Wacana mengembalikan Ujian Nasional alias UN menjadi perdebatan di kalangan pendidik, praktisi pendidikan, hingga menjadi topik pilihan di Kompasiana untuk mengetahui, seperti apa pendapat para Kompasianer yang malang melintang di blog keroyokan ini. Apakah setuju UN dikembalikan? Atau malah tidak setuju?
Dipecahnya Kemendikbudristek menjadi tiga bagian kementerian di era Pak Prabowo memang membawa perdebatan. Ada yang pro dan kontra tentang kualitas pendidikan kita saat ini tanpa ujian nasional yang digantikan dengan Assesmen Nasional, bahkan berbasis Komputer alias ANBK.
Jadi sebenarnya tetap ada ujian nasional, namun kali ini di eranya pak Nadiem Makarim, formatnya diganti.
Jika tahun sebelumnya atau di tahun terakhir dilaksanakannya Ujian Nasional Berbasis Komputer, yaitu tahun 2020 hingga tahun ke bawahnya, format ujian nasional berbasis komputer ditujukan bagi seluruh siswa kelas dua belas di tingkat SMA dan SMK, kelas sembilan di tingkat SMP, serta kelas enam di tingkat Sekolah Dasar, maka di eranya pak Nadiem Makarim, nama dan formatnya diganti.
Format baru yang dilakukan pak Nadiem adalah mengganti namanya dari UNBK, menjadi ANBK (Asessmen Nasional Berbasis Komputer). Dari namanya saja sudah beda bukan?
Lantas apa perbedaan dari ujian nasional berbasis komputer dengan asessmen nasional berbasis komputer? Ok, satu-satu kita jelaskan di sini.
Jika Ujian Nasional Berbasis Komputer, adalah sistem ujian yang digunakan untuk menilai hasil belajar siswa pada akhir jenjang pendidikan tertentu, seperti SMP, SMA, dan SMK. Lalu tujuan utamanya UNBK, untuk menentukan kelulusan siswa dan memeringkat sekolah berdasarkan hasil ujian tersebut, plus UNBK dilakukan secara serentak untuk semua siswa di seluruh Indonesia dan menggunakan format soal pilihan ganda serta isian singkat.
Maka, ANBK alias Asessmen Nasional Berbasis Komputer, tujuannya adalah sistem evaluasi yang digunakan untuk memetakan mutu pendidikan di Indonesia, sehingga hasil ANBK bukan berfungsi sebagai penentu kelulusan siswa, melainkan untuk mengevaluasi input, proses, dan hasil pembelajaran di sekolah. Asessmen juga mencakup berbagai instrumen penilaian, termasuk Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.
Jadi jelas ada perbedaan nyata dan mendasar dari kedua Ujian ini, di mana UNBK berfokus pada penilaian hasil belajar individu yang berhubungan langsung dengan kelulusan siswa, dimana di tahun-tahun itu banyak siswa yang stress, cemas, dan depresi akibat harus mempersiapkan diri dan mencari-cari jawaban ataupun bocoran soal, agar nilainya tidak anjlok dan agar lulus ujian.
Sementara di tahun-tahun ketika UN masih berbasis kertas, kita masih mengingat banyaknya kecurangan yang terjadi, di mana saat perjalanan dari pusat ke daerah-daerah, kita mendengar bahwa soal sudah bocor di tengah jalan dan adanya penjualan kunci jawaban oleh oknum-oknum yang bekerjasama dengan guru untuk membahas soal-soal UN yang sudah bocor itu.