Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pembangunan Keluarga Menuju Keluarga Harmonis Era Kekinian

22 Mei 2018   21:36 Diperbarui: 22 Mei 2018   22:21 1134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembangunan Keluarga Syarat Menuju Keluarga Harmonis sumber gambar: dokpri

Pembangunan, berasal dari kata bangun, yang artinya bangkit berdiri, lebih pasnya mulai sadar (insaf) akan nasibnya. Dalam hal ini pembangunan keluarga, berarti upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Sementara pembangunan keluarga dirumuskan BKKBN, (1) Agar Terbangun ketahanan keluarga balita dan anak serta kualitas anak dalam memenuhi Hak Tumbuh Anak; (2) Terbangunnya ketahanan keluarga remaja dan kualitas remaja dalam menyiapkan kehidupan berkeluarga; (3) Meningkatnya kualitas lansia dan pemberdayaan keluarga rentan sehingga mampu berperan dalam kehidupan keluarga; (4) Terwujudnya pemberdayaan ekonomi keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Lantas apa yang perlu kita perbuat agar pembangunan keluarga benar-benar mewujudkan keharmonisan? Menurut pendapat saya untuk mewujudkan keharmonisan dalam keluarga, maka ada point-point yang perlu diperhatikan oleh suami dan istri agar pembangunan keluarga mampu mewujudkan keharmonisan, antara lain:

Selalu ciptakan komunikasi antar anggota keluarga. Buatlah rumah senyaman mungkin, sehingga anak-anak kita betah, tidak berkeliaran di luar sehingga terpengaruh oleh lingkungan sekitar untuk bertindak hal-hal bodoh, seperti narkoba, perjudian, prostitusi dan lain sebagainya yang merusak kehidupan anak. Sesibuk apapun kepala keluarga maupun isteri? Luangkan waktu bersama dengan anak-anak. Selalu sadar bahwa keutuhan keluarga adalah kunci membangun keluarga hingga menempatkan keluarga dalam keharmonisan bekal Indonesia yang bersatu dalam Kebhinnekaan.

Selalu menanamkan prinsip memberi dan menerima (take and give) terutama antara suami dan isteri, dengan berusaha memahami dunia orang lain melalui kacamata orang lain akan banyak menopang itikad baik untuk membangun kehidupan keluarga yang harmonis. Bagi wanita, pengemudi keluarga, perlu wawasan jelas tentang tugas dan fungsinya, betapapun perannya banyak diwarnai oleh kemandiriannya. Saya terkejut ketika faktanya sepanjang tahun 2017 ada sebanyak 1.827 perceraian di Medan, kota nomor tiga terbesar di Indonesia. Artinya, mereka harus menjadi singel parent yang harus benar-benar mampu mandiri merangkap pengemudi sekaligus kepala keluarga.

Ini sungguh menjadi problem, ia jika si ibu bisa mendidik dan membiayai kebutuhan anak dengan baik? Jika tidak? Maka menjadi masalah sosial yang sangat serius bagi pemerintah daerah, pusat maupun bagi BKKBN sendiri sebagai Badan Pemerintah mengurusi pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana.

Disiplin dalam keluarga berorientasi pada kewajiban orang tua dalam mendidik anak dengan menanamkan disiplin pribadi sejak dini, yaitu bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Agama sebagai dasar disiplin keluarga untuk proses pembentukan pribadi merupakan cita-cita yang tercetuskan dalam sila pertama hingga terakhir dari Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia, sesuai dengan urutannya: (1) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (2) Peningkatan budi pekerti yang luhur; (3) Peningkatan kepribadian; (4) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan; (5) Cinta kepada bangsa dan tanah air.

Permasalahannya, bagaimana cara menanamkan disiplin ini ke dalam setiap anggota keluarga, terutama anak sejak dini? Sehingga kelak nanti mendarah daging dan secara timbal balik dapat memberi teladan di tengah-tengah masyarakat, hingga bernegara? Kesimpulan saya, menerapkan nilai-nilai Pancasila tersebut dalam membangun keluarga menuju keluarga harmonis harus diawali dengan praktek ayah dan ibu. Orangtua berperan sangat penting dalam pembangunan keluarga Indonesia, caranya?

Dengan memberikan contoh yang baik, bukan sekedar ngomong. Artinya orangtua di dalam keluarga harus mampu mempraktekkan nilai-nilai yang sifatnya membangun, bukan hanya melarang atau memberi perintah. Contohnya, ayah berkata "Jangan merokok!", padahal dia merokok. "Pergi beribadah!", tetapi dia malah nongkrong di kedai kopi. Tetapi, ajaklah anak-anak untuk berdoa sebelum makan, biasakan anak-anak menabung dengan menabung uang recehan. Dan contoh yang lain, sehingga pembangunan keluarga menuju keharmonisan terwujud dengan baik. Semoga!

Sumber Tulisan:

1, 2, 3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun