuah ritual yang harus terus dijaga dan dilestarikan, karena selain tetap menjaga silaturahmi dengan keluarga nan jauh disana, juga mendorong pertumbuhan ekonomi terutama di sektor transportasi dan daerah tujuan mudik diuntungkan dengan para pemudik yang ‘kembali’ ke daerahnya masing-masing membawa uang untuk dibelanjakan di daerahnya. Sungguh sebuah kegiatan yang mempunyai makna spiritual dan sedikit banyak mampu menggerakkan sektor ekonomi, walaupun dari segi negatifnya pasti ada, yaitu masalah urbanisasi. Tapi seiring dengan otonomi daerah yang terus digalakkan, tingkat urbanisasi ke Ibu kota lambat laun menurun.

Dan menjelang ritual mudik tahunan pula, biasanya kita selalu disajikan dengan berita di media massa mengenai praktik percaloan, baik itu di stasiun, terminal maupun di pelabuhan. Mungkin sudah lumrah, adanya budaya ‘mudik’ pasti selalu disertai dengan budaya ‘ngantri di loket’ dan budaya ‘percaloan’. Sebuah realita yang mau tidak mau harus kita lihat. Mungkin dengan moda transportasi udara saja yang lebih tertib dari moda darat dan laut. Belum menjadi budaya di negeri ini, jikalau harus menggunakan transaksi non tunai untuk berbagai keperluan. Bahkan kita kalah dengan negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura dan Thailand. Banyak hal yang menyebabkan kita tertinggal, baik itu dari regulasi pemerintah, maupun dari kesadaran warga masyarakat yang belum terbiasa menggunakan pembayaran non tunai. Padahal, manfaat nya sangat luar biasa dan sangat efisien jika kita menggunakannya. Teringat beberapa waktu lalu Meneg BUMN Dahlan Iksan ‘menyentil’ Dirut Bank Mandiri untuk lebih agresif lagi pemasaran E-Toll Card, bahkan kalau perlu Dirut Bank Mandiri disuruh berjualan langsung di depan pintu tol. Sangking gerahnya Pak Menteri melihat lambatnya penyerapan program E-Toll Card. Itu adalah salah satu contoh kecil pemanfaatan teknologi non tunai untuk keperluan transportasi. Lalu apa bisa model seperti itu diterapkan di dalam sistim antrian dan pembelian tiket kereta api ? kenapa tidak ??

Saya berangan-angan begini. Saya seolah-olah mudik dengan menggunakan kartu pintar katakanlah sebut saja, E-Train Card. Saya berangkat dari rumah akan mudik menuju solo. Saya naik taksi dari rumah, kemudian setelah sampai di stasiun saya langsung berpamitan kepada keluarga saya yang mengantar, karena setelah sampai di peron tidak diperkenankan bagi orang yang tidak memegang tiket. Setelah itu saya langsung menuju konter loket yang jumlahnya sangat banyak, kira-kira 20 mesin loket. Tidak ada petugas loket, yang ada hanya petugas pemeriksa loket setelah saya membeli tiket melalui mesin otomatis tersebut. Saya tidak khawatir dengan saldo di E-Train Card saya, karena sudah saya isi ulang beberapa hari lalu di mini market yang banyak bertebaran di kota saya. Sekarang saya sudah berada di depan mesin otomatis tersebut dan langsung memilih kota tujuan saya dengan jari saya, karena mesin itu menggunakan teknologi layar sentuh, setelah tertera jumlah uang yang harus dibayar, saya langsung menempelkan kartu E-Train Card saya dan langung tercetak tiket sesuai dengan pesanan, tidak sampai 2 menit saya langsung menuju gerbang pemeriksaan di peron untuk menunjukan tiket kepada petugas, tiket saya diperiksa dan langsung dipersilahkan masuk kedalam peron. Suasana peron cukup nyaman, tidak ada pedadang kaki lima, tidak ada oknum-oknum calo yang mencari mangsa, yang ada hanya petugas stasiun yang berjaga-jaga. Suasana peron cukup nyaman, tersedia layar LCD besar yang menginformasikan kedatangan kereta, disertai sesekali pengeras suara mengenai jadwal dan nama kereta yang akan lewat. Tak berselang lama, kereta datang dan saya naik kereta sampai kota tujuan.

Hehe.., mungkin itu tadi saya sedang bermimpi. Atau mungkin juga saya sedang naik kereta api di kota Yokohama atau dikota-kota modern di dunia, atau apalah namanya. Yang jelas, saya belum pernah merasakan suasana seperti itu. Saya hanya berangan-angan dan bermimpi, karena bermimpi itu adalah sumber inspirasi dan kemajuan, dengan bermimpi kita yakin bisa maju.

Tapi menurut saya, ditinjau dari segi teknisnya, ada beberapa keuntungan dengan memberlakukan sistim tiket non tunai, antara lain :

1. Akan sangat menekan praktek percaloan, karena mustahil calo bisa memesan tiket yang bukan untuk dirinya, karena setelah membeli tiket, penumpang harus langsung masuk ke peron untuk langsung diberangkatkan ke kota tujuan.

2. Mempercepat proses antrian di loket, dengan tidak adanya proses mengecek fisik uang tunai dari uang palsu, juga tidak ada proses penghitungan uang dan proses pengembalian uang jika memang harus kembali. Juga tidak adanya proses verifikasi fotocopy KTP/identitas diri untuk membatasi jumlah pesanan tiket.

3. Dengan adanya sistim loket otomatis, akan mengurangi biaya SDM untuk petugas loket dan pekerjaan Back Office lainnya, seperti petugas penerima setoran uang ke kasir loket, petugas pengawas loket, dan lain sebagainya. Juga akan mengurangi kesalahan pemesanan tiket akibat human error, misalnya salah dalam meng-entry kota tujuan. Sangat efisien.

4. Dengan sistim pemesanan tiket yang langsung ditempat dan singkat, tidak akan ada lagi antrian yang panjang, berdesak-desakan, bahkan sampai menginap di stasiun. Karena tiap transaksi ditargetkan hanya diperlukan waktu kurang dari 3 menit, dengan jumlah loket otomatis yang sangat banyak akan secara signifikan mengurangi antian di loket.

5. Karena mesin otomatis ini bersifat mobile dan portable, maka mudah disesuaikan dengan antrian yang terjadi pada saat peak season dan pada saat hari-hari biasa. Hanya dibutuhkan kabel power dan kabel telepon untuk menghidupkan mesin, karena semua transaksi akan bersifat online dan memanfaatkan jaringan wireless untuk berkomunikasi dengan server setempat. Juga hanya dibutuhkan lorong buatan dari bahan plastik persis seperti lorong yang dipergunakan untuk pemain sepak bola jika akan berlaga di lapangan bola. Jadi bisa menghindari penyusup yang belum bertransaksi melalui mesin karcis otomatis. Jika sedang tidak peak season, maka lorong-lorong dan mesin bisa disimpan digudang dan digunakan sesuai keperluan.

6. Mengedukasi masyarakat untuk mulai menggunakan kartu pintar dengan melalukan transaksi non tunai. Karena praktis, cepat dan aman. Hal ini mendorong juga perbankan untuk lebih agresif memasyarakatkan penggunaan kartu pintar pengganti uang tunai. Untuk mengantisipasi dalam pemasyarakatan kartu pintar di stasiun, saya yakin pihak bank akan dengan senang hati membuka gerai untuk penjualan kartu pintar E-Train Card maupun isi ulang kartu tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun