Kita lihat hampir seminggu pasca kenaikan harga BBM, pendemo masih demo besar-besaran, bahkan kita lihat kelakuan mahasewa eh mahasiswa yang menutup jalan dan stop kendaraan besar jadi tempat demo yang malahan jadi lawannya emak-emak yang giat bekerja cari uang dengan memanfaatkan infratruktur jalan yang malah digunakan mahasewa tadi jadi panggung orasi mereka. Mahasewa masih aktif demo sampai sekarang...
Bahkan, kenaikan BBM ini juga jadi ajang pencitraan dan unjuk gigi bagi PKS dan partai bintang biru mercy dengan walk out dan menolak kenaikan BBM bersubsidi itu. Dengan atas nama simpati rakyat, mereka menolak dan memang itulah permainan politik yang semakin membuat riuh negeri ini.
BLT Cair, Gaji Kapan Naik?
Efek dari kenaikan BBM itu tadi tentunya makin berdampak luas, tidak hanya demo, walkout dan kepura-puraan partai politik berada dibelakang wong cilik, juga dampaknya lebih luas dengan munculnya BLT, ya Bantuan Langsung Tunai yang tak pernah terpikirkan akan muncul di pemerintahan ini usai keseringan di era SBY? Ternyata ampuh lagi jadi program yang katanya untuk rakyat kecil.
Ya, usai BLT Minyak Goreng Rp300 ribu/ keluarga dan PKL Gorengan, kini muncul lagi BLT BBM dengan dalih untuk membantu masyarakat dalam menghadapi kondisi harga BBM naik. Seperti dilansir dari berbagai sumber, BLT BBM ini disalurkan kepada 20,6 juta penerima manfaat di seluruh Indonesia.
Jadi subsidi BBM itu dialihkan kepada masyarakat yang katanya kurang mampu agar tepat sasaran dan Presiden Jokowi mengatakan bahwa subsidi BBM lebih banyak digunakan kelompok ekonomi mampu, sebanyak 70%.
Yah, namanya kebijakan tapi apakah benar seperti itu yang terjadi di masyarakat? Imbas kenaikan BBM ini, maka semua akan mengaku kurang mampu dengan kenaikan harga tersebut, terbukti kita lihat bahwa mahasewa saja, eh mahasiswa saja demo namun tetap dapat beli rokok.
Lebih parah lagi, penerima bantuan tapi orangtuanya atau anaknya malah bisa dan sanggup beli rokok, padahal harga rokok dengan harga BBM bersubsidi mahalan yang mana? Entahlah karena penulis bukanlah perokok!
Semoga saja para penerima BLT BBM atau yang sejenisnya itu memang benar-benar tepat sasaran, tepat guna dan mampu mendongkrak kesejahteraan mereka, dan semoga BLT ini bukan jadi seperti ajang untuk memanjakan para penerima BLT itu, semoga dengan BLT itu mereka semakin giat bekerja, semakin termotivasi dan memanfaatkan bantuan tunai itu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka yang mendesak seperti sandang dan pangan, bukan beli rokok, apalagi beli barang-barang mewah.
Nah, bagi yang tak dapat BLT namun gaji pas-pasan? Apakah boleh mengharapkan kenaikan gaji? Ya sah-sah saja berharap bukan? Apalagi di era presiden sekarang selama hampir dua periode baru dua kali saja pernah menaikkan gaji pegawai negeri sipil.
Pertama tahun 2015, dinaikkan sebesar 5 persen dan di tahun 2019 kemarin kembali dinaikkan sebesar 5 persen lagi.