Apa itu lonely marriage? Dalam kamus Bahasa Indonesia bila kedua kata Lonely, artinya Sendirian dan Marriage yang artinya Perkawinan, digabungkan akan menjadi arti "Kesepian Perkawinan".
Kesepian Perkawinan? Kok bisa? Pikir saya dalam hati mengingat saya bersama pasangan hidup saya alias isteri saya dalam empat belas tahun perkawinan selalu ramai dengan suka dan duka sampai sekarang.
Ya, saya dan isteri saya selalu 'ribut' dalam arti yang positif, selalu ada saja yang dibahas mengakibatkan komunikasi selalu ditandai dengan canda tawa atau bahkan keributan-keributan dalam membahas sebuah persoalan rumah tangga, baik itu tingkah laku anak, masalah di lingkungan keluarga, masalah di lingkungan, atau bahkan masalah-masalah sepele bisa menjadi masalah besar yang berujung pada perdebatan tiada henti.
Bahkan saya melihat banyak konten-konten dari teman-teman di facebook ataupun di tiktok yang viral karena membincangkan masalah-masalah seputar keluarga mereka yang di videokan dan berujung pada ketenaran dan bahkan menghasilkan cuan. Padahal yang mereka lakukan hanyalah perbincangan seputar keluarga. Contohnya bagian siapa yang menjemur kain? Apa tugas suami? Ada suami yang masih sering berkomunikasi dengan mantannya? Padahal itu hanyalah akting, namun malah mendapatkan cuan alias uang dari penontonnya.
Mengapa terjadi Lonely Marriage?
Lantas pertanyaannya, mengapa terjadi Lonely Marriage dalam sebuah kehidupan berumahtangga? Bukankah perkawinan itu menyatukan dua pribadi yang berbeda menjadi satu dalam mahligai rumah tangga? Apakah cinta yang selama pacaran akhirnya harus menjadi perkawinan yang sepi?
Mengapa hal itu bisa terjadi? Mengapa perkawinan yang seharusnya bahagia dengan komunikasi dua arah, namun menjadi hambar menjadi perkawinan yang sepi? Pastinya itu terjadi karena kurangnya komunikasi. Sang isteri maupun suami terlalu memaksakan ego masing-masing dan tidak mau mengalah untuk menjadi orang pertama yang membangun komunikasi.
Mahligai rumah tangga yang artinya istana bagi suami dan isteri beserta anak-anaknya untuk membangun komunikasi yang baik, ternyata jadi hampa dan sepi karena masing-masing anggota keluarga sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Sibuk dengan gadget masing-masing, itu penyebab terjadinya lonely marriage.
Akibat gadget, maka suami tidak mempedulikan isteri dan anak-anaknya. Isteri tidak mau tau dengan urusan rumah tangga lagi. Kenapa? Karena semuanya sudah serba instan, serba cepat. Mau makan? Tinggal pesan lewat aplikasi. Mau nyuci dan setrika pakaian? Tinggal antar ke laundry. Apa lagi? Mau komunikasi? Tinggal chat atau panggilan lewat whatsapp. Sehingga perkawinan menjadi hambar dan tidak ada komunikasi.
Oleh karena itu, dituntut kesadaran diri dan disiplin dalam keluarga agar ada waktu untuk berkumpul bersama, minimal di jam makan malam. Disitulah waktu yang tepat untuk berkumpul bersama keluarga membicarakan apa aktivitas yang telah dilalui di hari itu. Sang suami harus mampu memimpin percakapan dalam ruang makan. Diawali dengan pertanyaan bagaimana harimu disekolah? Apa pelajaran hari ini yang menyenangkan? Apa yang kamu dapat? Maka otomatis anak-anak akan menjawab sehingga sambil makan terjadi komunikasi yang baik.