"Loh kok jidatnya berwarna hitam? Dah itu memanjang dari atas kebawah, dari samping kiri ke kanan lagi?". Mungkin hari ini banyak orang bingung kenapa di jidatnya sebahagian orang seperti digambarkan diatas? Padahal ini hari valentine day loh! Lah jadi apa hubungannya valentine day dengan jidat berbentuk salib di jidat?
"Saya belum buka medsos hari ini, coba saya buka pasti semuanya berselfi-ria dengan jidat bertanda salib!", begitulah ucapan Pastor yang super lucu, walau sangat kritis itu disela-sela Kotbahnya malam ini. "Pastor, tampangkan abunya tebal-tebal, begitulah permintaan murid ketika saya memimpin perayaan Rabu-Abu disekolah x", kelakar beliau. Entah benar, entah tidak tapi itulah peristiwa yang harus dialami oleh seluruh umat Katolik diseluruh dunia.
Ya, hari ini adalah peringatan hari Rabu-Abu yang pas momentnya dengan valentine dayjuga, tepatnya tanggal 14 Februari 2018. Jika valentine day tidak terlalu mendapatkan tempat lagi, karena ini hanya formalitas yang sepertinya akan pudar, kenapa? Karena bagi saya, setiap hari merayakan 'hari kasih-sayang' bersama dengan keluarga inti maupun dengan orang-orang disekitar kita. Coba bayangkan? Apa jadinya jika 'hari kasih sayang' dirayakan setahun sekali? Berarti setiap hari kecuali tanggal 14 Februari 2018 kita cekcok atau tidak memberikan kasih sayang dengan orang disekitar kita? Akh..sudahlah saya tidak ingin membahas valentine day!
Rabu abu dalam tata perayaan Gereja Katolik disebutkan bahwa Rabu Abu atau bahasa Latinnya, Dies Cinerum, hari pertama memasuki masa pra-paskah atau masa pertobatan atau masa berpuasa. Umat Katolik, diwajibkan datang ke Gereja untuk menerima 'Tanda Abu' yang digoreskan di dahi berbentuk salib, tanda simbol yang menyadarkan bahwa manusia itu pertama sekali diciptakan dan digambarkan dari kumpulan debu yang dibentuk menyerupai Sang Penciptanya dan pada saatnya nanti akan kembali menjadi debu.
Yang kedua, sebagai simbol pertobatan atau penyangkalan diri akan segala kenikmatan duniawi. Kita akan memasuki masa berpuasa. Berpuasa dalam arti mengurangi, tidak hanya mengurangi kebiasaan makan, minum tetapi juga mengurangi kebiasaan-kebiasaan jasmani dan rohani. Misalnya, bagi perokok, hendaknya selama masa puasa ini mengurangi jumlah rokok yang dihisap, jika satu bungkus satu hari, maka 1/2 bungkus. Yang 1/2 bungkus yang dikurangi dikemanakan?
Di tabung, hendaknya dibuatkan satu buah tempat atau semacam celengan dari hasil mengurangi tersebut. Itulah nantinya dijadikan hasil pengorbanan kita yang boleh kita persembahkan kepada Gereja saat Paskah atau bagi orang-orang yang sangat membutuhkan.
Berpantang yang dimaksud juga bisa mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang sangat mendasar yang kita lakukan, misalnya: suka marah, suka gosipin orang, suka shoping, nonton bioskop, main game atau yang paling hakiki neh, suka repetinatau mencak-mencak sama orang, selama berpuasa ditahan atau dikurangi.
Nah, itulah sekilas tentang hari Rabu-Abu yang jatuh tanggal 14 Februari 2018. Karena kita sayang terhadap diri kita, maka kita harus sabar dan patuh terhadap ajaran agama kita masing-masing. Karena agama selalu mengajarkan kebaikan. Saling menghargai dan mencintai perbedaan, itulah hakikat Indonesia bisa maju dan kuat. Semoga!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H