Â
Pada 1990, setelah reunifikasi Jerman. NATO yang dikepalai Amerika pernah berjanji ke Mikhail Gorbachev "Nato tidak akan bergeser satu centimeterpun ke timur".Â
Sayangnya Uni Sovyet percaya. Sembilan tahun kemudian janji tersebut terbukti hoax: Polandia, Ceko, dan Hungaria bergabung pada 1999. Eksodus belum berhenti; Estonia, Latvia, Lithuania, Slovenia, Slovakia, Bulgaria dan Rumania menyusul pada 2004. Ternyata form registrasi anggota baru NATO tetap dibuka: Ukraina!
--------
Pakta Warsawa sebagai tandingan NATO dibubarkan pada 1 Juli 1999. Harusnya NATO melakukan hal yang sama. Namun tidak demikian.Â
Keberadaan dan peran NATO malah ditingkatkan. Merekrut anggota baru dari eks Uni Sovyet. Tanpa sungkan dan malu, ribuan kilometer patok batasnya bergeser ke timur.Â
Apa yang dilakukan NATO dengan mentor utamanya Amerika cukup jelas: mengepung Rusia dan mencekik pelan-pelan.
Rusia tahu tentang itu. Ada amarah, namun ekonomi yang masih morat-marit belum memungkinkan untuk menggertak. Marah dengan apa?Â
Peralatan militernya saja mulai aus termakan zaman. Kehilangan digdaya, kalah modern dengan teknologi Amerika dan sekutunya. Setelah booming minyak tahun 2000-an dan ekonomi Rusia membaik, mulailah geliat amarah itu muncul.
Kebangkitan ekonomi era Vladimir Putin menjadi modal untuk mengembalikan roh Uni Sovyet. Riset ditingkatkan. Mesin pabrik yang mati, mulai berisik lagi.Â
Muncul mesin perang baru yang daya gebuknya tidak main-main. Pesawat pembom strategis mulai dihidupkan. Pesawat serang berkategori predator udara mulai unjuk kemampuan.Â
Anggaran militer menunjukkan grafik naik tajam. Sebagai gambaran pada 2018 anggaran militer Rusia hanya US$ 46; pada 2022 meningkat tiga kali lipat menjadi US$154. Â Sebagai pembanding, anggaran pertahanan Indonesia pada 2022 sebesar US$9,3 milyar.