Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Money

Ironi Indonesia Menghadapi Persaingan AFTA 2015, Sumber Daya Manusia Kita Belum Mampu Bersaing Secara Global

17 Maret 2014   01:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:52 1327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Era Globalisasi dan era Teknologi Informasi dan Komunikasi di abad 21 telah berjalan begitu cepat dan begitu derasnya. Indonesia sebagai salah satu negara besar di Asia Tenggara, berada pada letak Geografis yang sangat strategis, berada di antara dua benua, Benua Asia dan Benua Afrika, dua samudera, Samudera Hindia dan Samudera Pasifik sudah pasti “kecipratan” Era Globalisasi, karena Indonesia adalah pintu perdagangan dan tempat persinggahan lintas benua. Intinya, Indonesia adalah negara yang mengalami dampak dari segala perubahan yang ada di dunia ini. Tidak terkecuali, perjanjian AFTA yang dibuat oleh Persatuan Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) yang inti kerjasama itu adalah “untuk meningkatkan daya saing diantara negara-negara anggota ASEAN (sepuluh negara yaitu: Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Philiphina, Singapura, Thailand, Vietnam, Laos, Myanmar dan Kamboja), dengan cara menghapus beban atau biaya tarif. Sehingga diharapkan datangnya investor-investor asing untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi diantara sesama anggota AFTA”. Intinya AFTA yang disepakati berdasarkan KTT ASEAN di Phonm Penh adalah munculnya era Perdagangan Bebas. Tidak terasa, kita akan memasuki pertengahan tahun 2014, tahun 2015, perjanjian AFTA akan diberlakukan. Apakah penduduk negara kita siap menghadapi Perdagangan bebas dan investasi modal asing nantinya? Sebab negara-negara macan asia semacam : Jepang, Korea, Cina, India dan bahkan negara Australia yang sudah masuk zona Asia bakalan meramaikan era perdagangan bebas ini.

Kurang lebih 240 juta penduduk Indonesia saat ini sedang mempersiapkan diri menuju Pemilu 09 April 2014 nantinya. Memilih pemimpin baru yang pro rakyat dan mendukung kebijakan pengembangan Ekonomi Kreatif Rakyat adalah tujuan rakyat Indonesia, sehingga tahun 2015 di kala AFTA diberlakukan, ekonomi kita dapat berkembang sesuai dengan tujuan dasar AFTA. Karena dalam AFTA ini hanya ada satu pasar dan basis produksi dengan lima elemen utama, yaitu: aliran bebas barang, bebas jasa, bebas investasi, bebas modal dan aliran bebas tenaga kerja yang terampil dan berkompeten.

Aliran SDM (Tenaga Kerja) Kita Sudah Siapkah?

Pertanyaan yang muncul dalam menyongsong AFTA 2015, sampai dimana kesiapan masyarakat usia produktif kita dalam menghadapai era perdagangan bebas ini, sanggupkah kita berkompetisi dengan baik bersama dengan warga asing. Sangat dipastikan, persaingan pola pikir, ide-ide dan gagasan-gagasan sangat dibutuhkan untuk bersaing dengan ide-ide dari negara-negara tetangga yang masuk dalam zona ASEAN. Output atau hasil dari pembinaan dan sistem pendidikan kita akan di uji dalam era perdagangan bebas ini, secara kuantitas memang SDM kita sangat banyak dan sangat mungkin untuk disalurkan ke negara-negara lain, tetapi pengalaman dan fakta bercerita bahwa warga negara kita kerap menjadi korban dan berakhir dalam kematian maupun hukuman mati akibat kualitas SDM kita yang kurang mumpuni dan kurang mampu bersaing serta memenuhi standard yang dibuat oleh negara-negara yang menginginkan jasa daripada warga negara kita. Warga negara kita kerap menjadi bulan-bulanan ketidak puasan mereka atas pelayanan dan keterampilan SDM kita yang notabene memang masih kurang dalam mendapatkan pendidikan maupun pelatihan. Belum lagi masalah administrasi yang amburadul, dimana sangat banyak TKI kita disalurkan secara ilegal, dipalsukan umur maupun datanya, dan sebagainya yang sangat merugikan dan sangat miris mendengar maupun melihatnya.

Padahal, secara garis besar, negara ini adalah negara yang memiliki potensi dan kemampuan serta keterampilan yang lebih baik, sebut saja dari negara seperti Kamboja, Laos maupun Vietnam, bahkan dari Malaysia sekalipun. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya para peserta didik kita yang mampu meraih prestasi dari setiap bidang yang diperlombakan atau dipertandingkan baik skala Nasional, Regional maupun Internasional. Dari Seminar Literasi TIK yang baru saya ikuti beberapa waktu yang lalu, para narasumber mengatakan fakta yang sedemikian gamblangnya bagimana SDM kita mampu bersaing dengan negara-negara lain, apabila dibimbing dan dibina dengan baik dan benar.

Dari negara kita tidak ada yang kurang, alam yang subur, indah dan mampu menghasilkan segala sesuatu yang kita butuhkan menjadikan Indonesia adalah negara tropis yang paling subur dan paling diincar oleh semua pihak untuk mengeruk Sumber Daya Alamnya. Semua investor asing berlomba-lomba untuk mengambil keuntungan, sebut saja :

1.Freeport Mc Moran, perusahaan tambang yang mengelola lahan di Tembagapura, Mimika, Papua yang mampu mengeruk 220.000 ton biji mentah emas dan perak per hari yang ntah kemana di bawa. Berapa persenkah keuntungan dari pengerukan itu untuk Indonesia, khusunya untuk kesejahteraan rakyat Papua? Mohon dijawab. Belum lagi ada nama perusahaan seperti Newmont yang beroperasi di kawasan NTT dan NTB, ada Chevron dan ConocoPhilips serta ExxonMobil yang beroperasi di Cepu, Jawa Tengah.

2.Perusahaan dari Negeri Tirai Bambu, Cina yang mengincar batubara, nikel dan bauksit yang merupakan sumber energi non-migas tanah air kita. Ada Petro Cina, PT Heng Fung Mining Indonesia yang kesemuanya berlomba-lomba untuk mengeruk tambang-tambang yang tersembunyi di tanah air kita.

3.Ada Inggris dengan British Petroleum (BP) yang mengelola Blok Gas Tangguh di Papua. Belum lagi perusahaan-perusahaan asing lainnya seperti dari Perancis dan Kanada yang sudah lama bermitra dengan Pemerintah Indonesia dari jaman dahulu hingga sekarang.

Yang kesemuanya itu telah diakui bahwa itu adalah “salah urus” dalam hal pengelolaan Potensi Sumber Daya Alam Indonesia yang memang melimpah. Artinya, ada kesalahan dalam hal kebijakan dalam hal kerjasama yang mengakibatkan menipisnya cadangan sumber daya alam kita untuk anak cucu kita. Apa yang akan kita wariskan kepada anak cucu kita, tidak lain dan tidak bukan adalah menumpuknya utang negara, menipisnya sumber energy listrik kita, melemahnya sumber batu bara kita sebagai penyuntik PLN, minyak dan gas (migas) kita mengalami krisis dan sebagainya yang harus kita wariskan kepada generasi berikutnya.

Kesiapan kita menyongsong AFTA tergantung dari masyarakat kita menanggapinya, apakah bersantai, apakah bekerja keras, melatih ketrampilan, self-skill, atau terlena oleh oplosan-oplosan ala yks? AFTA adalah indikator negara kita adalah negara yang rajin, pekerja keras, ulet, gigih dan terampil ataukah bangsa yang suka berleha-leha, santai, tidak mau tahu dan bangsa yang tidak mengikuti perkembangan jaman? Memang diantara ribuan orang-orang kaya dan sukses menurut Majalah Forbes, warga negara kita ada bercokol sebanyak 19 orang, namun masih banyak jutaan rakyat Indonesia yang untuk makan satu hari 3 kali saja masih sangat sulit, untuk sekolah sampai tamat SMA/SMU sederajat saja tidak ada biaya alias tidak sanggup, masih banyak penderitaan kita lihat. Semoga Pemuli 2014 menghasilkan Pemimpin-Pemimpin yang benar-benar mampu melakukan perubahan, termasuk perubahan dalam Pendidikan, Sistem Pendidikan dan Kurikulumnya. TIK sebagai Literasi dalam pembelajaran dan pengetahuan serta mengasah Self-Skill dalam menggunakan perangkat Teknologi dapat di berikan tempat khusus.

Salam,

Medan, 16 Maret 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun