Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Dasar, Nomor Dua Selalu Buat Masalah

29 Oktober 2016   05:56 Diperbarui: 29 Oktober 2016   08:50 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini di negara kita, tiba-tiba nomor dua bikin kesemsem sekaligus galau, gusar, gundah gulana, hingga ketar ketir. Bagaimana tidak? Kembali rakyat Indonesia, eh rakyat Jakarta khususnya dibuat ketar-ketir ketika hasil pengundian nomor urut calon gubernur dan calon wakil gubernur dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Pencabutan inipun berakhir dramatis ketika tangan masing-masing cagub mengambil nomor yang tergulung rapi dan membuka serta membacakannya.

Hasilnya? Sungguh diluar nalar saya pribadi, kenapa? Nah, pepatah “ada masa terulang kembali”, ternyata bukan isapan jempol. Jreng..jrengg..... begitu masing-masing Cagub dan Cawagub membuka kartu undian, tertera masing-masing nama. Ternyata aroma tangan dan suasana hati berpengaruh juga dalam menentukan pilihan undian. Aroma tangan dan suasana hati pasangan petahana, Ahok – Djarot yang didaulat pertamakali untuk mengambil nomor urut ternyata berpengaruh juga pada nomor urut yang dipilihnya.

Ketika Djarot mengambil nomor undi, pak Djarot sukses mempertahankan tetap nomor 1 dan ketika Ahok yang maju dengan mantapnya memutar-mutar, lalu mengambil satu nomor. Setelah dibuka.. jreng..jrengg...ternyata mereka memilih nomor dua, atau nomor dua yang memang sudah ditakdirkan untuk mereka? Begitu nomor dua milik mereka, banyak spekulasi yang berkembang, kita langsung mengingat kembali memori dua tahun silam, dimana pada Pilpres 2014 yang lalu, Jokowi – JK bernasib sama, ditakdirkan untuk menyandang calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 2.

Pun dengan Arok – Djarot, mereka langsung mempersiapkan jargon, “Salam Dua Jari!, Salam Dua Periode!, Salam Duet Maut Untuk Jakarta Lebih Baik!, Salam Perdamaian, Salam No SARA, Ayo Kerja..Kerja..Kerja!!!”, yang tentunya menjadi sumber masalah baru bagi para calon lain maupun para #hatersnya Ahok di seluruh Indonesia. Masalah yang pernah dibuat Jokowi di Pilpres 2014 sepertinya akan kembali terulang, yah masalah nomor urut dua, tentunya masalah salam dua jari kembali bangkit diseantero Jakarta maupun di luar Jakarta. Kembali diingatkan bahwa nomor urut 1 belum tentu menjadi nomor satu juga, tetapi fakta membuktikan bahwa dari nomor 2 bisa kembali menjadi nomor 1. Fakta itu yang sepertinya akan terulang kembali.

Menurut saya, ada beberapa masalah yang akan terulang di tahun 2017, diantaranya:

Pertama, spirit pak Jokowi ketika menjadi Capres yang memang tetap didukung penuh oleh pak Jokowi tetap menjadi penyemangat Ahok untuk memimpin DKI ditengah derasnya kritikan dan arus penolakan terhadap pemimpin minoritas untuk mayoritas. Sehingga dengan nomor urut 2 ini maka diharapkan sejarah terulang kembali, dimana dulu Jokowi sangat dicemooh dan bukannya diprediksikan untuk menang.

Kedua, maka Pilgubnya nga akan susah-susah sampai dua putaran, cukup satu putaran saja, mengingat tahun 2014 dulu juga yang diprediksi akan dua putaran ternyata satu putaran. Syaratnya? Ahok – Djarot cukup bekerja dengan baik, berkampanye dengan santun, tidak mau terpengaruh oleh black campaign (kampanye hitam), tidak mudah meladeni isu-isu kontroversial atau jangan mengulang kembali dengan pernyataan-pernyataan kontroversial, tetapi berkampanyelah ala Jokowi.

Ketiga, jika Ahok – Djarot tetap melakukan program Jakarta Indah, nyaman, aman dan Tentram serta tidak banjir dengan tetap melakukan ‘penggusuran secara manusiawi’, artinya penduduk miskin boleh digusur, tetapi diberikan tempat yang layak, sebab ketika mas Agus Cagub nomor 1 dan Sandiago Uno serta mantan menteri yang tiba-tiba rela turun kelas menjadi Cagub demi jabatan, pak Anies ditanya, bagaimana mengatasi banjir dan tempat kumuh, ternyata jawabannya intinya, tetap digusur, wah, ternyata sama-sama aja...

Intinya, semoga Pilgub DKI aman, terkendali dan tidak dinodai oleh isu-isu SARA yang menimpa Ahok sang pemimpin minoritas. Sudah saatnya kita berpikir dan bertindak cerdas, kalau memang pantas, kenapa harus dijegal? Trus pilihlah yang sudah berpengalaman dan menunjukkan kinerja, bukan yang jualan kecap alias ngomong doang. Jadi ingat kata-kata bang Ruhut di ILC, ” NO 1 DIBUKA , NO 2 DICBLOS , NO 3 DITUTUP”. Sekian!

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun