Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengalaman Menjadi Pembina Ekskul Sepak Bola (Catatan Ringan Sepak Bola)

20 Januari 2014   05:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:40 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekolah sebagai wadah pembinaan Sumber Daya Manusia harus dapat mengembangkan SDM yang berdaya guna dan bermutu untuk menyongsong masa depan indonesia yang lebih baik. Kita sebagai tenaga pengajar atau pendidik sadar akan hal itu, oleh karena itu, para tenaga pengajar atau pendidik harus mempunyai terobosan-terobosan dalam hal meningkatkan sumber daya manusia tersebut, oleh karena itu sekolah mencanangkan berbagai masukan untuk membina dan menghasilkan Sumber Daya Manusia yang bermutu dalam segala hal, termasuk dalam pengetahuan akan Teknologi Informasi dan Komunikasi serta mempunyai skill khususnya dibidang Olah Raga. Sekolah dan warga sekolah sadar betul akan tantangan masa depan dan akan esensi untuk mengembangkan serta mengaplikasikan apa yang tertuang dalam Kurikulum baru 2013.

Ekstra kurikuler adalah salah satu bukti nyata dalam mewujudkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan unggul dalam berbagai bidang, dengan meningkatkan Ekstra Kurikuler (dibaca: Ekskul), maka diharapkan peserta didik kita mampu mengeluarkan kemampuan mereka dalam suatu bidang olahraga yang mereka minati, mereka mampu belajar dan mengekspresikan diri mereka lewat olah raga yang mereka geluti atau ikuti. Ekskul menjadi salah satu bidang pelajaran yang mereka minati, sehingga sepulang sekolah mereka memiliki kegiatan yang nantinya dapat mengisi waktu luang di luar jam sekolah, dan dapat menghindarkan mereka mengikuti kegiatan-kegiatan yang negatif, misalnya: tawuran, geng motor, merokok, kumpul-kumpul di luar jam sekolah, yang meresahkan orang tua, keluarga dan masyarakat. Dengan diberlakukanna ekskul di luar jam sekolah efek positif akan terbentuk, dimana peserta didik memiliki sikap yang baik, disiplin terbentuk, skill dan kemampuan, itulah harapan besar dengan terbentuknya ekskul dalam sekolah.

Namun, memang tidak gampang membentuk dan menerapkan itu semua, segampang membalikkan telapak tangan. Saya di tunjuk sebagai pembina ekskul sepak bola, ekskul yang seharusnya diminati oleh peserta didik karena sepak bola adalah olah raga yang paling digemari di indonesia. Semenjak menangani ekskul ini, saya merasakan tantangan yang besar, karena saya harus dihadapkan pada realita masalah disiplin yang kurang dari peserta didik, sarana lapangan sepak bola yang tidak ada di sekolah, masalah sepatu bola, bola kaki, hingga masalah kostum. Mencari lapangan sangat susah, saya harus mutar-mutar keliling daerah di sekitar sekolah untuk mencari lapangan sepak bola, akhirnya kami sepakat untuk menyewa lapangan di Arhanud. Lapangan kami sewa per bulan dan menjadi member dengan biaya yang tidak sedikit. Per bulan kami harus membayar sewa lapangan sekitar Rp. 500 ribu rupiah dengan latihan satu kali dalam seminggu, latihan diadakan setiap hari Sabtu dari pukul 14:00 s/d 16:00 Wib.

Ok, masalah pertama telah selesai, berikutnya adalah masalah kemauan dan disiplin anak-anak dalam latihan. Setelah diumumkan bahwa latihan diadakan setiap hari Sabtu, saya kembali dibuat kecewa. Kemarin, latihan perdana ternyata yang datang latihan hanya satu orang. Saya sangat kecewa ternyata dari hampir 78 orang siswa kelas X, XI dan XII yang mendaftar, yang datang hanya satu orang. Padahal, 2 menit sebelum bel pulang sekolah, saya sudah mengumumkan lewat microfon bahwasanya latihan diadakan pukul 14:00 Wib di lapangan Arhanud (boca juniors).

Pelajaran dari Thailand

Sungguh kecewa, saya tunggu di lapangan sambil membuka laptop dan mengetikkan artikel ini, sembari berharap ada peserta didik yang datang sehingga tulisan ini tidak saya terbitkan, namun sampai pukul 14:30 Wib, tidak ada juga yang datang. Saya teringat akan ocehan teman sewaktu di kampung liburan Natal dan Tahun Baru kemarin. Saat saya bersama teman yang kerja di Jakarta dan pernah bertugas di Thailand, bercerita bagaimana sambutan orang-orang Thailand terhadap warga negara indonesia. Mereka berseloroh “dari 240 juta jiwa penduduk indonesia, masa 11 orang saja tidak bisa bermain sepak bola dengan baik?” menyinggung kekalahan indonesia dari Thailand di final Sea Games Myanmar kemarin. Pantasan Timnas kita kalah dari Thailand dan tidak pernah maju, mencari bibit-bibit pemain saja susahnya minta ampun, padahal di sekolah, jika jam pelajaran tertentu, guru tidak datang, banyak peserta didik kita yang jadinya main bola di lapangan, mereka memanfaatkan waktu yang tidak ada gurunya dengan bermain bola. Begitu juga saat pelajaran berlangsung, banyak peserta didik kita yang malah ngobrol di belakang. Ceritanya tentang Sepak Bola, tentang hasil liga Inggris, Italia, Spanyol, Liga Champions dan liga top-top lainnya. Sungguh miris memang.

Ternyata, hanya satu orang yang datang setelah waktu menunjukkan pukul 15:00 Wib, peserta didik tersebutpun dengan malu-malu menyalami saya dan bertanya, “Ngak latihan Pak?” saya jawab, “Bagaimana mau latihan, tidak ada pesertanya?” balik bertanya sambil saya serahkan absen ekskul sepak bola untuk diisi. “Cuma saya yang ngisi pak?”, “ialah, nga papa kan biar ada bukti bahwa kita tetap ekskul dan diserahkan ke pihak sekolah”. Terang saya. Saya pun menyuruh siswa tersebut untuk meng-SMS teman-temannya untuk datang. Namun hingga pukul 16:00 Wib, satu siswa pun tidak ada yang datang.

Akhirnya, memang seperti itulah kenyataannya. Masyarakat kita hanya sekedar pecandu sepak bola, hanya sekedar minat, bukan pada penyaluran bakat dan ingin menjadi pemain profesional. Pengalaman saya mengikuti turnamen coca-cola tahun 2013 bisa menjadi acuan. Piala coca-cola 2013 yang dihelat November kemarin mungkin menjadi faktor peserta didik saya agak malas, jadwal yang amburadul mengakibatkan tim sekolah kami di diskualifikasi atau kalah WO akibat jadwal yang tidak jelas dari panitia. Menang di pertandingan pertama, pertandingan ke-2 kami WO karena jadwal yang terlambat kami terima.

Sistem pembinaan generasi muda kurang, kompetisi antar sekolah yang tidak jelas membuat kualitas pembinaan generasi sepak bola kita terhambat. Liga Pendidikan Indonesia (LPI) yang seharusnya menjadi wadah pencarian bibit-bibit calon pemain-pemain nasional indonesia tidak berjalan dengan baik. Kompetisi yang di canangkan oleh PSSI bersama dengan Presiden dan diawali tahun 2009 yang lalu, sekarang tidak jelas lagi bagaimana kompetisinya untuk tingkat SMA. Padahal, semua sekolah-sekolah di tanah air sangat berharap kompetisi Liga Pendidikan Indonesia ini dapat berlangsung dengan teratur dan transparan serta dilaksanakan di setiap daerah dengan baik. Kompetisi seperti inilah yang mampu memacu semangat anak-anak muda tanah air ini dalam bidang olah raga. Kompetisi dan pembinaan yang teratur dan berkelanjutan seharusnya mampu mengorbitkan pemain-pemain dari setiap daerah yang nantinya mampu bersaing di tingkat nasional. Akhir kata dari saya, minggu depan semoga anak-anak saya kembali mau berlatih untuk mempersiapkan diri menyambut Liga Pendidikan Indonesia (LPI) 2014 maupun turnamen-turnamen lain dan juga Liga Piala Coca-Cola tahun 2014.

Mohon info Liga Pendidikan Indonesia (LPI) 2014 regional Sumatera Utara Kapan informasinya? Mohon info Liga Pendidikan Kompas maupun Kompasiana tingkat SMA ada atau tidak? Mohon info Liga Sepak Bola Pocari Sweat ada atau tidak? Mohon info Liga Sepak Bola Coca-Cola? Sehingga saya mampu menjadi Pembina atau Manajer Tim Sepak Bola SMA dengan baik. Salam.....!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun