Penjurian dan Hasil Pemilihan Karya Tulis Transparan dan Akuntabel
Walaupun syarat, teknik penulisan dan sistematika penulisan sudah dipaparkan dan semua telah saya penuhi dalam karya tulis saya, namun kekhawatiran tetaplah ada mengingat ini adalah event besar dan persaingan ketat, juga mengingat Negara kita ini masih berkutat dengan istilah kkn (kolusi, korupsi, dan nepotisme) sehingga ada keraguan dalam hati kecil ini, bagaimana sebenarnya penjuriannya dan siapakah jurinya? Apakah mampu bebas dari intervensi oknum-oknum tertentu untuk meloloskan guru-guru tertentu? Ini seharusnya bisa dijawab oleh panitia Simposium Guru dengan memaparkan hasil penjurian sedetail mungkin. Sehingga bagi yang sudah berusaha dapat memaklumi dan tidak patah semangat, tidak merasa jera untuk terus berkarya dan berkarya.
Karya Yang Memenuhi Kriteria dan Syarat Penulisan Tetap Disertakan
Guru di era kekinian harus mampu menulis karya tulis dalam meningkatkan kompetensinya, untuk memenuhi standar, yaitu standard pendidikan dan tenaga kependidikan maka salah satu pointnya adalah mampu menulis karya ilmiah. Nah, sebagai bentun apresiasi pemerintah lewat Ditjend GTK maka seharusnya para peserta yang telah mengirimkan file sesuai dengan criteria dan ketentuan, walau karyanya dianggap tidak terlalu bagus karena banyaknya persaingan, sudah seharusnya diapresiasi oleh penyelenggara untuk mengikuti Simposium Tingkat Nasional Bogor sehingga mereka tahu dan bisa memperbaiki karya tulisnya agar lebih bagus di kemudian hari.
Penyelenggara Memberikan Kesempatan Yang Sama Untuk Setiap Daerah
Saran berikutnya adalah penyelenggara mengambil para kandidat yang mengirimkan karya adil dan merata dari setiap daerah atau Provinsi untuk setiap topic yang dilombakan. Artinya, dari setiap daerah diambil 10 orang terbaik dari setiap topic yang, sehingga terwujud pemerataan pendidikan, dimana misalnya topic (10) Teknologi Informasi sebagai Media dan Sarana Pembelajaran di setiap daerah kan berbeda-beda penerapannya disesuaikan dengan kondisi geografis, sarana prasarana dan kualitas pendidiknya. Oleh karena itu, dalam Simposium ini ada kesempatan bagi kami yang di Sumatera Utara ini yang kondisi geografis dan sarana pembelajaran TIK-nya masih memprihatinkan bisa belajar dari guru-guru hebat di Pulau Jawa yang pendidikan berbasis IT-nya yang sudah mantap dijadikan sumber dan media pembelajaran untuk meningkatkan minat dan kemampuan peserta didik. Pendidikan di Pulau Jawa adalah tolak ukur dari daerah untuk belajar bagaimana memanfaatkan IT dalam proses pembelajaran. Dan Pemerintah dalam hal ini Kemendikbud tau apa yang menjadi kendala di daerah dalam memanfaatkan TIK sebagai media dan sarana pembelajaran.
Memberikan Kesempatan Bagi Yang Belum Pernah
Tahun ini sangat banyak event-event yang dilakukan oleh Kemendikbud, diantaranya yang saya ikuti lomba inovasi pembelajaran, lomba inovasi pendidikan karakter bangsa, tetapi kandas alias belum mendapatkan kesempatan. Ini adalah event kesekian kalinya yang saya ikuti dengan harapan menjadi salah satu yang dipanggil ke Bogor. Harapan adalah maunya dewan juri lebih selektif, yang belum pernah mendapatkan kesempatan maunya diberi kesempatan dan yang sudah sering menang ataupun yang itu-itu aja dipanggil kalau bisa digantikan oleh guru-guru baru sehingga Simposium Guru ini lebih berimbas bagi kami yang sangat berharap ini.
Akhirnya, apapun harapan kami para Guru se tanah air, keputusan ada ditangan para Dewan Juri yang pastinya bekerja seprofesional mungkin, mengesampingkan hal-hal yang berbau nepotisme, tetapi bekerja menilai sesuai dengan pedoman yang telah disepakati bersama dengan kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Semoga yang menang yang terbaik. Semoga!