Inggris adalah penemu Sepak Bola, itu adalah fakta yang tidak bisa terbantahkan. Negeri yang dipimpin oleh Ratu Elizabeth itu adalah Negeri pertama yang mempopulerkan Olah Raga yang satu ini, Olah Raga Pemersatu Bangsa. Di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, edisi ke-19, kembali Inggris ambil bagian. Dengan bermaterikan pemain-pemain kelas dunia, Inggris bersama dengan Spanyol dan Brazil diprediksikan jauh-jauh hari sebelum Kompetisi ini bergulir. Namun setelah bermain, ternyata harapan para pecinta sepak bola dunia khususnya Inggris dibuat malu, bagaimana tidak, Inggris yang selama penyisihan hanya mampu bermain seri dengan Amerika, Aljazhair dan hanya menang 1-0 lawan Slovenia. Hal ini membuat “The Three Lion” hanya mampu bercokol di posisi Runner-up grup C yang otomatis harus menghadapi Juara Grup D, Jerman, yang sebelum Piala Dunia dimulai mengalami duka, karena salah satu pemain terbaiknya Michael Ballack dipastikan absen, sehingga makin mengecilkan Sang Juara Dunia 1990 ini menjadi favorit juara. Namun nyatannya, Jerman menjadi salah satu kandidat Juara setelah berhasil menjuarai Grup D dengan 6 point setelah bermain kurang beruntung melawan Serbia. Padahal jika kita urut-urutkan secara Logika, banyak menjagokan Inggris akan berhasil mengalahkan Jerman dengan mudah, melihat komposisi pemain yang dibawa oleh Capello dan Joachim Low, sungguh berbeda sekali. Pemain-Pemain Inggris adalah pemain-pemain yang ditempa oleh Liga Inggris, Liga Terbaik di Dunia saat ini, bayangkan, Asley Cole, Jhon Terry dan Frank Lampard adalah ikon penting Chelsea, Gerard adalah ikon penting Liverpool, mereka-mereka semua adalah pemain dengan label gaji tertinggi diklubnya masing-masing, bandingkan dengan skuad Tim Muda Jerman yang belum punya nama tenar, apalagi bermain di Klub yang berani menggaji gila-gilaan kayak pemain Inggris. Yang lucunya lagi, Tim Panser Jerman berintikan pemain-pemain yang hanya merumput di Bundesliga. Padahal Bundesliga Jerman masih kalah jauh kualitasnya dibandingkan dengan Liga Inggris, Spanyol dan Italia. Disinilah letak pola pikir pembinaan pemain-pemain muda Jerman, Regenerasi yang tidak putus mata rantainya dapat kita lihat pada Tim Panser Jerman saat ini. Kita lihat pemain-pemain hasil orbitan Jurgen Klinsman kala menukangi Tim Panser empat tahun yang lalu semisal Miroslav Klose, Lucas Podolski, Bastian Schaweinsteiger dan kawan-kawan dipadukan oleh Joacim Low dengan Thomas Muller, Cacau dan Jerome Boateng. Inilah yang tidak dipunyai oleh Tim Inggris, pemain Inggris yang dikenal dengan kaya raya dan terbiasa dengan kehidupan yang serba Glamournya, tiba saat turnamen seperti ini tidak bisa didampingi oleh Istri atau Pacar masing-masing pemain, pemain Inggris seperti tidak ada semangat untuk bermain, maka tidak heran jika Jerman mampu mencukur Inggris dengan skor telak 4-1.
Pemain-pemain Inggris tidak mampu meladeni permainan cantik nan apik Jerman, kita lihat pemain-pemain Inggris kalah segalanya. Ternyata rahasianya hanya satu, walau Michael Ballack cedera, Joachim Low tetap meminta saran terhadap permainan pemain-pemain Inggris, Ballack tetap dihormati oleh Low dan dimintai keterangan maupun video-video permainan pemain-pemain Inggris, dan hasilnya sungguh luar biasa, Inggris dipaksa angkat koper. Sejarah terulang lagi, dimana Jerman sekarang dapat membalas sakit hati kala tersingkir diajang yg sama tahun 1966, kala Jerman bersua Inggris di Stadion Wembley. Memang kala itu Inggris menang, dan satu tendangan keras Hurst mengenai mistar gawang, namun apakah melewati garis apa tidak, itu masih kontroversi saat ini. Kini juga pemaksaan untuk pemakaian alat Elektronik menunjang pengambilan keputusan oleh Wasit masih diperdebatkan, namun salut buat Wasit, karena sekali memutuskan sesuatu, tidak mau mengubahnya lagi. Contoh paling baru adalah saat Argentina melawan Meksiko, kita lihat bahwa wasit Mauro Rossetti tidak yakin dengan keputusannya yang mengesahkan Gol pertama Tevez, makanya dia kompromi dengan hakim garis, setelah mengalami perdebatan yg cukup lama, maka Rossetti wasit dari Italia tetap mengesahkan Gol Tevez dan tidak menggubris protes pemain-pemain Meksiko. Itulah drama Sepak Bola, yang tidak ada habis-habisnya. Apa point yang paling penting dari sini ? tetap PSSI harus mau belajar dan belajar, Pembinaan Pemain Muda dengan Regenerasi yang tepat, berkelanjutan dan berkesinambungan, tidak putus mata rantainya akan menghasilkan pemain-pemain hebat bertalenta, maka, tidak heran, jika setelah Piala Dunia, maka pemain-pemain inti Tim Panser Jerman akan menjadi rebutan klub-klub raksasa dunia baik dari Inggris maupun dari Spanyol atau Italia. Inggris, hanya kembali akan menjadi objek Bisnis Premire Inggris, dimana pemain-pemain dari seluruh penjuru dunia akan menyerbu kompetisi domestik yang bergelimang duit tersebut, jadilah Inggris dikenal karena kompetisinya yg wah, bukan karena pemainnya yg benar-benar TOP. So, akankah Tim-Tim unggulan lainnya seperti Spanyol dan Portugal akan menyusul Perancis, Inggris dan Italia ? kita tunggu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H