Dan itu bukanlah kelasnya Setan Merah, mengingat di era tahun 2000-an bagaimana skuad asuhan Sir Alex Ferguson adalah momok menakutkan bagi klub-klub peserta Liga Champions, dan juga mengingat gelontoran belanja yang dikeluarkan oleh klub untuk mendatangkan pemain-pemain bintang dari seluruh penjuru dunia.
Pengeluaran Erik ten Haag selama melatih MU dikabarkan jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan pengeluaran pelatih-pelatih sebelumnya, sebut saja Jose Mourinho dan Ole Gunnar Solskjaer yang masing-masing hanya mengeluarkan 466,1 juta pounds atau setara dengan 9,52 triliun rupiah dan 450,8 juta pounds atau setara dengan 9,21 triliun rupiah.
Sementara presentase kemenangan pasukan besutan Erik ten Haag ini masih kalah dari Jose Mourinho yang mengemas 58,33 persen hasil positif dari 144 laga selama memimpin MU. Dalam hal trophy? Mourinho masih lebih baik dari Ten Haag dengan pencapaian tiga trophy, yaitu Liga Eropa, Piala Liga Inggris, dan Community Shield.
Sementara di musim ini? MU sudah terseok-seok di Liga Eropa dengan nihil kemenangan. MU ditahan imbang oleh Twente, Porto, dan Fenerbache. Di Liga Primer Inggris? Sampai tulisan ini MU masih bercokol di urutan 14 setelah hanya mampu mengumpulkan 11 point dari sembilan pertandingan.
Jadi wajar jika pihak manajemen Manchester United mengambil keputusan cepat dengan memecat Erik ten Haag, sehingga kapal bernama Si Setan Merah tidak makin tenggelam dan terperosok ke dasar klasemen lebih dalam lagi.
Dikabarkan, setelah MU tumbang dari West Ham United dengan skor 1-2, rapat manajemen langsung dipimpin oleh Sir Jim Ratcliffe dan mengumumkan keputusan bersama bahwa pihak manajemen MU mengakhiri kerjasama dengan Ten Haag sejak Senin, 28 Oktober 2024 pagi waktu setempat.
Keputusan yang berani dan tepat demi kelangsungan MU di Liga Primer Inggris agar tidak terdegradasi, dan manajemen MU langsung mengumumkan pengganti sementara atau caretaker bernama Ruud van Nistelrooy.
Ya, nama tidak asing lagi bagi penghuni Old Trafford dan juga bagi penggemar MU di seluruh dunia. Bisa jadi inilah awal kebangkitan MU ditangan seorang Van Nistelrooy yang notabene adalah seorang pemain MU yang telah memberikan segalanya bagi MU sewaktu menjadi idola di MU medio tahun 2000-an.
Selain faktor mantan pemain, juga tentunya ada ikatan yang membuat Van Nistelrooy bekerja keras membangun tim untuk mewujudkan mimpi menjadi pelatih muda terbaik mengikuti rekan-rekan se-usia dirinya yang telah menjadi pelatih hebat, sebut saja seperti Xabi Alonso yang telah membuktikan kapasitasnya sebagai pelatih muda terbaik usai membawa Bayer Leverkusen juara Bundesliga Jerman dan Piala DFB Pokal. Paling mengesankan tentunya dari 35 laga, 30 kemenangan dan mencetak 101 gol, statistik luar biasa yang membawa Xabi Alonso salah satu pelatih terbaik dan berbaka yang diincar banyak klub.
Jadi, manajemen MU telah membuat langkah tepat dengan membuang pelatih yang hanya mampu memboros-boroskan uang, dengan mendatangkan mantan ikon Old Trafford yang akan kembali membawa kejayaan MU.
Pertanyaannya, Mampukah Van Nistelrooy menjawab tantangan untuk membawa MU keluar dari jurang degradasi? Mampukah Van Nistelrooy mengangkat MU kembali ke level Lima Besar Klasemen Liga Inggris?
