Ambiguitas Partai Demokrat yang belum ada kepastian dalam mengambil sikap untuk berpihak ke salah satu kubu atau memilih netral/sebagai oposan sangat memungkinkan menjadi bumerang bagi partainya. Sementara beberapa kader Demokrat telah mendahului instruksi partai dalam mengambil sikap, dengan demikian keputusan berpihak akan memakan korban dengan mundurnya beberapa kader yang sudah tidak sabar dengan kelambanan pengambilan keputusan partai. Demikian juga apabila keputusan keberpihakan terhadap salah satu kubu telah ditetapkan, apakah keuntungan yang akan didapatkan oleh PD ?.
Jika memang harus berpihak maka PD harus berani legowo seandainya mendapatkan jatah di kabinet paling sedikit atau bahkan tidak mendapat sama sekali karena jelas keputusan PD tidak memberikan kekuatan signifikan mengingat koalisi dari masing-masing kubu sudah lebih dari cukup memenuhi prasyarat dalam pencapresan. Bagaimana dengan  basis massa PD, apakah akan dibiarkan mengambang ?. Basis massa PD yang tersisa merupakan kader dan simpatisan caleg dalam pileg yang telah lalu, tidak seperti semula ketika citra SBY menjadi penentu kemenangan PD sebelumnya. Walhasil ada kemungkinan instruksi dari pengurus pusat PD tidak akan ampuh mempengaruhi simpatisan PD yang lebih terikat dengan figur caleg pada pilihan legislatif yang telah lalu.
Satu-satunya siasat PD adalah membidik siapa yang akan didukung dengan mengikuti irama arus bawah, yaitu mengandalkan data survey kubu mana yang berpotensi untuk memenangi pilpres tanggal 9 Juli 2014 mendatang. Masihkah ada posisi tawar PD bagi kedua kubu ? atau pada akhirnya PD harus menerima kenyataan sebagai "LEBAI MALANG"  ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H