Adalah suatu kehormatan besar dan bakal menjadi ingatan melegenda kala Indonesia didapuk memegang Keketuaan alias Presidensi Group of Twenty (G20). Bukan persoalan mudah untuk mendapatkan pengakuan dunia Internasional, mengingat Negara kita masih dianggap Negara berkembang, namun mata seluruh dunia tak dapat berpaling dari fakta dibawah kendali pemerintahan Presiden Jokowi selama dua periode, Indonesia mampu menunjukkan prestasi luar biasa dengan mencatat rekor dalam 20 tahun terakhir, hingga sebelum pagebluk Covid-19 melanda, pertumbuhan ekonomi Indonesia selalu di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi global.
Kepastian Indonesia tuan rumah Presidensi G20 kala Presiden Joko Widodo terbang ke Roma, Italia, Minggu (30/10/2021) untuk hadir menerima Palu tongkat estafet kepemimpinan G20 langsung dari Perdana Menteri Italia, Mario Draghi secara simbolis sembari menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Kepemimpinan Indonesia ini berlangsung mulai dari 1 Desember 2021 sampai dengan 30 November 2022. Presiden Jokowi mengatakan bahwa ini adalah kehormatan sekaligus tanggung jawab besar yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya.
G20 beranggotakan Negara penguasa 85% ekonomi dunia, 80% investasi global, 75% perdagangan internasional, dan 66% populasi dunia. Sesuai dengan komitmen Pemerintah bahwa investasi adalah motor penggerak ekonomi, baik itu investasi usaha ultra mikro sampai berskala besar, telah berhasil membawa Indonesia unjuk gigi jadi salah satu dari 20 negara dengan Gross Domestic Product (GDP) tertinggi di dunia, sehingga jadi alasan kuat mengapa Indonesia mendapatkan kesempatan emas Presidensi G20.
Mengusung tema 'pulih bersama, tangguh bersama', Indonesia diharapkan mampu jadi prototype pemulihan ekonomi global dengan berpartisipasi aktif membangun tata kelola dunia lebih sehat, adil, dan berkelanjutan berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, sesuai diamanatkan oleh Pembukaan UUD 1945, sehingga setiap langkah dan kebijakan Indonesia terutama bagaimana mengembalikan kondisi ekonomi yang morat-marit akibat pagebluk melanda dunia internasional, dapat ditiru oleh negara berkembang dan miskin.
Bank Indonesia dan Kemenkeu mendorong pembahasan enam agenda prioritas dalam jalur keuangan, yaitu (1) Koordinasi exit strategy untuk mendukung pemulihan global, (2) Upaya penanganan dampak pandemi (scaring effects) dalam perekonomian guna mendukung pertumbuhan lebih kuat di masa depan, (3) Penguatan sistem pembayaran era digital, (4) Pengembangan pembiayaan berkelanjutan (sustainable finance), (5) Peningkatan sistem keuangan inklusif, dan (6) Agenda Perpajakan internasional.
Bank Indonesia mendorong aktivitas perdagangan dan investasi melalui promosi implementasi LCS di kawasan Asia, mengingat peran Asia yang semakin meningkat dalam kegiatan ekonomi global. Sejalan dengan visi dan agenda Presidensi G20, Bank Indonesia meningkatkan kolaborasi dengan negara berkembang dan negara maju guna berkontribusi bagi stabilitas sistem keuangan nasional, regional maupun global.
Sumber Artikel :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H