Menulis itu gampang kok! Mendengar kata bergenre motivasi itu saya harus menarik nafas dulu. Menarik nafas dalam-dalam. Agar darahku tidak naik.
 "Siapa yang bilang menulis itu gampang hah..?" --sambil teriak agak kencang.
"Gampang pusing, bisa jadi. Cobalah menulis yang enak dibaca--bukan untuk diri sendiri tapi orang lain-- punya nilai kemanfaatan dan isinya mencerahkan. Saya pastikan Saudara yang budiman akan terperangah. Suliiit Bro!"
Menulis itu sulit bagi yang tidak mau berproses. Bagi yang mau berprosespun statusnya juga sulit. Kepiawaian tulis menulis tidak ada yang instan. Menulis tidak sama seperti menggoreng ayam krispi. Mustahil itu! Kalaupun Ada, pastinya orang tersebut masuk spesies langka.
Kalau baru menulis, ingin hasilnya seperti tulisan sang maestro, saya jamin darah tinggi Anda akan kumat. Menulis itu proses berkelanjutan, tahap demi tahap hingga pada tataran menjiwai. Selain itu, yang tak kalah sakral adalah menulis ada aturannya. Tanda baca, baku tidaknya kata, pemilihan diksi akan berpengaruh besar. Enak tidaknya tulisan ada di faktor itu semua.
Jangan pernah percaya menulis itu mudah. Sekali lagi saya ulangi menulis itu sulit. Terutama bagi yang ingin belajar nulis. Apalagi ada keinginan menggebu agar tulisannya langsung keren. Kalau sekedar menulis semua orang pasti bisa. Namun, merangkai keterpaduan, logik estetik juga butuh jam terbang. Latihan terus menerus, dan jangan gampang menyerah. Itu kuncinya.--nasehat ini dari maestro tulis menulis, bukan saya lho.
Setelah menulis artikel atau apapun yang menurut kita keren, endapkan barang dua jam. Lalu baca lagi. Anda bisa terpingkal getir, banyak kata abstrak tidak jelas berada di sudut sana sini. Logikanya tidak nyambung, bahkan terkesan janggal. Padahal, saat baru menulis kita yakin dan senyum-senyum sendiri bahwa tulisan yang kita buat akan banyak yang baca dan ngelike. Ternyata, sang penciptanyapun bisa dibuat geli tak terperi membaca tulisannya sendiri. Itu baru dua jam lho!
Coba eramkan tulisan selama tiga hari tiga malam. Maka, semakin banyak kejanggalan bermunculan. Mulai tanda baca, tulisan typo bermunculan seperti jamur terguyur hujan. Jangan stres, terpingkal saja, bahwa apa yang kita anggap sudah sempurna ternyata banyak ketidaksempurnaan.Â
Kalau ingin tambah stres, setelah menulis selesai. Cobalah Anda baca tulisan sang maestro dibidang tulis menulis. Lalu bandingkan dengan tulisanmu, dijamin Anda akan langsung drop--seperti orang cacingan. Pucat pasi, dan tubuh menggigil. Karena apa? Tulisan yang kita anggap lucu, keren, megah dan berwibawa ternyata begitu mengenaskan.
Intinya adalah kalau ingin menjadi penulis, mulailah menulis, mengoreksi, menulis lagi dan mengoreksi. Tulisan kurang menarik, wajar. Tapi jangan berhenti untuk menulis. Mungkin ini salah satu tips santun untuk menggugah orang mau menulis.
Oh ya satu hal lagi, harus gemar membaca.