Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Money

Sejarah dan Peningkatan Peran PT. Pertamina ED region Sumatera pada Kegiatan Hulu Migas Industri dalam Negeri

10 April 2015   22:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:16 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_360163" align="alignnone" width="700" caption="ilustrasi:Industri Hulu SKK Migas/Kompasiana (SKK Migas) sumber www.kompasiana.com"][/caption]

Pengantar

Migas (minyak bumi dan gas) merupakan sumber energi bagi kegiatan Ekonomi Bangsa Indonesia dari jaman kemerdekaan hingga saat ini, disamping juga sebagai Sumber Daya Devisa Negara yang secara keseluruhan juga sebagai penopang dalam Sistem Pertahanan dan Kemananan Negara kita. Hal ini jelas dituangkan dalam Pasal 33 Undang-undang Dasar Republik Indonesia pasal 2: “Cabang-cabang Produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara”. Oleh karena itu Migas memiliki peranan yang sangat penting dan strategis dalam sejarah perkembangan Bangsa Indonesia, sebab jika terjadi perubahan pada sektor Migas ini, maka akan sangat berpengaruh terhadap sektor pertanian, perdagangan, transportasi, pendidikan dan sektor-sektor kehidupan lainnya. Oleh karena itu sudah saatnyalah Negara mengupayakan strategi dan langkah-langkah yang tepat untuk mengamankan cadangan Energi (Minyak Bumi dan Gas) di masa yang akan datang, sebab bagi Negara kita, Energi yang bersumber dari Hidrokarbon ini masih menjadi sarana utama sebagai Sumber Energi untuk kehidupan kita sehari-hari.

Minyak bumi (crude oil) pertama kali ditemukan di Indonesia, di daerah Pangkalan Brandan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara dalam kondisi merembes ke permukaan bumi membentuk suatu kubangan oleh A.J. Zijiker seorang pimpinan perkebunan tembakau di Langkat sekitar tahun 1883, yang menjadi tonggak sejarah dimulainya industri perminyakan di Indonesia. Pada awal masa keemasannya, penemuan cadangan Migas tidaklah serumit dewasa ini, sebab di beberapa titik lokasi, crude oil sangat dekat dengan permukaan bumi, sehingga dapat muncul ke permukaan dengan sendirinya tanpa harus di bor/gali sebagai “oil sheepages” (rekahan-rekahan yang mengandung minyak bumi) yang kualitasnya dan kuantitasnya juga tinggi sehingga pada saat diproduksi dapat menghasilkan nilai jual yang tinggi serta memiliki usia produksi yang relatif panjang. Namun dewasa ini crude oil sudah sangat langka oleh karena itu untuk menemukan cadangan crude oil diperlukan upaya-upaya pengeboran baik itu di darat (on shore) dengan kedalaman yang lebih jauh maupun mencari cadangan crude oil yang berada di lepas pantai (off shore). Oleh karena itu PT. Pertamina (PT. Pertambangan Minyak Nasional Indonesia) sebagai perusahaan Negara diberikan mandat penuh untuk:

1.Menjalankan bisnis di Industri Migas Indonesia mulai dari Sektor Hulu hingga sektor Hilir. Disektor Hulu, Pertamina bertugas untuk mencari cadangan crude oil dan gas, melakukan produksi dan lifting ke permukaan hingga transportasinya ke kilang-kilang pengolahan.

2.Disektor Hilir, Pertamina memikul tugas yang tidak kalah penting, yaitu melakukan pengolahan crude oil dan gas menjadi produk-produk turunan seperti bensin, solar, minyak tanah, LPG, serta bertanggung jawab dalam hal pemasaran dan pendistribusiannya ke seluruh Pelosok Tanah Air.

Oleh karena Sektor Hulu merupakan Sektor yang paling vital, maka Pertamina seharusnya mampu mengelola Cadangan Migas yang tersebar di berbagai daerah dengan cakupan yang sangat luas dan juga mampu melakukan produksi yang tentunya sangat membutuhkan modal yang banyak. Oleh karena itu langkah-langkah Pertamina antara lain:

1.Pertamina sebagai wakil pemerintah mengundang perusahaan-perusahaan minyak dunia untuk berinvestasi di Indonesia lewat sistem bagi hasil (Contract Production Sharing), perusahaan-perusahaan rekanan Pertamina ini, antara lain: Medco, BP, Chevron, Total, Shell, yang Iklan produknya kebanyakan OIL ini sering kita lihat di layar televisi. Disini fungsi Pertamina selain sebagai Operator (pemain langsung) dengan menciptakan produk-produk, pertamina juga sebagai Regulator (pengatur) bagi perusahaan-perusahaan asing rekanan Pertamina.

2.Pertamina sebagai perusahaan tunggal di Sektor Hulu telah membentuk anak perusahaan yaitu, PT. Pertamina Hulu yang membentuk anak perusahaan lagi yang salah satunya adalah PT. Pertamina EP Pangkalan Susu Brandan Region Sumatera dengan tujuan agar dapat menjadi profit center (pusat laba) bagi devisa Negara sama seperti perusahaan minyak luar negeri. Pemerintah memandang perlu adanya badan atau lembaga yang berfungsi sebagai pengawas terhadap kerja Pertamina sehingga dibentuk BPMIGAS sesuai dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 42 Tahun 2002 tentang Badan Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, dimana PT. Pertamina ED sebagai Operator harus tunduk kepada BPMIGAS. Adalah langkah yang tepat, sehingga PT. Pertamina EP dapat berkonsentrasi untuk mencari cadangan Migas di sektor Hulu.

Upaya PT. Pertamina ED Menemukan Cadangan Migas Untuk Masa Depan.

Hidrokarbon (cruide oil dan gas) terperangkap dalam batuan tertentu yang memiliki pori-pori (porous) yang terbentuk melalui sebuah proses yang memakan waktu panjang dan berada di beberapa ratus bahkan ribuan meter di bawah permukaan bumi atau lautan, ditambah dengan adanya tekanan dari tanah atau bebatuan diatasnya yang mengakibatkan Hidrokarbon yang ditekan tersebut akan mengalir atau muncrat kepermukaan apabila dibuatkan salurannya atau dilakukan pengeboran (drilling) yang merupakan urat nadi dari kegiatan Industri Hulu Migas PT. Pertamina ED. Begitulah penjelasan singkat dari Abang saya yang sebelum Lulus PNS adalah seorang Surveyor (Surveying) Migas di salah satu perusahaan Luar Negeri karena beliau adalah seorang Lulusan Teknik Geodesi ITB Bandung.

‘Menemukan letak (posisi) bebatuan berpori yang mengandung cadangan hidrokarbon atau yang umumnya disebut dengan reservoir sangatlah sulit dan memerlukan keahlian tertentu, yang biasanya dimiliki oleh para Geologist seperti saya’, lanjut abang saya ini yang kebetulan merupakan Alumnus Teknik Geodesi tahun 2004. Hal ini dikarenakan Hidrokarbon yang merupakan urat nadi dari Industri Hulu Pertamina di masa yang akan datang adalah benda yang tidak dapat dipelajari atau disentuh langsung karena keberadaannya yang jauh di dasar tanah atau di dasar laut dan proses pembentukannya terjadi pada beberapa juta tahun yang lalu. Untuk itu Pertamina khususnya PT. Pertamina ED region Sumatera dalam kesempatan ini saya mengusulkan agar sebelum mengadakan Pengeboran terhadap titik lokasi yang disinyalir memiliki kandungan Hidrokarbon alangkah baiknya menggandeng para Geologist, sebab para Geologist bekerja dengan menggunakan data dan fakta serta diinterpretasikan oleh para Geologist untuk menentukan titik lokasi pengeboran. Kenapa saya mengusulkan demikian, sebab ada kalanya air dalam kondisi tertentu menunjukkan ciri-ciri seperti reservoir (rumahnya Hidrokarbon) yang mengakibatkan kita salah menentukan lokasi dan salah melakukan pengeboran sehingga kasus seperti Lumpur Lapindo tidak terulang lagi. Sebab seni dan taktik untuk menemukan reservoir sebagai nadi Industri Hulu Migas di masa depan diibaratkan seperti seorang dokter yang mencoba mencari penyakit pasiennya tanpa harus di bedah atau di operasi, tetapi dengan menggunakan Rontgen yang mana hasilnya akan tampak lebih efisien karena si dokter dapat mendiagnosa penyakit pasien dengan lebih jeli.

Industri Hulu Migas memiliki cirri-ciri, yaitu: High Risk, dimana tidak semua pengeboran itu berhasil guna, dimana ada kalanya pengeboran itu mengalami kerugian dalam jumlah yang besar, namun jika pengeboran itu berhasil, maka return atau keuntungan yang diperoleh bisa berlipat-lipat dari bisnis lain. High Tech, dalam melakukan pengeboran diperlukan hasil teknologi yang tinggi dan canggih mengingat perut bumi yang kita bor memiliki sifat tidak dapat diprediksi (unpredictable). High Cost, teknologi yang tinggi sudah barang tentu berkorelasi dengan biaya yang tinggi juga. Dalam pelaksanaan tugas pengeboran Migas sebagai Industri Hulu, PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu harus menggandeng berbagai Disiplin Ilmu Pengetahuan yang berkompeten dibidangnya untuk memegang peranan vital, seperti: Teknik Perminyakan, Teknik Kimia, Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik Geodesi, Hukum, Keuangan, dan lainnya.

Peranan Surveyor di Pertamina EP Untuk Menjaga Industri Hulu Migas di Masa Depan.

Geodesi adalah salah satu Ilmu yang mempelajari tentang Bumi. Keberadaan Geodet dalam industri hulu Migas di Pertamina sebagai bidang Surveying (Surveyor) dengan alat utamanya seperti Teodolit dan Sipat datar adalah wajib hukumnya karena Geodet memiliki tugas penting dalam penentu Bisnis Hulu Migas di Masa Depan, yaitu:

1.Membuat kerangka dasar pemetaan terhadap lokasi pengeboran, posisi titik tembak serta titik rekam dalam survei seismic yang akurat untuk tahap selanjutnya.

2.Membantu Geologist untuk melakukan stake out (menempatkan titik pengeboran di lapangan sesuai dengan koordinat yang diharapkan).

3.Melakukan site preparation (pemetaan topografi untuk jalan akses ke titik pengeboran).

4.Melakukan pemetaan topografi untuk kebutuhan jalur pipa, rencana pembangunan fasilitas produksi (station Pengumpul Minyak/Station Compressor Gas) serta fasilitas umum lainnya.

5.Penyediaan dan pengelolaan data-data teknis seperti peta rupa bumi, citra satelit, foto udara, peta jaringan jalan dan jaringan pipa, koordinat titik ikat, koordinat sumur bor, koordinat dan peta wilayah konsesi, data elevasi TTG, dan sebagainya.

Yang paling baru, PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu telah melakukan teknologi pemetaan dan sistem pengelolaan data berbasis GIS (Geographic Information System) atau Sistem Informasi Berbasis Pemetaan dan Geografi adalah sebuah alat bantu manajemen berupa Informasi dengan sistem Komputerisasi yang berkaitan erat dengan sistem pemetaan dan analisis terhadap lokasi yang disinyalir titik Hidrokarbon dalam Industri Hulu Migas Pertamina. Serta terobosan baru yang sedang dikembangkan oleh PT. Pertamina EP adalah penggunaan Databank Petroleum yang berfungsi untuk mengintegrasikan data-data bawah permukaan dan data-data atas permukaan.

Harapan Buat PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu Menghadapi Tantangan Industri Hulu Migas Di Masa Depan.

Pangkalan Brandan, Pangkalan Susu, Hamparan Perak, Paluh Tabuan Barat, Rantau, Lirik, Air Molek, Terminal Buatan, Bajubang, Pendopo, Prabumulih dan beberapa daerah lainnya merupakan sumber Industri Hulu Migas PT. Pertamina EP Region Sumatera. Daerah tersebut sangat asing bagi kita, oleh karena itu saatnyalah Pertamina memperkenalkan daerah tersebut untuk dunia pendidikan kita, Pertamina EP sebagai Perusahaan Minyak Negara harus punya komitmen bahwa Pertamina didirikan untuk kesejahteraan Bangsa Indonesia, dengan cara mendirikan PERTAMINA CAMP SAINT’S misalnya, program ini diterapkan untuk mengenalkan ke dunia pendidikan sejak usia dini bagaimana proses Pengeboran Minyak Mentah sebagai kegiatan inti dari Industri Hulu Migas, bagaimana pengeboran di lepas pantai, sehingga masyarakat awam seperti saya dan juga anak-anak didik kita mengetahui apa itu arti Migas (crude oil and gas), bagaimana prosesnya dan bagaimana menghargai produk dalam negeri dengan cara memakai produk ciptaan Industri Hilir Pertamina EP, misalnya (oli dalam negeri) bukan oli luar negeri, bagaimana menghemat Gas dan tidak takut memakai Gas, karena Gas hasil olahan Pertamina pada dasarnya bagus dan juga bagaimana cara kerja karyawan PT. Pertamina EP sehingga makin menarik minat para anak didik kita untuk mau mengabdikan dirinya di Perusahaan BUMN Negara ini.

Together We Can Do Much Better For Our Nations” adalah harapan kami buat PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu, sebab urat nandi Industri Hulu Migas berada ditangan Anda, pengeboran Migas harus terus dilakukan untuk mendapatkan cadangan Migas untuk masa depan kita, namun PT. Pertamina harus memperhatikan aspek-aspek diatas sebab Migas (Hidrokarbon) dapat berupa : Cairan (crude oil, solar, bensin, dll), Gas (gas alam), dan Padatan (asphalt) yang memiliki keunggulan, yaitu:

1.Mempunyai nilai kalor tinggi.

2.Dapat menghasilkan berbagai macam bahan bakar, misalnya: bensin, solar, kerosin, aftur, afgas, bbg, dan sebagainya.

3.Dapat menghasilkan berbagai macam minyak pelumas.

4.Sebagai bahan baku industry petrokimia.

5.Yang bersifat padat (asphalt) dapat digunakan untuk pembuatan jalan raya.

Semoga kedepannya PT. Pertamina EP mampu menjadi Operator yang Ramah Lingkungan, tidak mengeksplorasi secara berlebihan cadangan-cadangan Migas yang ada di Bumi Sumatera, namun mampu menjaga kesinambungan Lingkungan Hidup dan mampu menjaga Kelestarian Alam. Semoga PT. Pertamina, Perusahaan Negara yang Ramah Lingkungan Hidup.

Medan, 10 April 2015

[caption id="attachment_360164" align="alignnone" width="532" caption="Alur Kegiatan Operasi Hulu Pertamina, sumber buatan sendiri"]

14286803151787690363
14286803151787690363
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun