Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

PS TNI Gagal, Semenarik Apa Piala Jenderal Sudirman Tanpa PS TNI? PS TNI Kembali Jadi PSMS Medan

20 Desember 2015   23:28 Diperbarui: 20 Desember 2015   23:41 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber gambar, www.m.bolabanget.com PS TNI berseragam mirip PSMS Medan"][/caption]

Menarik melihat kiprah perjuangan PS TNI di turnamen Piala Presiden 2015 yang digagas oleh Presiden Jokowi untuk mengisi kevakuman SepakBOla Nasional pasca bentrok kepentingan antara PSSI dengan Kemenpora yang sampai sekarang belum jelas juntrungannya, sampai FIFA membekukan SepakBOla Nasional dari keanggotaan hingga batas waktu dimana PSSI dan Kemenpora mampu berdamai dan satu pemikiran untuk SepakBola Tanah Air.

Sukses dengan ide Piala Kemerdekaan dan Piala Presiden yang di garap oleh Bank-Bank BUMN untuk piala Kemerdekaan, dan Mahaka Sports untuk Piala Presiden. Piala Kemerdekaan yang dianggap turnamen untuk klub-klub kasta ke dua Liga di Indonesia, diraih oleh PSMS Medan, klub yang carut marut, diambil dan direhabilitasi dengan bagus oleh Mayjend Edy Rahmayadi ketika menjabat sebagai Pangdam I/BB. Beliau yang merupakan Anak Medan langsung, membenahi manajemen PSMS yang dikenal amburadul dan korup. Para pengusaha di Medan, dirangkul untuk mengucurkan dana agar pembinaan dan tujuan jangka pendek dapat direalisasikan. Hak pemain yang selama ini dikadalin oleh manajemen PSMS yang terdahulu, dibayarkan lunas oleh Jenderal Bintang Dua tersebut.

Jadilah PSMS Medan bangun dari tidurnya dan membuktikan diri bahwa PSMS adalah salah satu klub legenda dengan segudang prestasi mentereng. Di final Piala Kemerdekaan, PSMS Medan melumat Persiwa Ngawi dengan skor 2-1. Sementara di turnamen Piala Presiden, Persib Bandung juara setelah menyingkirkan Sriwijaya FC dengan skor telak 2-0. Habis dua turnamen tersebut, muncul ide Turnamen Piala Jenderal Sudirman untuk mengenang jasa Pahlawan Panglima Tertinggi TNI dalam memperjuangkan Indonesia merdeka dari Penjajahan Belanda dan Sekutunya. Ide dari Presiden Jokowi ini mempertemukan semua klub-klub papan atas di Liga Indonesia, minus PSMS Medan yang prestasinya masih dinilai minim.

Nah, loh kenapa PSMS Medan tidak ikut? Padahal kan juaranya Piala Kemerdekaan? Ternyata status Tim Divis Utama menjadikan PSMS Medan tidak ambil bagian, sehingga Mayjend Edy Rahmayadi memutar otak dan ‘mengganti’ nama PSMS Medan menjadi PS TNI (Persatuan Sepakbola Tentara Nasional Indonesia) untuk sementara waktu hingga turnamen ini berakhir. Bermaterikan skuad PSMS Medan kala menjuarai Piala Kemerdekaan, PS TNI menambah beberapa pemain Timnas U-19 yang sudah menjadi Tentara, sebut saja Manahati Lestusen, Wawan Febrianto, Abdul Lestaluhu, hingga Ravi Murdianto berjibaku bersama dengan muka-mula lama skuad PSMS seperti Legimin Raharjo (Kapten tim), Tambun Naibaho, Tri Hardiansyah, Erwin, dll, diarsiteki oleh pelatih berkepala plontos, Suharto AD.

Trengginas di Penyisihan, Mandul di Delapan Besar

Bermodalkan spirit korsa, pantang menyerah, jadilah PS TNI rasa PSMS Medan yang dikenal dengan gaya rap-rapnya itu memulai turnamen Piala Jenderal Sudirman dengan percaya diri. Persib Bandung dilumat dengan skor 2-0, Surabaya United dan Persela Lamongan dihajar. Dukungan pemain ke-12, para TNI yang selalu memadati stadion menjadikan PS TNI tidak terkalahkan di babak penyisihan. Disitulah mulai muncul pengaburan bahwa PS TNI bukanlah PSMS. Nama PSMS tidak terdengar lagi, bagaikan kacang lupa kulitnya, PS TNI muncul sebagai kekuatan baru di kancah sepakbola tanah air dan menjadi kandidat juara.

Namun, di babak delapan besar, PS TNI tidak mampu berbuat banyak. Berbanding 180 derajat, satu poin pun tidak dapat dikumpulkan, yang paling parahnya kebobolan 6 gol dan hanya memasukkan 2 gol. Ternyata, spirit pantang menyerah dan spirit Korsa tidak cukup untuk bermain di level paling atas turnamen yang diikuti oleh klub-klub atas Liga Indonesia. Ada beberapa faktor penyebab kekalahan PS TNI (1) Tidak adanya pemain asing yang mumpuni di tubuh PS TNI menjadikan mutu permainan PS TNI tidak berkembang, tidak mampu meladeni permainan Mitra Kukar yang punya sejumlah pemain asing yang bagus. (2) tidak punya sosok pemimpin di jantung pertahanan maupun lapangan tengah. Ketergantungan pada Legimin Raharjo yang sudah termakan usia menjadikan permainan PS TNI monoton dan mudah dibaca oleh pemain lawan, sementara pemain muda PS TNI yang mayoritas skuadnya asal PSMS Medan belum terbiasa bermain di level atas bersama dengan klub peserta ISL, karena PSMS bermain di divisi utama. (3) Standard taktik dan gaya bermain pelatih Suharto AD yang dapat ditebak oleh pelatih lawan, sehingga pelatih lawan mampu meramu taktik dan strategi untuk mengatasi permainan PS TNI, ini terbukti kala melawan Persija dan Mitra Kukar, padahal PS TNI diuntungkan setelah lawan hanya bermain dengan 10 (Sepuluh) orang, tetapi PS TNI bisa kalah, berarti taktik pelatih Suharto AD tidak jalan.

PS TNI Bubar, Kembali Berbaju PSMS Medan?

Nasi sudah menjadi bubur, PSMS Medan, eh, PS TNI sudah kalah dan tersingkir dari perhelatan Jenderal Sudirman Cup dengan cukup memalukan. Mutu turnamen ini juga tidak akan menurun walau PS TNI yang selalu didukung oleh para Tentara Tanah Air dengan riuh gemuruh dan penuh semangat, karena masih ada klub-klub papan atas yang akan bermain di Semifinal hingga Final. So, bagaimana dengan nasib para pemain dan nama PS TNI? Apakah Tim ini akan membubarkan diri dan kembali berbaju PSMS Medan? Pastinya ya, karena mayoritas pemain PS TNI adalah PSMS Medan dan kebanggaan saya akan PS TNI berakhir disini, karena dua pemain pavorit saya : Tambun Naibaho (favorit karena satu marga..he.he.he), walau mandul dan hanya spesialis striker babak pertama di turnamen Jenderal Sudirman Cup ini, namun saya tetap bangga punya saudara semarga. Semoga karirnya melejit. Kedua, adalah Tri Hardiansyah, pemain lulusan SMA Negeri 13 Medan alumni 2011 ini telah menjadi bagian dari PS TNI, PSMS Medan, dan PON Sumatera Utara. Ada rasa kebanggaan sebagai guru kala melihat anak didiknya sukses menggapai cita-citanya.

Inilah sekelumit cerita dibalik kekalahan PS TNI, mari kita lihat turnamen apa selanjutnya? Akankah PS TNI kembali berafiliasi menjadi PSMS Medan? Mari kita tunggu....

Salam....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun