Kontestasi paling ditunggu-tunggu dengan sejuta debaran telah usai sudah. Kini kita disibukkan dengan menunggu hasil pastinya siapa sebenarnya yang akan jadi jawara dan siapa yang bakal jadi pecundang alias kalah dalam kontestasi politik paling mendebarkan, itu sih kata orang, padahal untuk capres dan cawapres, jauh-jauh hari sudah terdengar selentingan siapa yang bakal pemenangnya.
Terlepas hiruk pikuk dan juga selentingan desain siapa pemenangnya sebelum kontestasi resmi ditiupkan oleh KPU sebagai lembaga resmi penyelenggara Pemilu di tanah air, kita harus mengancungi jempol kepada orang-orang yang hampir dinyatakan menang dan melenggang ke Senayan dan menduduki kursi empuk seperti DPR, DPD, dan Juga MPR.
Banyak calon yang diprediksikan akan melenggang mulus ke kursi legislatif, akhirnya mengalami kegagalan, namun tak sedikit juga yang mampu membuktikan bahwa mereka memang layak menjadi wakil rakyat dengan program-program unggulan mereka, terutama para petahana alias mereka yang dulunya memang sudah duduk di kursi DPR, DPRD ataupun DPD.
Dari Sumatera Utara, sebut saja dr. Sofyan Tan, sosok yang didapuk sebagai Pejuang Pendidikan ini sangat, sangat berpeluang besar kembali melenggang ke Senayan dengan program-program unggulan beliau.
Progam pendidikan gratis yang menyentuh sampai lapisan masyarakat paling bawah dan semua etnis menjadikan Sofyan Tan idola yang dipilih banyak orang yang membuat pemilik Yayasan Pendidikan Sultan Iskandar Muda ini mendulang suara paling banyak sementara dari Dapil Neraka Sumatera Utara ini.
Mengapa dikatakan Dapil Neraka? Ya di Daerah Pemilihan Sumatera Utara 1 ini bercokol sosok-sosok atau orang-orang yang dianggap penting dan tokoh masyarakat yang pernah menjabat di daerah Sumatera Utara atau ditingkat nasional. Mereka diutus oleh partainya untuk meramaikan kontestasi politik di Dapil 1.
Sebut saja, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menurunkan sosok-sosok terbaik mereka, ada Menteri Hukum dan HAM, Yasonna H Laoly, Petahana dr. Sofyan Tan, hingga Ruhut Poltak Sitompul, politis senior yang pindah dari Partai Demokrat.
Partai Gerindra menurunkan petahana, Romo Muhammad Syafii dan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Sumut, Â Ade Jona Prasetyo, dan yang baru Martin Hutabarat, dipindahkan dari Sumut 3 ke Sumut 1 untuk mendulang ceruk suara dari masyarakat Kristen Protestan, sebab Martin Hutabarat adalah tokoh HKBP.
Sementara PKS mengandalkan tokoh sentralnya, mantan Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring dan juga petahana, Hidayatullah.
Pun dengan Nasdem alias Nasional Demokrat yang menurunkan 'sang putera mahkota', Prananda Surya Paloh yang didampingi oleh duo mantan Walikota Medan, Rahudman Harahap dan Abdillah.