"Aku Jamin sebuah rumah sekitar surga untuk orang yang meninggalkan pertengkaran meskipun benar"
                                              --Hadist Sunan Abi Daud di dalam kitab Riyaddhus Shaalihin.
Â
Makkah abad VII M, muncul sebagai pusat peradaban dunia. Pusat ritual keagamaan penting yang menarik orang dari berbagai kalangan untuk datang. Dari sudut pandang sosial budaya, apa yang terjadi di Makkah adalah revolusi spiritual yang mencengangkan: tepatnya mengagumkan!
Tidak bisa dipungkiri, apa yang terjadi di Makkah merupakan sesuatu yang unik. Seolah dalam sekejab masyarakat nomaden--yang saling bermusuhan--mampu menyatukan ego kesukuan yang sudah menjadi ciri khas ribuan tahun; ke dalam identitas baru: Muslim!
Tanpa adanya penyatuan di antara suku-suku, mustahil syarat peradaban terpenuhi yakni kestabilan politik. Tidak ada peradaban yang dibangun dengan kekacauan. Peradaban membutuhkan ketenangan dalam proses tumbuhnya. Untuk mengisi ceruk sosial, budaya, politik maupun spiritual.
Saat itu Makkah dan sekitarnya adalah tanah gersang yang tidak menjanjikan apa pun. Udik dan berdebu. Tanpa sumberdaya yang bisa diandalkan, tanpa kerajaan yang patut dibanggakan. Namun, dalam sekejab --23 tahun--menjelma menjadi sebuah wilayah yang menarik banyak peradaban besar. Sebuah entitas baru yang diperhitungkan kiprahnya.
Titik tolak kebangkitan Arab tidak lepas dari sosok pembaharu yang bernama Nabi Muhammad SAW.. Seorang tokoh revolusioner, karismatik dan juga sederhana. Ada satu hal yang mendasar dari kesuksesannya berdakwah: kejujuran!
Nabi Muhammad muncul sebagai sosok genius tekun, yang gigih merombak, menyederhanakan tentang norma dan meluruskan banyak hal. Mengajarkan nilai bahwa manusia setara. Di tengah kondisi masyarakat yang masih menganggap lumrah sebuah stratifikasi sosial berdasar kelahiran. Masih maraknya berbudakan. Maraknya pembunuhan atas persoalan sepele. Saat di mana kehormatan ditegakkan dengan pedang dan pertempuran. Dan mengajak untuk mengalihkan keyakinan pagan menuju satu keyakinan monoteisme: Tunduk kepada Allah!
Nabi Muhammad lewat ayat-ayat Al-qur'an menyerukan kesetaraan, toleransi, persatuan dalam bingkai Islam.
"Hai manusia, sesungguhnya kami ciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal"
                                                                               (Surat Al-Hujurat ayat 13)Â
Ajaran Nabi Muhammad juga mengedepankan keadilan sosial dalam wujud pembagian rezeki: menyantuni anak yatim, janda dan orang miskin. Ajaran ini menarik kalangan marjinal untuk datang dan mengikuti ajarannya. Sumpah setia mengikuti ajarannya. Nabi berada di garis depan, sebagai pelindung kelompok marjinal yang teraniaya di Makkah waktu itu.