Banyak orang mengadopsi  spirit doll, fenomena ini tidak lepas dari sejarah masa lalu yang tertanam di DNA Homo Sapiens
-----
Mengapa sebagian besar manusia menyukai makanan manis? Menurut Yuval Noah Harari--sejarawan Israel--di bukunya yang berjudul Sapiens, hal itu ada kaitannya kebiasaan leluhur Homo sapiens pada masa lalu.
Tiga puluh ribu tahun yang lalu atau jauh merentang ke belakang, akses makanan manis hanya didapat dari buah-buahan. Saat menemukan buah matang, manusia zaman dulu bereaksi dengan sigap dan cepat: segera sikat! Sebelum keduluan disantap kera dan kalong.
Ribuan tahun terus begitu, berulang-ulang. Informasi kegentingan akan makanan manis akhirnya mengendap dan menjadi algoritma DNA--sebagai software, yang mengendalikan alam bawah sadar manusia.
Pada saat ini, manusia sudah keluar dari semak belukar; gua gelap yang pengap, padang sabana, atau hutan hujan tropis yang lebat dan lembab.
Namun, tidak untuk DNA manusia. Algoritma DNA Homo Sapiens  masih sama--menganggap saat ini manusia, masih mukim di belantara atau sabana. Maka, banyak kejadian, manusia makan es krim satu mangkok, lalu mengguyurnya dengan minuman manis bersoda: Tanda DNA manusia masih primitif--rakus manis.
Animisme
Zaman dulu--nenek moyang manusia--beradaptasi dan menyeimbangkan posisinya dengan alam sekitar, dengan cara mengembangkan budaya Animisme dan Dinamisme. Animisme menganggap apa pun yang ada di sekitar manusia punya roh.
Roh itu bisa dari orang yang sudah meninggal. Ataupun roh yang memang sudah ada sebelumnya. Roh ini diangap punya emosi sama seperti manusia pada umumnya. Bisa senang dan bisa juga marah.
Misal saat ada petir menggelegar, yang menimbulkan ketakutan, nenek moyang meresponnya dengan melakukan persembahan untuk menyenangkan arwah yang dianggap marah. Segala fenomena alam tidak terlepas dari peran serta roh.
Sejalan dengan era animisme, berkembang pula kepercayaan Dinamisme, yang meyakini bahwa benda punya kekuatan gaib.