Tidak dapat dipungkiri, perhelatan Pilpres kali ini sungguh sangat berbeda dari sebelum-sebelumnya, kenapa? Karena kita disuguhkan dua pasangan Capres yang berbeda tidak hanya karakternya, visi dan misinya juga sangat berbeda, apalagi tujuan mereka jika duduk di kursi nomor satu sangat jauh beda. Hampir tidak ada persamaan antara sang petaha dengan sang penantang dalam Pilpres 2019 ini.
Seperti ulangan di Pilpres 2014 yang lalu, karena yang calon presidennya Jokowi, yang menjabat dengan Prabowo sebagai pesaing tunggalnya. Hanya di posisi Cawapres yang berbeda. Kali ini Prabowo 'mencomot' Sandiaga Uno sebagai wakilnya -- yang menjabat Wakil Gubernur -- DKI Jakarta, sementara pak Jokowi tidak mengabaikan permintaan publik untuk 'menggandeng' seorang Ulama Besar Tanah Air dalam melengkapi formasi "Nasionalis Religius" yang akan diterapkannya dalam Sistem Pemerintahan-nya kelak apabila terpilih untuk periode kedua ini.
Jokowi tidak bisa 'abai' akan pentingnya kehadiran seorang tokoh agama yang bijaksana, mengerti akan kondisi negara ini, berjiwa nasionalis, tidak membeda-bedakan agama, suku, ras, hingga warna kulit, menganyomi bangsa ini dan menghargai perbedaan. Selama lima tahun pertama masa kepemimpinannya, Jokowi tau betul bahwa untuk menerapkan Revolusi Mental seperti yang dia dengung-dengungkan dalam Nawa Cita-nya butuh seorang pemimpin yang religius. Dan hal itu ada semua pada diri Ma'ruf Amin.
Pengalaman panjang sebagai anggota legislatif DPRD, DPR, MPR, anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Rais'Aam PBNU, hingga sekarang menjabat Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, menjadi pelengkap curiculum vitae Profesor Kiai Haji Ma'ruf Amin untuk mendapatkan kepercayaan publik sebagai patner pak Jokowi dalam membangun Indonesia.
Sementara Sahaludin Uno, seperti kita tau lebih banyak menimbulkan kontroversi daripada fokus pada jabatannya sebagai wakil gubernur DKI. Pria berusia 49 tahun ini ketika menjabat lebih banyak menghabiskan waktunya untuk joging, senam, dan kelihatan tidak serius dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai wakil. Pengusaha yang jatuh ke dunia politik ini lebih mengekspos senyumannya dan ketampanannya daripada mengurusi OK OCE yang menjadi produk unggulannya ketika berkampanye di tahun 2017.
Hasil Debat Capres Edisi Empat
Debat Capres edisi empat telah dengan tema tema ideologi, pemerintahan, pertahanan dan keamanan, serta hubungan internasional telah usai. Dari kedua capres ini kita sebenarnya sudah tau betul akan kiblat dan arah tujuan mereka nantinya ketika menjadi orang nomor satu di negeri ini.
Mari kita ulas satu per satu hasil dari ronde keempat debat Capres Pemilu 2019.
Sebenarnya setelah hampir lima tahun pemerintahan pak Jokowi -- JK, kita sudah sangat tau betul betapa nasionalismenya mereka berdua. Mereka bertekad membangun negeri sesuai dengan janji kampanye yang dituangkan dalam Nawa Cita.
Kita harus akui dan tidak boleh menutup mata atas capaian kinerja mereka membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Sistem pemerintahan yang transparan berbasis teknologi, membuahkan hasil dimana negara kita menduduki peringkat pertama dalam Trust and Confidence in National Government berdasarkan data Gallup yang dirilis Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dalam publikasinya yang berjudul Government at a Glance 2017. Konon, Indonesia bahkan mengungguli negara seperti Jerman, Inggris, Amerika Serikat, hingga Perancis dalam hal kepercayaan masyarakat akan kinerja pemerintah.
Juga pemerintahan yang baik, selain membawa aroma baik bagi pertumbuhan kesejahteraan masyarakat Indonesia, telah mampu menumbuhkembangkan potensi para menteri yang bekerja di dalamnya. Sebut saja Menteri Keuangan, Sri Mulyani yang menyabet triple penghargaan Menteri Keuangan Terbaik se-Asia Pasifik tahun 2017, 2018, 2019. Ada Menteri Kelautan yang mampu menuntaskan masalah laut kita yang kekayaan alamnya hilang selama puluhan tahun karena dicuri oleh kapal-kapal asing.