Mohon tunggu...
Agus Setiawan
Agus Setiawan Mohon Tunggu... lainnya -

Bekerja di pemberdayaan masyarakat pemilik Blog www://surgabansel.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jika Jadi Bupati Jahat di Negeri Tak Berhukum

20 April 2015   15:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:52 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepertinya enak menghayalkan jadi bupati, bagaimana tidak bak pemimpin sebuah negeri kecil yang namanya kabupaten, tentu memiliki segudang kekuasaan.Seandainya saya jadi bupati, tentu saya tahu dan bahkan bisa menentukan arah kebijakan pembangunan negeri kecil saya.Saya akan buat jalan-jalan diseluruh negeri bercor beton, tentu sebelumnya saya akan buat perusahaan-perusahaan yang akan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan tersebut.Saya akan gali gunung-gunung batudan pasir-pasir sungai di seluruh antero negeri sebagai bahan yang amat murah. Persoalan ijin, saya tinggal panggil kepala dinas-kepala dinas saya untuk segera mengurusnya, kalau tidak mau tentu saya bisa seenaknya pindahkan atau turunkan pangkat mereka, bahkan menjadi tukang sapu sekalipun.Saya akan buat perusahaan cor beton redimix,saya bisa mainkan kualitasnya agar perusahaan saya bisa untung lebih besar.Saya akan beli truck-truck yang besar-besar kalau perlu sampai ratusan, selain muatannya banyak, supaya jalan yang sudah dibangun cepat rusak lagi, dan itu artinya proyek lagi buat perusahaan saya.

Saya akan beli helikopter sendiri, agar setiap saat bisa memantau wilayah mana lagi yang bisa saya kuasai untuk melanggengkan bisnis saya.Jika ada perusahaan besar yang akan berinvestasi membuka usahanya di negeri saya, saya akan minta konpensasi atas semua fasilitas umum, kerusakan jalan, dan sebagainya. Uang kompensasi yang tentunya mencapai miliaran rupiah itu saya minta dengan alasan mengganti kerusakan atas jalan-jalan yang dilewati dengan alat-alat serta mobil-mobil mereka.Lalu uang uang itu bisa saya pakai setahun atau dua tahun seenak saya menjadi modal bisnis saya.Untungnya baru saya bangunkan jalan lagi, dan perusahaan sayalah pemegang proyeknya.Apa nggak enak tuh...?

Persetan dengan rakyat yang menggerutu karena kemiskinan atau karena jalanan yang bikin sakit kepala atau keguguran.

Tentu tidak akan ada yang berani menentang saya, sebab siapapun yang menentang saya akan saya cari cara untukmemindahkannya ditempat yang amat pahit, kalau perlu penjara sekalipun.Untuk melanggengkan kekuasaan, saya akan siapkan generasi keturunan saya agar dapat memimpin negeri ini berikutnya, seperti sebuah kerajaan gitu lah.Ketika anak saya yang berkuasa, tentu itu artinya sayalah yang berkuasa.Sementara adik nya pun akan saya siapkan untuk tahap berikutnya ketika jabatan kakaknya berakhir.

Ketika anak-anak saya yang menjadi bupati, maka secara otomatis saya masih bisa mengendalikan pemerintahan. Saya masih berkuasa mengatur penunjukan jabatan-jabatan pembantu bupatinya yaitu para kepala dinas. Siapa lagi yang mau melawan saya, LSM, wakil rakyat, penegak hukum? Ah mereka kan juga manusia yang pasti butuh uang? Mudah lah itu.Apalagi mahasiswa, tinggal panggil orang tuanya, dan sedikit ditakut-takuti, beres.

Enaknya jadi penjahat yang dipilih rakyat jadi penguasa di negeri tak berhukum. Seperti negeri tetangga, oh bukan, ternyata negeri saya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun