“Aku juga cinta kamu…!”,ujarmu membalas ucapanku, menatap sejuk bening dengan sorot mata pasti sambil berpegangan tangan, yakin tak akan pindah kelain hati. Tatap mata itu juga mengisyaratkan kepasrahan dan butuh perlindungan. Kucoel hidungmu menarik tangan menuju pulang. Ya…. Setiap sabtu sepulang kerja cepat, kujemput Ella kekasihku di sekolah kursus menjahit, kan kuantar pulang. Tapi sebelum sampai rumahnya, kami singgah dibawah pohon jambu di pinggir sungai tak jauh dibelakang rumahnya.
Sampai mejelang tidur semua potongan itu rapi tersimpan lekat tak mau hilang, masih terngiang berulang tak mau pergi. Karena tak mau mata terpejam, lalu kubuka jendela kamar, melihat bulan setengah diantara pucuk kelapa dihiasi bintang bersinar indah, seindah hatiku malam ini. Bayang wajahmu kembali datang bergantian berkejaran dilangit-langit kamar, teramat asik mengingatmu bermain-main dengan bayanganmu. Terimakasih Tuhan, atas anugerah cinta yang kau selipkan di dua hati terangkai kuat.
***
Siang itu kita pergi lagi menikmati cinta bersemi mandi ketempat rekreasi. Berenang berkejaran, sampai sore tak ingat waktu. Dengan sepeda motor pulang kehujanan basah kuyup melaju kencang tertawa senang menikmati rindu menyatu seakan tak habis waktu, seolah dunia ini milik kita berdua. Sampai di rumahmu jam 8 malam mendapat teguran dari ayahmu mengingatkan, sekedar tanda sayang. Kemudian ibumu datang membawakan teh hangat, sehangat kasih mereka buat kita.
Sepanjang jalan pulang dari rumahmu malam itu terbayang besarnya tabunganku, seakan cukup buat melamarmu. Terbayang membina rumah tangga kecil bahagia, membuat rumah gubuk di atas tanah nenek di desa yang sejuk. Semakin hanyut anganku, memiliki anak lelaki tampan yang wajahnya mirip kamu, tapi kulitnya putih sepertiku, mengejar bola di halaman sambil kau member makan, bola ditendangnya mengenai koran yang lagi kubaca di teras rumah. Tiba-tiba, Sssttt…ssstt……brakkk..!!.
“ Angkat…angkat….bawa kerumah sakit…cepat.. dia sekarat…cepat..!”.
“Apa yang menabraknya?”
“Itu…mobil tangki minyak….!”
“Hei…kau yang pakai sepeda motor ….!, kejar mobil itu…!!”
“Angkat…angkat.. pelan-pelan, masih ada nafasnya”
“Ke rumah sakit mana..?”