Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Revolusi Mental Sebagai Gerakan Semesta, Sembilan Budaya yang Harus Diterapkan dalam Pendidikan

28 Mei 2016   19:28 Diperbarui: 28 Mei 2016   19:55 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

3. Bertanggung jawab

Tanggung jawab adalah ciri orang yang berbudaya dan menjadi sifat kodrati setiap individu, artinya sudah menjadi bagian dari kehidupan. Tanggung jawab, menurut kamus bahasa Indonesia adalah : berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Pendidikan yang baik dengan pemberian pemahaman, keteladanan hidup, mengajarkan budaya tanggung jawab, serta taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa tentunya akan berperan besar dalam menumbuh-kembangkan sikap anak yang penuh tanggung jawab.

Anak seharusnya diajarkan mulai dari bertanggung jawab terhadap diri sendiri, diajarkan agar mampu melaksanakan semua kewajiban yang diberikan, baru belajar untuk menuntut haknya. Kewajiban untuk belajar mengembangkan kepribadiannya sehingga menjadi pribadi yang bertanggung jawab adalah modal untuk belajar bertanggung jawab terhadap keluarga nantinya kelak. Setiap individu dalam keluarga yang terdiri dari suami-istri, ayah-ibu, anak-anak yang dilahirkan dengan kasih-sayang, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga, wajib bertanggung jawab terhadap keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga, kesejahteraan keluarga, pendidikan, kebudayaan yang dilahirkan secara turun temurun, serta menciptakan kehidupan yang lebih baik merupakan tanggung jawab kepada keluarga.

4. Hormat Pada Aturan dan Hukum Masyarakat

Manusia adalah mahluk sosial, oleh karena itu setiap individu harus bertanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya, agar terjalin kerjasama yang baik, saling menghargai dan menghormati hak dan kewajiban masing-masing anggota masyarakat. Disamping bertanggung jawab terhadap masyarakat sekitar, setiap individu juga harus bertanggung jawab terhadap bangsa dan negara yang dibuktikan dengan perbuatan dan perilaku yang sesuai dengan norma dan hukum yang berlaku di negara kita.

Di dalam norma hukum setiap orang atau individu wajib menjungjung tinggi hukum dan mempunyai kesadaran hukum yang tinggi pula. Hukum akan mengatur tata kehidupan masyarakat dan negara serta mengatur dan mengayomi kepentingan atau hasil karya seseorang atau masyarakat sehingga akan tercapai tertib hukum dalam tata kehidupan masyarakat Indonesia, sehingga terbentuk pola pikir untuk menghormati semua hukum yang ada di masyarakat Indonesia.

5. Hormat pada hak orang atau warga lain

Saling hormat menghormati, tenggang rasa, toleransi adalah sikap yang harus dijunjung tinggi di negara kita, apalagi Indonesia memiliki keberagaman budaya, agama, suku, ras dan latar belakang sosial, sehingga sangat rentan terjadi gesekan antar agama, antar suku akibat ulah segelintir orang yang memanfaatkan isu-isu sara, agama, dan budaya yang beraneka ragam. Untuk meminimalisir terjadinya gesekan-gesekan akibat perbuatan orang-orang yang tidak bertanggung jawab, maka sikap saling menghormati hak orang lain harus ditumbuh kembangkan sejak dini dalam diri anak-anak kita, sehingga di era globalisasi ini, dimana budaya asing sangat gampang merasuki diri anak-anak kita akibat pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang menggerus adat dan budaya lokal harus diimbangi dengan pemahaman saling harga menghargai, hormat menghormati, toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Keberagaman budaya, kepercayaan, suku, ras dan sebagainya akan terbina apabila seluruh warga saling menghormati.

6. Cinta pada pekerjaan

Ini adalah dilema orang Indonesia, karena rata-rata orang Indonesia belum sepenuhnya mencintai pekerjaan yang telah dia dapat. Bukti dari kurang cinta terhadap pekerjaan yang telah dia peroleh adalah maraknya pungli, munculnya premanisme akibat pilih-pilih pekerjaan, pekerjaan yang tersedia tidak sesuai dengan keinginan, sementara untuk mencari pekerjaan yang levelnya lebih menjanjikan tidak memiliki kualitas maupun tidak dapat memenuhi syarat yang telah ditentukan. Tingkat pendidikan yang rendah, kualitas sumber daya manusia yang tidak mampu berdaya saing turut menjadi faktor yang menjadikan pekerjaan yang dia punya tidak dia cintai. Belum lagi faktor mental dan etika yang kurang tertanam mengakibatkan sikap melakukan korupsi gampang terjadi di Indonesia sehingga negara kita tetap pada posisi negara berkembang, karena ketidak mampuan bekerja dengan maksimal untuk memberikan yang terbaik untuk keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Belum lagi masalah pilih-pilih pekerjaan, dimana orang Indonesia sudah terkenal untuk lebih memilih pekerjaan di kantoran, pemerintahan (PNS), ketimbang menjadi seorang entrepeneur (wirausahawan), ataupun menjadi petani atau pedagang. Ini adalah fakta yang tidak terbantahkan, setelah tamat SMU ataupun tamat perguruan tinggi masih lebih berminat menjadi pekerja atau karyawan dibandingkan menciptakan lapangan kerja. Setidaknya, data Kementerian Pendidikan Nasional memperlihatkan data itu, dimana umumnya lulusan SMA (60,87%), dan perguruan tinggi (83,18%) lebih berminat menjadi pekerja dan karyawan (joob seeker) dibandingkan berupaya menciptakan lapangan pekerjaan. Sementara menurut data Kementerian Koperasi Usaha Kecil dan Menengah menyatakan bahwa Indonesia masih membutuhkan sekitar 4,75 juta orang wirausaha, sedangkan berdasarkan pendekatan usaha formal jumlah yang tersedia 592.467 orang wirausaha, atau masih dibutuhkan sekitar 4,15 juta wirausaha. Sudah saatnya menanamkan jiwa cinta terhadap pekerjaan kita sejelek apapun pekerjaan kita asalkan itu halal dan bukan pekerjaan yang kotor, juga menanamkan jiwa dan semangat berwirausaha agar masyarakat produktif di negara kita mau dan mulai menciptakan dunia usaha untuk Indonesia yang lebih baik.      

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun