Final Liga Champions edisi 2015/2016 akan dihelat di Stadion kebanggaan kota mode Milan, Italia San Siro tanggal 29 Mei 2015 pukul 01.45 Wib dini hari nanti yang akan mempertemukan derby satu kota Madrid. Yah, Real Madrid kontra Atletico Madrid akan bertarung habis-habisan untuk memperoleh gelar klub terbaik di benua Biru, Eropa di stadion kebanggaan AC Milan yang beberapa tahun belakangan ini tidak riuh bergemuruh lagi pasca terpuruknya prestasi AC Milan dikancah domestik maupun eropa.
Semua mata diseluruh dunia akan tertuju pada pertandingan akbar ini, semua aktivitas akan terhenti untuk menyaksikan pertandingan seru yang diprediksi bakal sulit untuk diprediksi siapa yang bakal mengangkat tropi si kuping lebar, tidak terkecuali saya. Sore ini ada yang spesial kala saya singgah di kedai kopi langganan saya, yah kedai kopi bang Malang. Kenapa dijuluki bang Malang? Bukan karena abang pemilik kedai kopi yang letaknya disimpang kampus ini sering mendapatkan kemalangan, tetapi karna abang ini bermarga Malango, sehingga disingkat bang Malang.
Ketika saya sampai di kedai, saya melihat disalah satu sudut kedai, dimeja ujung, banyak orang berkerumun, ternyata setelah saya dekati, saya melihat banyak orang melingkari mengerubuni seorang sosok yang sudah tua renta, berpakaian serba putih dan memakai ikat kepala putih. Rupanya sosok tak tau asal-usulnya ini memiliki kebiasaan yang unik, bercanda gurau dengan para pengunjung dan akan suka meramal partai-partai sepakbola yang akan dipertandingkan. “kalau menurutku, yang berkostum garis merah dan putih yang menang” begitulah jawaban orang aneh ini sambil menunjuk gambar Saul Niguez yang menghiasi gambar koran yang ditunjukkan para pengunjung. Yang artinya dia meramalkan Los Colchoneros yang bakal menang dalam duel akbar edisi ke-2 di final Liga Champions ini.
Lantas, apakah ramalan kakek tua dikedai pak Malang itu akan jadi kenyataan? Memang tidak semua setuju dengan ramalan itu, tapi yang menguatkan saya juga turut menjagokan Atletico adalah nasehat pak Malang, “biasanya tim yang kalah dipertemuan pertama, akan menang dipertemuan kedua, selain itu simbol Atletico seperti angka 5 juga membawa peruntungan bagi Atletico”. Jawaban yang diluar nalar tersebut menjadi senjata peramal meramalkan Atletico jadi juara.
Undecima vs Pertama
Memang tidak ada jaminan peramal itu akan jadi kenyataan, namun setidaknya ramalan itu menjadi bumbu pelengkap rasa penasaran siapa yang bakal mengangkat tropi Liga Champions, sebab sejarah panjang rivalitas klub ibukota Madrid ini sungguh menarik untuk diikuti. Adalah Real Madrid peraih 10 kali tropi Liga Champions merupakan raja kompetisi Eropa tersebut. Titel 2014 merupakan pelengkap la decima dan pesta terbesar di kota Madrid pasca menenggelamkan Atletico Madrid yang berhasrat meraih titel pertama mereka di kompetisi paling bergengsi ini dengan kemenangan sensasional 1-4 dibabak perpanjangan waktu setelah bermain imbang 1-1 di babak normal. Sergio Ramos sang kapten membuyarkan mimpi Diego Simeone, dkk dua tahun yang lalu yang sudah unggul cepat lewat gol Diego Godin. Kesalahan strategi Diego Simeone dan faktor kelelahan usai berpesta di Paseo del Prado dengan pusatnya di Plaza de Neptuno usai menjuarai La Liga 2013/2014 disinyalir menjadi biang kerok kegagalan Atletico meraih mimpi juara Liga Champions untuk pertama kalinya sepanjang sejarah 113 tahun klub pesaing Real Madrid dan Barcelona ini berdiri.
Semenjak kedatangan Diego Simeone lima tahun silam, memang Atletico sudah berubah total, dengan tangan besi dan tangan dinginnya, los colchoneros dibawa pria Argentina ini menjadi kekuatan baru di Liga Spanyol yang dulunya hanya mengenal Real Madrid dan Barcelona sebagai langganan juaranya. Liga Eropa 2011/12, Piala Super Eropa 2012, Piala Super Spanyol 2014, Copa del Rey 2012/13, dan La Liga 2013/14 menjadi bukti sahih bahwa Simeone adalah salah satu pelatih muda terbaik di dunia saat ini.
Jika Real Madrid mengejar la undecima, yang disebut media Spanyol sebagai titel ke-11 di LC dengan segala kengogotan, ambisi, dan obsesinya bersama dengan pelatih baru, Zinedine Zidane maka begitu juga dengan Atletico Madrid, klub yang diunggulkan oleh sejumlah pilar Barcelona untuk meraih gelar Liga Champions pertama mereka setelah kegagalan di Lisbon, Portugal dua tahun yang lalu. Impian kuat untuk memberikan titel pertama LC di lemari trofi Vicente Calderon merupakan ambisi yang akan diwujudkan oleh Diego Simeone bersama pasukan pantang menyerah yang dia poles dengan kolektivitas dan spirit perjuangan hingga akhir pertandingan. “Final kali ini bukanlah balas dendam. Ini adalah kesempatan baru menjadi juara,” terang Simeone mengomentari laga lawan Real, yang diamini oleh anak buahnya, “Tidak. Kami sama sekali tidak melihat ini sebagai balas dendam. Kami melihatnya sebagai sebuah peluang lain yang diberikan,” kata bek sekaligus wakil kapten Diego Godin, pencipta gol di final LC 2014 yang lalu. “Apa yang terjadi biarlah terjadi. Dua tahun telah berlalu. Memang ada yang tetap sama, tapi banyak yang berubah. Sekarang situasinya tak sama,” tutur raja gol Antoine Griezmann, raja gol Atletico yang saya prediksi menjadi pemain pertama yang mencetak gol di final ini.
Lebih dari Zidane vs Simeone
Yang lebih menarik dari final LC 2016 ini mempertemukan pelatih satu generasi, yah Zinedine Zidane, playmaker elegan dengan daya magis tingkat dewa dalam hal mengolah si kulit bundar. Zizou lebih dikenal sebagai kreator serangan yang menghipnotis para bek lawan maupun penonton dengan aksi-aksi dribbling dan olah bolanya yang mendekati kata sempurna yang membuat bapak empat anak ini diganjar sebagai pemain terbaik dunia sebanyak tiga kali. Daya magis Zizou (43) tahun selama membela Juventus (1996-2001) dan Real Madrid (2001-2006) dengan tropi Liga Champions tahun 2002 bersama Real akan bersua kembali dengan Diego Simeone (46) tahun yang pernah mentas di Seri A bersama Inter Milan (1997-1999) dan Lazio (1999-2003) dengan raihan trofi UEFA Super Cup dan bersama Atletico Madrid (2003-2005). Kontras dengan permainan indah Zizou, Simeone adalah seorang gelandang pekerja keras, tukan provokasi, agak bengal, dan sering diving yang menginspirasi Atletico Madrid kala ditangannya.
Bagi ayah dari tiga anak ini pertarungan dengan Zizou di pinggir lapangan adalah pertarungan sesungguhnya diantara mereka, karena selama menjadi pemain, kedua sosok ini belum pernah bersitegang maupun adu fisik yang mengakibatkan salah satu pemain merasa dirugikan. Inilah saatnya mereka akan menunjukkan skill melatih mereka, namun pengalaman Simeone semenjak pensiun di usia 36 tahun dan melatih Racing Club, Estudiantes, River Plate, hingga Atletico Madrid akan menjadi modal lebih Atletico untuk meredam Real Madrid. Belum lagi kolektivitas tim yang diutamakan oleh Simeone untuk mengalahkan sebelas pemain bintang Real. Hal ini sudah dibuktikan dengan menjungkalkan juara-juara Liga Champions, sebut saja Bayern Muenchen yang diarsiteki Pep Guardiola dan Barcelona tentunya, si juara bertahan yang disingkirkan dengan cara yang elegan.