[caption id="attachment_348986" align="aligncenter" width="624" caption="James Troisi, si Pencetak Gol Kemenangan Australia di Final Piala Asia 2015. sumber: www.bola.kompas.com"][/caption]
Mari sejenak melihat keberhasilan yang ditoreh Australia setelah sukses menjuarai Piala Asia atau AFC Asian Cup yang diselenggarakan di rumah sendiri, Australia 2015 edisi ke – 16. Australia sukses menggondol Piala Asia untuk pertama kalinya setelah mereka gabung ke zona Asia di tahun 2006. Australia menunjukkan alasan mengapa mereka memutuskan gabung ke zona Asia yang memang lebih kompetitif dibandingkan zona Oceania yang kualitas tim-timnya dibawah The Socceroos – julukan Timnas Australia.
Mari sejenak berpikir positif dan melepaskan diri dari kungkungan dagelan politik yang dipertontonkan oleh pejabat publik kita sehingga kita lupa bahwa Australia dan Korea Selatan adalah peserta final Piala Asia 2015. Sepertinya pesta akbar sepak bola Asia yang diselenggarakan oleh negara tetangga sebelah selatan kita sendiri seakan tenggelam oleh kabar politik tanah air yang tidak menemukan titik temunya. KPK kontra Polri lebih menyita perhatian ketimbang Australia kontra Korsel yang berkesudahan 1 – 1 dibabak normal dan dimenangkan oleh Australia dibabak perpanjangan waktu. Ironisnya pencetak gol pembuka Australia di final yang dilangsungkan di Stadion ANZ Sta
dium, Sydney yang berkapasitas 85 ribu penonton tersebut adalah Massimo Luongo di menit 44 yang notabene masih memiliki hubungan darah dengan Indonesia alias pemain keturunan Australia berdarah Indonesia, karena ibu sang pemain asli dari Sumba, Nusa Tenggara Timur yang bernama Ira.
Semenjak ditunjuk menjadi tuan rumah, Australia demi mendapatkan gelar Piala Asia untuk pertama kalinya setelah hanya menempati babak 8 besar di gelaran pertamanya tahun 2007 dan dikalahkan oleh Jepang di final tahun 2011, langsung menunjuk pelatih asal Yunani, Ange Postecoglou untuk membenahi tim dan mental juara The Socceroos pasca hasil memalukan di Piala Dunia 2014. Tim Cahill, dkk dengan mantap melaju ke Final kontra Korsel yang juga menorehkan hasil fantastis dengan tidak kebobolan dari babak penyisihan grup hingga babak semifinal. Asa menghapus puasa gelar selama 55 tahun sepertinya akan berkesudahan, namun Australia lebih beruntung di rumah sendiri. Lewat gol James Troisi di menit 115 perpanjangan waktu, akhirnya Australia sukses menjadi tuan rumah sekaligus menorehkan sejarah juara baru Piala Asia yang menyebabkan negara-negara Arab atau bagian Teluk ingin mencoret dan keluar dari zona Asia. Sumber berita disini.
Korea Selatan yang menurunkan formasi 5-3-2 dengan susunan pemain: 23-Kim Jin-hyeon; 22-Cha Du-ri, 3-Kim Jin-su, 5-Kwak Tae-hwi, 19-Kim Young-gwon, 20-Jang Hyun-soo; 16-Ki Sung-yueng, 6-Park Joo-ho (14-Han Kook-Young ’71), 10-Nam Tae-hee (11-Lee Keun-Ho ’63); 7-Son Heung-min, 18-Lee Jung-Hyub (4-Kim Joo-Young ’86)
Lebih banyak menekan pertahanan Australia dan mendominasi penguasaan bola Namun, Australia yang mendapatkan peluang emas pertama. Australia yang menurunkan formasi 4-2-3-1 : 1-Matthew Ryan; 2-Ivan Franjic (17-Matt McKay ’76), 20-Trent Sainsbury, 6-Matthew Spiranovic, 3-Jason Davidson; 15-Mile Jedinak, 5-Mark Milligan; 21-Massimo Luongo, 4-Tim Cahill (9-Tomi Juric ’63), 7-Matthew Leckie, 10-Robbie Kruse (14-James Troisi ’71). Mampu menjebol gawang Kim Jin-hyeon lewat Massimo Luongo dengan indahnya menciptakan gol dengan tendangan datar nan kerasnya.
Keajaiban muncul di menit 90+1, ketika Song Heun-min mampu membalas dengan golnya yang mampu menghidupkan asa anak asuhan Uli Stielike menggenggam gelar untuk ke – 3 kalinya. Babak perpanjangan waktu, James Troisi tampil jadi pahlawan Australia setelah mampu menjebol gawang Kim Jin-hyeon hasil dari bola rebound tangkapan tidak sempurna yang mampu dikonversi menjadi gol untuk menuntaskan Final antara dua raksasa sepak bola Asia ini.
Jadi apa pelajaran berharga untuk kita?
Piala Asia telah usai, pun dengan Piala Dunia 2014 telah menyisakan sejarah bahwa Australia mampu juara, lalu bagaimana dengan Indonesia? Hmm seingat saya, disepanjang keikutsertaan kita di Piala Asia, hanya tahun 1996-lah Timnas kita mampu membuat fenomena dengan gol cantiknya Widodo Cahyono Putro ke gawang Kuwait. Gol spektakuler itu akan diingat sampai sekarang, karena dibuat dengan tendangan salto yang menghujam deras ke gawang lawan. Setelah itu? Tahun 2004 bahkan tahun 2007, Timnas kita hancur lebur walau mendapat jatah sebagai tuan rumah bersama Malaysia, Thailand dan Vietnam. Paling barter Tim Garuda Jaya hanya sebagai pelengkap penderita alias penghuni babak group, lalu harapan menguak kala Evan Dimas, dkk berjaya di Piala AFF tetapi PSSI belum memiliki program kerja nyata di tahun ini untuk menentukan target jangka pendek dan panjangnya.
PSSI belum menunjukkan kerja kerasnya dengan menggulirkan kompetisi dan membangun sarana dan prasarana sepak bola disetiap daerah-daerah. Padahal kompetisi sesuai dengan tingkatan umur atau pembinaan sejak usia dini adalah kunci keberhasilan dalam membangun skuad yang tangguh dan bermental juara, bukan yang tampil angin-anginan. Yah, semoga saja PSSI dan Pemerintahan sekarang, Mempora bersama-sama dengan Presiden mampu duduk bersama, berdiskusi dan mencari solusi untuk perbaikan olahraga Nusantara khususnya Sepakbola. Move on dan selesaikan secepatnya masalah KPK vs Polri agar masalah krusial lainnya dapat diselesaikan dengan baik.
Salam Olahraga...
AN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H