Pertandingan seru di Grup D akan tersaji kala dua negara beda zona akan saling jegal untuk merebut status pemuncak klasemen Grup D penyisihan Copa America edisi spesial, Centenario yang artinya pesta 100 tahun bergulirnya turnamen tertua sepakbola sejagad raya. Argentina, zona CONMEBOL, peringkat 2 FIFA yang telah sukses memulai langkah mereka di Copa America dengan kemenangan berharga 2-1 atas juara bertahan Chile akan kembali menantang Panama, negara anggota CONCACAF sebagai partisipan yang juga mengemas tiga poin berkat kemenangan sensasional atas Bolivia, rangking 72 FIFA juga dengan skor 2-1.Â
Berkat kemenangan tersebut, maka Argentina dan Panama bertengger di posisi atas dengan point dan kemasukan-memasukkan gol yang sama. Ini sangat menarik, sebab dipastikan Chile si peringkat 5 FIFA harus bermain habis-habisan kontra Bolivia jika tidak ingin angkat koper dari turnamen secepat mungkin, dan menahan malu dengan status juara bertahan yang mereka sandang setahun lalu, tetapi harus gagal total di edisi spesial ini.
Sementara, Albicelestes – julukan Timnas Argentina – juga akan bermain sepenuh hati untuk meraih tiga poin maksimal, sehingga dengan nilai enam akan mengamankan satu jatah ke babak 16 besar. Walau tidak mudah, karena ternyata Panama datang ke Amerika Serikat dengan persiapan yang matang. Terbukti, Bolivia mampu mereka jungkalkan lewat sepasang gol yang diciptakan oleh Blaz Perez.
 Los Canaleros – julukan Timnas Panama – mampu menampilkan permainan keras dan cepat, serta mengandalkan otot menjadikan tim asuhan Hernan Dario Gomez ini tim underdog mendampingi Argentina ke babak 16 besar. Panama akan menghadang laju Argentina yang bertabur bintang, sementara Panama berisikan pemain-pemain yang bermain di kompetisi lokal dan mengandalkan kebersamaan, tetap saja saya menjagokan tim Tanggo akan mampu mengalahkan Panama.
Ada beberapa alasan kenapa Argentina yang akan meraup tiga point atas Panama, yaitu :
Pertama, faktor kembalinya sang Messiah. Messi (28) tahun yang tidak diturunkan oleh pelatih Tata Martino diperkirakan akan merumput dari menit pertama kontra Panama. Messi tentunya sudah kangen bermain setelah dililit berbagai persoalan, mulai dari cedera hingga dugaan penggelapan pajak yang membelitnya. Messi tentunya ingin menumpahkan semuanya diatas lapangan, sebab untuk bermain bola dan menghibur berjuta-juta umat manusia, dengan skill terbaiknya lah dia diciptakan.
 Kerinduan untuk bermain bersama 10 pemain terbaik tim Tanggo di Copa America edisi spesial ini tentunya sudah sangat diidam-idamkan oleh pemain yang di juluki La Pulga alias si kutu ini. Kaki Messi sudah gatal untuk menggiring bola, melikuk-liuk bagaikan penari Tanggo, dan menusuk bagaikan kijang lapar untuk membobol gawang Panama yang dijaga oleh Jaime Penedo, atau memberi assist atau umpan manis kepada Gonzalo Higuain, ataupun predator lainnya yang akan diturunkan oleh Tata Martino. Jadi mari kita tunggu sihir Messi kontra Panama.
Kedua, tim Tanggo tentunya datang ke Amerika Serikat untuk membuktikan bahwa walau turnamen Copa America di helat untuk pertama kalinya di luar negara Amerika Selatan, mereka tetap favorit juara. Argentina adalah tim tangguh yang selalu diperhitungkan dalam setiap turnamen dan menjadi negara spesialis turnamen, tidak terkecuali di Copa America.
 Walau kenyataannya, sejak tahun 1993, Argentina tidak pernah lagi mencicipi gelar juara turnamen tertua sepanjang sejarahnya, tetapi perjalanan tim Tanggo selalu enak ditonton kisah perjalanannya. Finalis Copa America 2007, Piala Dunia 2014 dan Copa America 2015 menjadi kisah pilu yang harus diakhiri dengan kisah harus menjadi Juara Copa America edisi 100 tahun ini.
Ketiga, keinginan untuk menghapus kenangan buruk World Cup USA 1994. Yah, skuad tim Tanggo datang ke Amerika Serikat dengan misi untuk menghapus kenangan buruk yang ditorehkan oleh para legenda mereka, terutama Diego Armanda Maradona. Gara-gara gagal tes doping yang dilakoninya, Argentina yang diprediksi bisa merengkuh setelah gagal di final 1990 Piala Dunia, harus kehilangan harga diri dan pulang dari turnamen bergengsi tersebut dengan kepala tunduk.Â
Bagaimana tidak? Kedigdayaan di fase grup harus diakhiri akibat si cebol, julukan Maradona tidak bisa bermain karena terbukti menggunakan doping. Maradona-sentris – ketergantungan tim kepada Maradona – mengakibatkan permainan Argentina hancur lebur, mental down, sehingga didepa Rumania dibabak 16 besar. Sekelumit cerita diatas seharusnya menjadi media pembelajaran bagi Albicelestes sekarang, sehingga lebih berhati-hati dan berjuang untuk menghapus kenangan buruk tersebut dengan menjadi Juara.