Tidak terasa sudah sembilan bulan hampir 216 negara di dunia dihantam oleh pandemi covid-19, tak terkecuali di Indonesia. Hari lepas hari, bulan lepas bulan, hingga diakhir tahun 2020 ini, update per tanggal 15 Desember 2020 saat tulisan ini dibuat, sudah ada 629,429 jiwa terkonfirmasi covid-19, walau sudah 516,656 jiwa telah sembuh, namun melonjaknya angka positif terkonfirmasi setiap hari mengakibatkan kita harus tetap berhati-hati dan tetap disiplin menerapkan 3M (Memakai Masker saat keluar dari rumah, Mencuci Tangan sesering mungkin dengan menggunakan, plus Menghindari Kerumunan), bahkan ditambah dengan 3T (Testing, Tracing, dan Treatment) sebagai paket ampuh lawan covid-19 sebelum Vaksin yang ditunggu-tunggu benar-benar disuntikkan secara bertahap kepada masyarakat Indonesia.
Entah sampai kapan pandemi global ini menghantam dunia internasional, belum ada konfirmasi, sehingga kebiasaan baru yang sudah hampir setahun ini kita terapkan, kembali harus diterapkan kembali. Dan yang paling susah diterapkan tentunya kebiasaan untuk tetap dirumah dan tidak berkerumun. Bahkan kebiasaan menggunakan masker, masih belum dapat ditaati dengan baik, terbukti dari pernyataan Ketua Satgas Covid-19, Doni Monardo yang menyatakan bahwa sebanyak 90 persen masyarakat sudah memahami pentingnya penggunaan masker, namun tingkat kepatuhan untuk selalu menggunakan masker saat beraktivitas masih berada di bawah 70 persen, bahkan ada beberapa daerah tingkat kepatuhannya di bawah 50 persen (link beritanya bisa dibaca disini).
Artinya bahwa edukasi dan penerapan disiplin agar masyarakat patuhi menggunakan masker masih harus terus digalakkan dan diterapkan sehingga masyarakat benar-benar menggunakan masker demi keselamatan kita bersama. Seperti yang saya lihat belakangan ini bahwa keharusan dan kepatuhan menggunakan masker saat berada di luar rumah atau di ruang publik sudah mulai kendor dan terabaikan.
Ini saya lihat ketika saya mengantar isteri belanja ke pajak. Disana, nyata saya lihat banyak orang berbelanja tidak lagi menggunakan masker, pun pedagang tidak lagi menggunakan masker. Adapun masker hanya sebagai penghias di dagu saja, bukan untuk menutup mulut saat melakukan kontak komunikasi atau berbicara tentang bahan pokok dan harganya.
Lantas selama pandemi ini, kegiatan apa saja yang dilakukan selama work from home agar tidak membosankan dan membuat anak-anak juga tidak bosan selama di rumah saja? Sejak pertamakali Indonesia diserang virus mematikan covid-19, pertengahan Maret 2020, pemerintah langsung merespon dengan menginstruksikan agar semuanya berkegiatan dari rumah saja, baik itu belajar, mengajar, dan bekerja dari rumah saja.
Keadaan berubah bahkan sampai seratus delapan puluh derajat, hingga banyak menimbulkan efek domino. Bagaimana tidak? Yang semula permasalahan kesehatan, dimana akibat ditutupnya tempat-tempat usaha hingga sarana transportasi, berdampak pada permasalahan sosial dan ekonomi. Bahkan pengangguran bertambah menjadi 3,7 juta hasil laporan Bappenas di bulan Juli 2020.
Untuk menyikapi rasa bosan dan mengisi waktu selama pandemi ini, maka banyak cara banyak orang. Banyak kreativitas dan inovasi baru tercipta akibat pandemi ini. Benarlah kata pepatah seperti ini, 'tetap tegar di tengah masa sukar'. Kreativitas dan inovasi hasil kreasi imajinasi itu muncul sendiri ketika merenung di teras rumah. Seperti dilakukan oleh satu keluarga, family saya yang tinggal di perumahan Deli Tua.
Bapa Uda saya ini (panggilan untuk Bapak yang saudara dengan Ayah kandung kita), semenjak covid-19 menyerang hingga Bapa Uda ini yang bekerja di Telkom dan melaksanakan Work From Home, sehingga untuk membunuh rasa bosan itu, dia mulai memelihara ikan cupang. Dia ambil barang-barang bekas sebagai tempatnya, ember-ember yang tidak terpakai, dia sulap menjadi tempat ikan cupang.
Pun dia mulai menempel sendiri kaca-kaca bekas dengan bermodalkan lem silikon. Agar tidak banyak makan biaya, sehingga Bapa Uda ini mengumpulkan kaca-kaca atau membelinya sendiri dan menempelnya menjadi aquarium tempat ikan cupang. Lalu dideretkannya di teras rumahnya.
Membang benar, Bapa Uda bisa mengembangkan hobinya untuk memelihara ikan cupang dan bisa menjadi bahan tontonan sehingga bisa mengurangi dan membunuh kebosanan. Ketika kami mampir, maka hobi itu tertular pada anak-anak saya, sehingga mereka mendapatkan ikan cupang dari Oppung mereka (otomatis memanggil oppung, karena setara dengan orangtua saya) untuk dikembangbiakkan dan memang ketika bosan melanda, memandangi ikan cupang dan bermain-main adalah suatu keasyikan pada anak-anak maupun orang dewasa.