Pelajaran berharga bagi Barcelona usai disingkirkan Si Nyonya Tua, Juventus di Perempatfinal Liga Champions, bagaimana cara bertahan yang baik? Bagaimana si Luis Enrique sebagai entrepenador yang paling bertanggung jawab memutar otak untuk meniru cara bertahan pasukan Massimiliano Allegri yang mampu menahan imbang pasukan catalunya di Nou Camp pertengahan minggu lalu sebagai modal dalam menghadapi derby bertajuk El Classico yang selalu memicu adrenalin dan menjadi perbincangan di seantero dunia.
Apalagi musim ini pasukan Luis Enrique memang mengalami masalah di lini La Defensa, terbukti ketika PSG mampu menyarangkan lima gol di babak 16 besar Liga Champions dan tiga gol oleh Juventus di babak perempatfinal yang mengkandaskan hasrat Luis Enrique mempersembahkan treble winners di akhir musim sekaligus perpisahan dirinya usai memutuskan untuk tidak melatih barca di musim depan. Sekaligus PR bagi pelatih baru yang bakal menangani barca di musim berikutnya, apalagi di La Liga sendiri gawang Ter Stegen sudah kebobolan 32 gol, walau telah memasukkan sebanyak 94 gol oleh trio MSN. Â
El Classico antara Barca vs Real Madrid akan selalu mendatangkan magnet yang tidak bisa dilewatkan begitu saja, karena rivalitas kedua klub sudah melegenda dan menjadi hegemoni yang akan selalu mendatangkan anekdot siapa sebenarnya klub terbaik di Liga Spanyol, bahkan dunia. Pertandingan nan seru serta berbau banyak intrik ini, akan mendatangkan satu kesimpulan yang terbaik dan jawara La Liga sesungguhnya, apakah Barcelona atau Real Madrid yang selalu berlomba-lomba mendaratkan seluruh pemain berlabel terbaik di seantero dunia ke klubnya masing-masing. Madrid misalnya, selalu mengaku Los Galaticos dengan pemain terbaiknya seperti Ronaldo, Gareth Bale, James Rodriquez dan banyak lagi, sementara Barca yang memiliki kebijakan memadukan jebolan La Masia-nya juga dengan pemain terbaik dunia semisal Suarez, Neymar  dan Ivan Rakitic.
Pada pertemuan pertama El Classico di Nou Camp, 3 Desember 2016 Barca sebagai tuan rumah mampu ditahan imbang oleh Real Madrid lewat gol Sergio Ramos di menit-menit akhir pertandingan. Gol sundulan kepala tersebut mampu membuyarkan mimpi Barca untuk memenangkan El Classico jilid pertama di musim ini. Dan Sergio Ramos pun didapuk sebagai pahlawan oleh fans Madrid yang mampu membawa satu point dari seramnya stadion Nou Camp usai Barca lebih dulu unggul lewat gol Luis Suarez di menit 55.
Pertemuan ke-2 sekaligus arena yang akan mensyahkan siapa juara La Liga musim ini di helat di stadion kebanggaan Real Madrid, Stadion Bernebeu yang menyita perhatian publik dunia sebab itu tadi, mempertemukan para pemain-pemain terbaik dunia dalam dua tim yang akan saling adu taktik, teknik hingga akting dan semangat mendapatkan kemenangan. Seperti biasa El Classico sejenak akan menghentikan segala aktivitas untuk menonton siapa yang terbaik di akhir musim ini.
Barca datang dengan kekuatan yang tidak sempurna, Neymar terkena skorsing usai mendapatkan kartu merah dalam laga melawan Malaga. Luis Enrique juga menerapkan strategi lini belakang dan tengah yang agak berbeda untuk meredam kecepatan dan kekuatan teknik individual pemain Madrid yang tentunya bertumpu pada Ronaldo, Benzema, Bale yang ditopang oleh Toni Kroos, Casemiro hingga Marcelo dari sisi kiri pertahanan Barca. Luis Enrique memutuskan untuk memasang Pique di jantung pertahanan berduet dengan Samuel Umtiti yang penampilannya semakin bagus dan mengesampingkan peran pemain asal Argentina Javier Mascherano. Yang aneh sekaligus manjur meredam agresivitas permainan Madrid adalah penempatan Sergio Busquets sebagai Libero yang diadopsi dari sistem pertahanan grandel ala catenaccio. Busquets bermain bebas untuk menghalau gelombang serangan Madrid, walau tidak sefasih Franz Beckenbauer maupun Lothar Mattheus, tetapi Busquets mampu mengemban tugas yang diberikan dengan baik.
Lalu menempatkan Ivan Rakitic dan Sergi Roberto menyusur dari sisi kiri dan kanan lini tengah Barca, sementara Andres Iniesta didapuk sebagai pengatur serangan dan penyuplai bola kepada Messi, Suarez dan Paco Alcacer yang mengisi posisi Neymar. Strategi ini mampu menahan serangan-serangan Madrid yang dikomandoi oleh Ronaldo, Luca Modric dan Toni Kroos di garis pertahanan Barca. Sampai 28 menit babak pertama, gawang Ter Stergen masih steril dari gelombang serangan Madrid, namun menit 29 sebuah kemelut hasil tendangan bebas mampu dimaksimalkan oleh Casemiro menjadi gol. Walau berbau off side sebelum Sergio Ramos menendang bola yang membentur tiang gawang, wasit Alejandro Hernandez tetap mengesahkan gol tersebut. 1-0 buat Madrid.
Momok Messi dan Ter Stergen
Namun, bukan Barcelona namanya jika tidak mampu menjebol gawang Madrid yang diisi oleh pemain-pemain belakang hebat semisal, Ramos (C), Daniel Carvajal, Nacho dan Marselo untuk menenami el portero, Navas. Dan satu hal lagi, sepertinya kali ini Ter Stegen menjadi tembok tebal yang tidak dapat ditembus oleh Benzema dan Ronaldo, tendangan-tendangan mereka tidak bisa menembus tembok tangguh kiper Jerman tersebut. Beberapak kali peluang terbuka Ronaldo dapat dipatahkan oleh tangan Ter Stergen yang membuat Ronaldo tidak berkutik dalam laga El Classico tersebut.
Sementara, penampilan Messi sungguh sempurna di laga tersebut. Tertinggal 1-0 tidak membuat pasukan Blaugrana panik, lima menit kemudian terbukti serangan ampuh pasukan Catalunya mampu menyamakan kedudukan. Berawal dari umpan Iniesta ke Rakitic dan kembali di umpan ke arah pertahanan Los Blancos yang kerepotan oleh pergerakan Suarez, Paco Alcacer dan Messi. Nama terakhir berhasil memotong umpan Rakitic dan mengelabui Carvajal dan bom..tendangannya berhasil mengelabui Navas yang mencoba menutup ruang tembak Messi. Gol, skor imbang.
Gol tersebut menyengat para pemain Madrid hingga mencoba terus mengurung pertahanan Barca, namun selalu kandas, bahkan kontroversi terjadi ketika Casemiro berulang kali menjegal Messi, namun tidak berbuah kartu kuning kedua, hingga babak pertama usai kedudukan 1-1 dan Messi sukses mengukir rekor gol ke-499 sepanjang berkarier dengan baju kebesaran Barcelona.