CGP Angkatan 10 Kelas 10.97. BBGP Sumut
Menurut KHD Pengajaran (onderwijs) merupakan salah satu bagian penting dari Pendidikan, artinya bahwa pengajaran tidak lain adalah pendidikan dengan cara memberikan (transfer) ilmu atau hal berfaedah untuk hidup maupun bekal murid, baik lahir, maupun bathin.
Pendidikan diartikan sebagai "tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak" yang artinya bahwa pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada diri murid kita, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun nantinya sebagai anggota masyarakat.
Tak dapat dipungkiri bahwasanya ada relevansi yang terjalin antara pemikiran KHD dengan konteks pendidikan Indonesia saat ini, dimana bahwa Pendidikan adalah sebagai proses pembentukan karakter anak didik bangsa Indonesia, membentuk manusia yang utuh dan berbudaya, memiliki akal, hati, dan rasa kemanusiaan yang tinggi.
Juga, Pendidikan menurut KHD adalah pendidikan yang Holistik atau menyeluruh, dimana Pendidikan itu seharusnya mencakup aspek fisik, intelektual, emosional, dan spiritual.
Itulah yang ingin ditunjukkan oleh Kurikulum Merdeka yang sangat relevan dengan pemikiran KHD saat ini, dimana generasi muda bangsa kita butuh sistem pendidikan yang memerdekakan yang sesuai dengan konteks yang harus diterapkan di sekolah kita.
SMA Negeri 13 Medan sudah menerapkan Kurikulum Merdeka yang sesuai dengan filosofi KHD, dimana di sekolah ini Guru sudah melaksanakan Kurikulum Merdeka di kelas X dan sudah dua kali mengadakan Panen Karya Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P2), yang pertama Panen Karya Profil Pelajar Pancasila dan kedua dengan topik Ciptakan Sekolah Ramah Anak dengan "Stop Bullying", dengan harapan agar tercipta karakter Pancasila dalam diri anak-anak dengan kegiatan-kegiatan positif, seperti mengundang pembicara dari unsur TNI, Kepolisian, Kejaksaan, dari Puskesmas, dan juga dari unsur profesionalisme lainnya.
Selain menjadi pembicara, mereka juga mengajak siswa untuk berlatih disiplin, karakter, dan juga kepemimpinan, sehingga muncul dalam diri siswa tersebut akan rasa nasionalisme, bela negara, berteman dengan baik tanpa harus membedakan suku, agama, ras atau sikap toleransi, karena kita memang ditakdirkan untuk berbeda.
Demikian juga saat pekan karya Bangunlah Jiwa Raganya, yang mengharapkan agar di lingkungan sekolah maupun di tempat lain tidak terjadi lagi aksi 'bullying', maupun tidak ada lagi kata-kata mengejek atau mengucapkan kalimat-kalimat tidak pantas.