Idul Fitri kali ini sungguh berbeda dari perayaan tahun-tahun sebelumnya dan kita tidak perlu lagi memperdebatkan atau menanyakan kenapa? Karena tiga bulan sebelum kita merayakan Idul Fitri hari ini? Dunia mengalami perubahan global disebabkan oleh serangan virus mematikan bernama corona virus disease atau biasa disebut covid-19.
Untuk mencegah penyebarannya, kita harus mampu mengubah gaya hidup kita yang biasanya suka berkerumun, berkelompok, bersantai sambil ngumpul-ngumpul atau kongkow-kongkow, maka semenjak pandemi ini menyerang hampir seluruh negara di dunia, hingga kini sudah 216 negara mengkonfirmasi terjangkit virus mematikan yang penyebarannya sangat cepat.
Maka kita wajib memutus rantai penyebarannya dengan tidak berkerumun, menjaga jarak dan lebih memperhatikan protokol keselamatan, seperti rajin cuci tangan, keluar rumah pakai masker, tidak sering menyentuh bagian wajah, dan paling penting jangan mudik dulu selama pandemi ini belum berakhir.
Pagi ini, suasana damai di hati ketika mendengar takbiran menggema di seluruh dunia. Pagi ini, ketika bangun pagi, sangat syahdu ketika suara takbiran Idul Fitri menggema, sahut menyahut tiada henti dengan damai di hati, damai di bumi, damai bagi semua orang.
Malamnya, menjelang Idul Fitri, jika tahun-tahun sebelumnya sangat meriah sekali dirayakan? Maka tahun ini akibat pandemi global covid-19, takbir Idul Fitri masih terasa walau cukup dirayakan dengan tanpa kerumunan. Biasanya suara petasan dan jalanan penuh dengan takbir keliling, tetapi tahun ini sangat berbeda sekali.
Demi keselamatan dan kesehatan bersama, dimulai dari kesadaran sendiri, kita merayakan takbir di mushalla, masjid, dan rumah masing-masing dengan tujuan yang lebih mulia tanpa mengurangi makna dari Idul Fitri itu sendiri. Saya sangat salut ketika kita bisa merayakan takbiran Idul Fitri dengan baik dan penuh kedamaian, serta mampu menjadi pahlawan bagi keluarga dan negara dengan memutus rantai penyebaran covid-19 dengan menerapkan physical distancing atau menjaga jarak.
Sorenya sebelum masuk malam takbiran, kami sekeluarga dibuat sangat bahagia dan berterimakasih karena tetangga kami, seperti tradisi yang sudah kami jalankan tiap tahun, datang. Mereka membawa sesuatu yang sudah dibungkus dengan kain warna hijau. Ternyata seperti biasa, kue lebaran mereka sudah sampai.
Terlebih dari itu, kami saling bermaaf-maafan, walau tanpa pelukan dan salaman karena corona, tapi bibir dan hati kami sudah saling berkata, "Minal aidin wal faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin". Saling memaafkan menjadi inti dari Idul Fitri menurut saya, kita kembali menjadi manusia yang baru yang penuh berkat dan rahmat setelah sebulan penuh menjalankan Puasa Ramadan.
Sekitar sepuluh meter dari rumah saya, juga ada tradisi hari Idul Fitri yang paling berkesan menurut saya. Kalau di tempat mereka, keluarga Muslim ada tujuh keluarga, anak-anak mereka datang ke rumah Lae itu sambil membawa kue lebaran mereka.
Lalu anak-anak tersebut akan berjejer untuk menerima THR dari Lae dan Ito kami itu. Walau jumlahnya tidak terlalu banyak, namun THR itu cukup membuat mereka gembira dan senang karena mendapatkan THR di hari Idul Fitri.
Walau tidak bisa bersalaman dan berpelukan, apalagi tidak mudik, namun Idul Fitri kali ini sangat berkesan karena dapat kita rayakan bersama keluarga kecil kita dan lingkungan sekitar kita. Setelah bermaaf-maafan, maka langkah selanjutnya harusnya kita saling berkirim kabar lewat media sosial kita dengan keluarga di kampung halaman.