Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Visionernya Ghozali Everday, Guncang Tanah Air dengan Kisah Albumnya di NFT

16 Januari 2022   13:48 Diperbarui: 16 Januari 2022   14:45 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini artinya, kita tidak dapat jual NFT pada platform seperti VIV3 yang merupakan pasar berbasis blockchain Flow, ataupun OpenSea yang merupakan pasar NFT berbasis Ethereum.

Selain itu, karena Ethereum memiliki ekosistem NFT terbesar. Pengguna perlu memiliki wallet Ethereum yang mendukung ERC-721 (standar token NFT berbasis Ethereum), seperti MetaMask, Trust Wallet, atau jenis wallet lainnya. Dengan begitu, nantinya kita dapat membuat karya seni, musik, atau video NFT kamu sendiri di blockchain Ethereum.

Seperti Ghozali yang pertama tujuannya masuk ke OpenSea adalah agar bisa foto-foto kompilasi selfinya dijadikan video animasi, namun keberuntungan lain mendekati Ghozali dengan keuntungan uang kripto hasil penjualan foto selfienya.

Langkah selanjutnya, kita harus punya platform untuk menghubungkan wallet kita dan untuk mengunggah gambar atau file pilihan yang nantinya akan diubah jadi Non-fungible Tokens alias NFT. 

Contoh platform yang dimaksud adalah: OpenSea, Rarible dan Mintable. Sementara yang trading adalah platform OpenSea seperti yang digunakan oleh Ghozali, Ridwan Kamil maupun manster chef Arnold.

Potensi Pencucian Uang 

Didapat dari Kompas.com, popularitas NFT sebagai tempat penjualan aset-aset mahal seperti yang didapat oleh Ghozali, dimana aset koleksi swafotonya hingga mendapatkan penawaran tinggi hingga milyaran rupiah dalam bentuk mata uang kripto Ethereum, membuat NFT alias Non-fungible Tokens telah melambung tinggi.

Apa pasalnya? Teknologi NFT akan digadang-gadang bisa menjanjikan keuntungan yang maksimal bagi para seniman, baik seniman tanah air untuk menjual koleksinya di NFT. Bahkan, teknologi NFT telah disebut sebagai "Demokratisasi Dunia Seni", kenapa? Karena dengan NFT karya digital bisa dihargai keautentikannya sebagaimana hasil karya yang sebagaimana aslinya dan bisa diraba.

Namun, NFT bukan tanpa celah, bahkan jauh sebelum NFT lahir, penjualan karya seni banyak disalahgunakan hingga dijadikan modus pencucian uang. Pasalnya, karya seni adalah visualiasi keindahan yang dihargai dengan sangat mahal karena dianggap sangat indah, sehingga bisa mengelabui pihak penegak hukum karena aliran dana besarnya untuk menghargai seni itu sendiri.

Catherine Graffam, dosen seni di Universitas Lasell AS menyebut NFT saat ini sudah dipakai untuk mencuci uang. Bahkan, ia menyebut NFT punya keunggulan untuk mencuci uang dibanding jual-beli karya seni konvensional.

"Mungkin untuk lebih mudah mengalirkan uang kotor karena itu (NFT) terikat dalam mata uang terdesentralisas dan fakta bahwa tidak ada karya fisik yang perlu dipindahkan atau disimpan," kata Graffam dikutip Coin Telegraph.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun