Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pilpres, Mengajarkan Anak Generasi Emas Cara Berdemokrasi Pancasila Yang Baik

10 Juli 2014   23:59 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:43 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_314881" align="aligncenter" width="300" caption="Pilpres, di TPS 29"][/caption]

Hari ini Rabu (9 Juli 2014) akan menjadi hari bersejarah bagi Bangsa Indonesia ini, bagaimana tidak animo Pilpres ternyata jauh dari bayangan kita sebelumnya. Banyaknya calon-calon yang bakal jadi Presiden maupun Wakil Presiden dari partai petahanan, Partai Demokrat dengan 11 peserta konvensi Capres telah sempat memunculkan kekhawatiran, mengingat calon partai lain juga berlomba-lomba memajukan calonnya, ingat saja saat Aburizal Bakrie selalu berkoar-koar di stasiun televisi miliknya akan keinginan beliau menjadi orang nomor satu, PKS, PPP yang sempat memunculkan Rhoma Irama, si raja dangdut untuk mendangdutkan rakyat Indonesia untuk masa lima tahun yang akan datang. Namun semua itu sirna ketika hanya dua calon yang muncul kepermukaan dan ditetapkan KPU sebagai Capres dan Cawapres tetap untuk maju di Pilpres 2014.

Sedari pencabutan nomor urut di KPU tanggal 1 Juli 2014 yang lalu, saya yakin jika Jokowi – Jusuf Kalla yang mendapat nomor urut 2 bakalan menang. Capres dan Cawapres pilihan PDI Perjuangan, Hanura, Nasdem, PKB dan PKPI ini dengan mantap diusung tanpa ada koalisi bersyarat, artinya Partai lain diluar PDI tidak ada bagi-bagi jabatan seperti yang bakalan terjadi di kubu nomor urut 1 yang mengusung Prabowo – Hatta Radjasa sebagai Capresnya mengalahkan para kandidat lain. Partai Petahanan, Demokrat sampai urung diri mencalonkan hasil konvensinya yang diwakili oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan maju menjadi Capres karena khawatir pemilihan suara mereka anjlok dan menjadi partai yang abu-abu alias diam-diam mendukung calon Presiden lain, alih-alih menjadi Partai Oposisi seperti yang pernah dilakukan oleh PDI Perjuangan selama kurang lebih 10 tahun pemerintahan SBY. Koalisi gemuk yang mengusung tema: menyelematkan Indonesia, partai merah – putih, hingga gambar Pancasila sebagai lambang negara dipelesetkan menjadi gambar Pancasila berdarah-darah tanpa lima sila, yang hanya untuk menaikkan pamor Prabowo – Hatta mengalahkan elektabilitas Jokowi yang sudah teruji. PAN, Golkar, PKS, PPP menghalalkan segala cara demi menaikkan pamor Capres pilihan mereka agar suara tidak jomplang banget perbedaannya, walau secara kualitas kita tahu yang mana yang dipaksakan, yang mana yang memang berkualitas. Dari mulai black campaign, asal-usul keluarga, Agama dan Suku, sampai visi dan misi Jokowi jadi pemimpin Jakarta dipertanyakan sehingga pamor Jokowi turun.

[caption id="attachment_314882" align="aligncenter" width="300" caption="Antri Sebentar, menunggu giliran"]

1404985518316966747
1404985518316966747
[/caption]

[caption id="attachment_314889" align="aligncenter" width="300" caption="Suasana panitia Pemilu di TPS 29, cukup kompak"]

1404986939220079966
1404986939220079966
[/caption]

Realita, Rakyat Indonesia Sudah Cerdas

Kembali ke topik cerita memilih. Pagi pukul 09:30 Wib, saya mengajak anak-anak untuk mandi, maklum hasil bergadang dini harinya ketika menyaksikan Brazil dibantai Jerman dengan skor telak 7 – 1 masih terasa sakitnya, walau merasa puas dengan prediksi Jerman menang, namun skornya yang bikin nga karu-karuan hingga nga habis pikir, kenapa? Kenapa tuan rumah bisa dibantai seperti itu? Sungguh kejam sekejam Hitler (he..he.he..)

Anakku yang paling besar, umur 3 tahun langsung merespon, “mau kemana kita pa? Mau renang ya?” meingingat ini hari libur, saya tanggapi “ia nak, tapi kita memilih Presiden dulu ya!” cepat dia merespon “apa itu pa?” tanya anak-anak yang memang seusia dia banyak bertanya, saya alihkan pembicaraan “ia nanti kita naik kuda pusing” (maksudnya naik kuda-kudaan), agar tidak bertanya tentang presiden, soalnya dijelasin sejelas-jelasnya tak akan pernah ngerti. Setelah selesai memandikan anak pertamaku, aku juga memandikan anak keduaku, karena jika dirumah, maka anak-anakku akan sangat manja kepadaku, sedikit-sedikit bilangnya “papa aja” baik itu untuk urusan ganti celana, ngepipisin, nyebokin, apalagi mandiin hingga ngasih makan. Enaknya sebagai ayah pikir aku, walau kadang menggerutu karena tidak dikasih kesempatan untuk menyendiri bersama istri keduaku “laptop kesayanganku”.

Singkat cerita, pukul 09:25 Wib saya bersama istri dan kedua anak kami berangkat ke TPS 29 untuk menyoblos capres dan cawapres pilihan kami, setelah duduk sebentar sambil pegang kamera, mulai saya tanpa malu, grogi dan tanpa tedeng aling-aling jepret sana-sini. Tidak sampai lima menit, Istri saya dipanggil untuk menerima surat suara, disusul dengan nama saya, sambil membawa anak perempuan saya, saya menuju bilik suara, saya siapkan kamera stand by, menunggu momen istri akan mencucuk pilihannya, pas dia mencucuk, langsung saya jepretttt kamera, dapat deh momennya dia nyucuk kepala gambar nomor 2.he..he.he. setelah selesai, saya pun langsung buka kertas suara, saya periksa, tidak ada yang rusak, lalu saya arahkan kamera dengan tangan kiri, tangan kanan pegang paku, saya arahkan istri untuk menekan jepretan kamera, jadi deh jepretan saya dibilik suara, sebagai tanda betapa saya mengagumi elektabilitas Jokowi dan Jusuf Kalla yang mereka bangun selama menjadi pemimpin negara baik skala kecil maupun besar. Saya tidak pernah terpengaruh dengan segala pemberitaan di media yang baik bersifat masif, black campaign, negatif campaign, bersifat SARA maupun apapun cerita negatif tentang beliau karena saya yakin jika mereka bukanlah seperti yang diberitakan.

[caption id="attachment_314884" align="aligncenter" width="300" caption="Coblos sesuai dengan Keinginan Hati"]

1404985670583140761
1404985670583140761
[/caption]

Setelah mantap mencucok nomor urut 2, saya melipat kertasnya baik-baik dan memasukkan ke kotak suara KPU, baru mencelupkan jari kelingking ke tinta sebagai tanda telah memilih. Anak perempuanku melihat aja kegiatan yang kami lakukan dengan sekali-sekali bertanya akan apa yang kami lakukan, saya menerangkan bahwa ini adalah Pemilihan Presiden yang wajib dilaksanakan sekali dalam waktu lima tahun, ntah mengerti apa tidak, adalah kewajiban orang tua yang mengarahkan anak-anak untuk mengerti akan sesuatu hal. Setelah memantau jalannya pemilu, istri saya mengajak pulang, namun karena masih asyik, saya mengarahkan mereka untuk foto-foto selfie sebentar di TPS, sesudah jepret sana, jepret sini, saya akhirnya mengiakan permintaan istri, namun bukan untuk pulang, melainkan sebentar jalan-jalan ke mall.

[caption id="attachment_314885" align="aligncenter" width="300" caption="Setelah kertas suara di cucok, maka dilipat dan diletakkan di kotak suara KPU"]

140498578082512228
140498578082512228
[/caption]

Saat jalan di mall, kami perhatikan banyak pegawai mall tersebut tidak memilih, kenapa saya berani katakan belum memilih? Karena diantara jari-jari mereka tidak ada tampak tinta tanda bekas memilih. Tinta yang katanya tahan sampai tiga hari ini, tidak berbekas disebahagian pegawai mall besar di Indonesia ini, kenapa? Apakah mereka tidak antusias untuk menggunakan hak pilihnya? Atau apakah mereka tidak diberikan kesempatan untuk memilih oleh bos mereka? Atau karena jadwal? Biasanya jika ada pesta demokrasi, maka pegawai mall, rumah sakit, dll maka jam buka mallnya agak diperlama atau disekitar tempat tersebut disediakan TPS, mudah-mudahan tidak banyak yang golput karena sangat disayangkan jika suara kita tidak kita salurkan di Pemilu kali ini.

[caption id="attachment_314886" align="aligncenter" width="300" caption="Setelah Kertas suara dimasukkan ke kotak suara KPU, silahkan jarinya diwarnai dengan tinta, alasannya agar tidak bisa milih 2x..he.he. (dok. Pribadi)"]

1404985870671753834
1404985870671753834
[/caption]

[caption id="attachment_314887" align="aligncenter" width="300" caption="Foto Santai di tempat perbelanjaan setelah nyucok di Pilpres 2014..he.he.he bisa aja mereka ngelucu"]

14049861131805384594
14049861131805384594
[/caption]

Kayak Film Anak Muda India, Kalah Dulu Baru Menang

Setelah puas jalan-jalan dan ngajak anak-anak bermain mobil-mobilan, kamipun pulang kerumah, istirahat dirumah sambil nongkrongin tv melihat hasil survey Quick Count yang ditayangkan oleh hampir seluruh televisi nasional. Pertama-tama kami lemas, sekitar pukul 13:20 Wib, kami mulai disuguhi berita Quick Count yang membuat jantung berdebar kencang, betapa tidak, Capres nomor urut satu melenggang jauh melewati capres nomor urut 2 dengan begitu cepatnya. Dari beberapa chanel yang kami gonta-ganti memberitakan bahwa nomor urut 2 tertinggal. Namun dengan berlalunya waktu, berlahan tapi pasti, Quick Count menunjukkan keterbalikan fakta, nomor urut 2 berlahan tapi pasti Jokowi – Jusuf Kalla naik ratingnya hingga mencapai angka 54, 55% paling tidak dari 11 lembaga survey, 8 lembaga survey menyatakan bahwa Jokowi – Jusuf Kalla menang, selebihnya mendukung Prahara yang menang, walau pada akhirnya terungkap bahwa empat (4) lembaga survey yang mendukung Prahara menang adalah lembaga survey abal-abal yang kredibilitasnya dipertanyakan, asal sumber danannya tidak jelas dan kantornya berada didunia mana kita tidak tahu (alias KAJOL = KAGAK JOLAS), tanpa menyebutkan nama : Cukup anda yang menilai dan mencari Lembaga Survey mana yang KAJOL..!!!

Layak seperti film-film India itu loh, dimana pertama-tama anak mudannya penuh dengan penderitaan, penuh dengan kekalahan, penuh dengan hajaran dari berbagai pihak, namun setelah dia kebal, bertahan akhirnya mampu bangkit dan menang. Seperti itulah penilaian saya akan hasil Quick Count yang ditayangkan oleh berbagai Lembaga Survey. Pertanyaanya : Apakah Quick Count yang disediakan oleh Lembaga Survey ini sesuai dengan Real Count yang akan ditayangkan oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum) tanggal 22 Juli nanti? Apakah KPU bisa netral, bukan menghalalkan segala cara untuk memenangkan Capres, Cawapres tertentu? Sanggupkah relawan dan simpatisan serta partai oposisi PDI Perjuangan yang berkoalisi kurus dengan Nasdem, Hanura, PKPI dan PKB mengawal proses perhitungan suara dengan baik dan benar di KPU pusat dan daerah? Wah, saya takut tanggal 22 Juli kepanjangan KPU bukan lagi Komisi Pemilihan Umum, tetapi menjadi singkatan dari KATAKAN PRABOWO UNGGUL...??? siapa yang tau itu...?

Dini harinya, kembali Prediksi saya tepat sasaran, ketika Argentina jumpa Belanda, walau berakhir dengan adu penalty, Argentina melenggang ke final jumpa Jerman..Hurra Argentina...!!!

Medan, 10 Juli 2014

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun