Mohon tunggu...
Agus Setiawan
Agus Setiawan Mohon Tunggu... lainnya -

Bekerja di pemberdayaan masyarakat pemilik Blog www://surgabansel.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Pagi Tanpa Judul

23 Oktober 2013   09:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:08 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pasput Cihara, 23 Oktober 2013

Sepagi ini, entah kenapa menggayut kesedihan yang tak aku tahu apa sebabnya.Hingga beranjak meninggalkan rumah menuju ke tempat kerja, perasaan ini justru makin tak menentu.Diperjalanan aku putuskan mampir ke rumah teman, barangkali ngobrol sana-sini bisa menghibur perasaanku.Namun sayangnya dia belum bangun tidur, maka terpaksa kulanjutkan perjalanan tanpa perduli apa rencana kerjaku hari ini.

Seperti biasanya, perjalananku ke tempat kerja selalu menyusuri pantai selatan Kabupaten Lebak.Kali ini kupacu sepeda motorku lebih lambat dari biasanya, menikmati suara deburan ombak, menikmati kesedihanku yang menggelayut makin berat.

Sampai Pasput Cihara, tanpa berfikir lagi aku mampir di sebuah saung diantara puluhan saung yang berjajar di sepanjang pinggir pantai ini.Supaya enak duduk berlama-lama maka aku pesan mi rebus dan sebotol air mineral ke ibu pedagang pemilik saung.

Menikmati mi rebus sepagi ini; sambil mendengarkan musikdipadu dengan suara ombak; dan sesekali membuka facebook membuat status serta menanggapi koment beberapa teman; kuputuskan menulis ini sembari mencoba membuang kesedihanku.

Anehnya setelah semua ini, masih tak kutemukan jawaban kenapa aku bersedih.Justru yang terbayang malah wajah anak-anakku, wajah orang tuaku, dan mereka yang aku sayangi.Bukannya terbuang kesedihanku atau terjawab kenapa, justru makin terasa panas mataku menahan air mata yang memaksa untuk menetes.“Ya Allah, beri aku kesempatan menunaikan kewajibanku terhadap mereka,” dalam hati aku berdo’a.

Memandang laut lepas dan suara ombak pantai selatan yang bergolak, membuatku semakin merasa sebagai sebuah titik kecil yang tak berdaya.“Ya Allah, ampuni semua dosa-dosaku.Bagaimana mungkin aku sering mengabaikan kekuasaan-Mu, sedang hidupku selalu ada dalam genggaman-Mu.”Jatuh juga air mata ini, menderu tangisku tak terbendung lagi….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun