Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Jagalah Hati, Jagalah Jari Tebar Kebaikan Bagi Sesama, Sanggupkah?

17 Mei 2019   15:45 Diperbarui: 17 Mei 2019   15:54 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perangi Hoaks Dengan Menjaga Jari Untuk Tidak Ikut-Ikutan Menyebarkannya Demi Bulan Penuh Suci. sumber:www.vivanews.com

Hari Jumat (11/5/2019), saya dikejutkan ketika di Instagram saya bersewileran sebuah rekaman video viral, dimana dalam video tersebut seorang wanita paruh baya sedang senyam-senyum di tengah-tengah kerumunan menunjukkan suasana aksi demo di Kantor Bawaslu. Seketika muncul pemuda dengan lantangnya memuntahkan peluru kata penuh ancaman yang menurut saya tidak pantas di ungkapkan seorang berpendidikan, agamais, dan masih muda, serta tidak pantas di tuliskan disini apa isi muntahan peluru kata itu.

Tujuan si pembuat video mungkin hanya 'have fun', tapi akibatnya sangat luar biasa, terutama di bulan puasa seperti ini. Sungguh tidak bermartabat dan tidak punya etika ketika si pemuda yang belakangan diketahui punya pekerjaan dan punya pendidikan tinggi, tetapi berani mengancam dengan kata-kata ngeri seperti itu. Inilah efek dari media sosial yang kita punya! Semua terekam dan langsung tersebar menjadi viral ketika kita klik tombol share atau kirim.

Dalam hitungan detik, walaupun akhirnya kita hapus, tetapi apa yang telah kita share itu sudah terlanjur tersebar luas, baik itu lewat grup whatsapp, facebook, twitter, pun telegram atau media sosial lainnya. Sungguh beda ketika salah ngomong atau salah ucap, masih bisa diralat atau masih berlalu dengan cepat.

Selama berlangsungnya Pilpres 2019, Kominfo -- Kementerian Komunikasi dan Informatika -- mengidentifikasi sebanyak 453 kabar bohong alias hoaks selama Maret 2019. Bisa kita bayangkan bagaimana informasi hoaks ini di share secara berantai menjadi konsumsi publik yang membuat banyak orang percaya dan kembali share ke temannya, sehingga antara kebenaran dan kebohongan menjadi informasi yang sulit dibedakan, karena tipisnya sekat pemisah, setipis sange-sange oleh karena jari-jemari kita.

Bangun Budaya Malu dan Budaya Literasi Teknologi

Di era teknologi sekarang ini, sepertinya memang budaya malu sudah tidak ada lagi, plus mati rasa. Selama dari bulan Januari hingga bulan Mei ini sudah berapa banyak yang Anda sakiti? Dan dari sekian banyak yang Anda sakiti, berapa banyak Anda meminta maaf, karena Anda telah menyakiti mereka di media sosial maupun dalam kehidupan nyata?

Di bulan Ramadhan ini, mari kita perbanyak untuk meminta maaf dengan ikhlas walau lewat jari-jemari kita di media sosial. Namun benarkah permintaan maaf kita itu? Di hari pertama Ibadah Puasa, banyak teman-teman saya baik di grup wa, maupun di laman fb, ataupun lewat pesan wa mohon dimaafkan kesalahan mereka. Membaca pesan-pesan itu, saya langsung membalas satu per satu dengan kalimat yang sama. Saya juga mohon dimaafkan.

Tetapi, namanya nurani itu tidak bisa didustai. Meski mengetikkan kata-kata permohonan maaf itu dengan hati-hati dan penuh bahasa kelembutan, saya tetap bisa merasakan bahwa permohonan maaf ini masih bohong dalam memaafkan. Oleh karena itu kita harus punya budaya malu, malu pada diri sendiri karena masih mau berbohong di media sosial.

"Maafkanlah atas segala ucapan dan perbuatanku yang selalu membuat kamu jengkel!", begitulah isi percakapan wa antara Tuti dengan Nina.

"Ia, aku sudah memaafkan kamu, sebelum kamu minta maaf", ujar Nina meyakinkan sang teman. Tetapi kan mimik wajah atau bagaimana sikap Nina dalam hal memaafkan Tuti kan kita tidak tau, apakah memaafkan dengan tulus apa bohong?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun