Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

[Imlek Komed] Merayakan Warisan Gus Dur dengan Penuh Kedamaian di Kota Multietnis

7 Februari 2019   22:55 Diperbarui: 7 Februari 2019   23:26 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Komed, Kompasianer Medan

Medan, kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya ini merupakan kota yang dikenal dengan multi etnis, kenapa? Karena sejarah membuktikan bahwa kota Medan dipenuhi oleh masyarakat yang latar belakang budaya, agama yang berbeda-beda.

Kota Medan sejarahnya tidak lepas dari kedatangan imigran-imigran Cina ke pantai timur Sumatera sekitar abad ke-19. Kedatangan mereka merupakan suatu keajaiban yang menarik, kenapa? Karena faktanya mereka disebut sebagai bangsa yang ulet dan bekerja sebagai kuli, tetapi mereka bakal berhasil memonopoli jumlah perekonomian di daerah Medan dan sekitarnya.

Dalam sebuah buku berjudul, "Dari Kuli-Kuli Perkebunan Menjadi Ekonom Terkemuka", dituliskan bagaimana kisah perjalanan etnis Cina datang dan berkembang di Medan dan sekitarnya. Diceritakan bahwa perkebunan-perkebunan di Deli yang membutuhkan tenaga kerja, mengakibatkan Belanda waktu itu 'mengimport' buruh dari Cina yang dikenal memang sangat pandai mengolah tembakau dan teh.

Untuk menanam tembakau di Deli, maka Sultan Deli memberikan kepada para pengusaha kebun kekuasaan yang besar mendatangkan kuli dari negeri Cina. Meskipun pada akhirnya kuli-kuli Cina makin berkurang tetapi jumlah penduduk Cina di Sumatera Timur semakin bertambah hingga membentuk suatu komuniti yang berimbang dan maju terdiri dari pedagang, pengusaha toko, petani-petani kecil, nelayan dan tukang-tukang kayu meskipun jumlahnya kecil.

Sesuai dengan laporan tahunan dari "Deli Planters Vereeniging" (Asosiasi Pemilik-Pemilik Perkebunan Deli), antara bulan April 1915 -- Maret 1916 total kuli kontrak Cina di Perkebunan tembakau adalah 37.608 orang dan tahun 1917 jumlah penduduk Cina di Sumatera Timur 99.236 orang diantaranya 92.646 laki-laki.

Etnis ini yang di Medan dikenal dengan Tionghoa semakin banyak dan menjadi salah satu pilar dari berkembangnya kota Medan hingga kini. Etnis Tionghoa tidak bisa dilepas dari berkembangnya Medan hingga dikenal dengan kota Metropolitan dan kota multi etnis yang sangat terkenal rukun dan damai walau dipenuhi dengan warga Medan dari berbagai suku dan agama.

Merayakan Imlek, Menghargai Keberagaman

Menurut ceritanya, Sultan Deli tidak pernah melarang adanya perayaan tahun baru Cina, tetapi sejak tahun 1945 hingga 1949 tahun baru Imlek tidak bisa dirayakan di Indonesia, disebabkan oleh beberapa hal.

Pertama, karena terjadinya beberapa kali insiden terutama pada masa era "Bersiap" di tahun 1945 -- 1948. Di beberapa daerah di pantai timur Sumatera, sekelompok orang Cina sudah mengelu-elukan impian kedatangan pasukan Chiang Kai Sek Kuomintang yang turut sebagai pemenang Sekutu melawan Jepang.

Kedua, lebih parah lagi dengan dibentuknya Barisan Bersenjata "POH AN TUI" di Medan oleh Inggris. Ketika Belanda mengadakan agresi militer-I di Sumatera Timur pada pertengahan tahun 1947, di setiap kota di tempatkan juga pasukan bersenjata "Poh an Tui" yang konon bertugas menjaga wijk (toko pedagang Cina).

Tentu saja berbagai peristiwa clash/miring antara orang Indonesia asli dengan etnis Cina, seperti terjadi di Bagan Siapi-api tahun 1946, terjadi semacam "Kecurigaan" dan "Kecemburuan sosial" atas kesetiaan masyarakat Cina terhadap Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun