Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mendidik Anak Mencintai Alam, sebagai Tameng Pemanasan Global

2 Maret 2021   16:04 Diperbarui: 21 November 2022   15:00 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi.

Apa saja yang bisa diajarkan untuk menggugah anak-anak agar sadar memahami alam dan posisinya di alam? berikut ini adalah beberapa cara yang bisa diterapkan:

Pertama, mengubah kebiasaan anak. Anak bisa dibilang pewaris masa depan. Merekalah yang menerima dampak terberat kerusakan alam akibat ulah manusia sekarang. Untuk itu tanggung jawab orang dewasa adalah memutus rantai keserakan terhadap alam. 

Langkah kecil bisa dimulai dengan memberi anak pemahaman akan bahaya polutan, semisal plastik pembungkus makanan. Plastik tidak boleh dibuang sembarangan. Penggunaan plastik harus terbatas, kalau tidak ada lagi bahan pengganti. 

Plastik tak ubahnya pembunuh berwajah imut. Karena, siapapun dengan ringannya membuang plastik semisal bungkus permen ke tempat sampah tanpa rasa bersalah. Meskipun plastik sudah sampai di tempat sampah, namun persolan belum selesai. 

Plastik akan melewati berbagai tempat singgah, bisa saja tercecer di selokan, kolam, sungai atau terpendam dalam tanah. Jika masuk ke saluran air, arah selanjutnya adalah ke sungai. Perjalanan akhirnya kemungkinan besar masuk ke lautan. 

Di lautanlah, muara dari semua sampah yang dibuang manusia. Jelas lautan akan tercemar, terumbu karang tidak sehat banyak organisme mati sehingga mengacaukan siklus kehidupan laut. Kalaupun plastik sudah hancur ternyata persoalan belum selesai karena mikroplastik akan terlihat sebagai makanan oleh ikan dan menjadi santapan ikan. 

Kalau ikan ditangkap oleh nelayan, maka akan menjadi konsumsi manusia di meja makan. Siapapun yang mengkonsumsinya, mikroplastik adalah zat berbahaya bagi kesehatan. Manusia akhirnya memanen apa yang dirinya tanam. Maka, anak-anak, harus mendapatkan pemahaman betapa merusaknya plastik bagi alam dan juga kesehatan manusia.

Kedua sampah harus di bawa pulang. Anak harus diajari sedini mungkin tentang pengelolaan sampah yang diproduksi individu. Produk sampah menjadi tanggung jawab pribadi, tidak boleh di bebankan ke orang lain apalagi terhadap alam. Misalnya, sepulang sekolah anak ditanya "Mana sampahnya Nak?" bahwa, sampah apapun harus dibawa pulang. Kalau belum terbiasa anak jangan di marahi, orang tua harus lebih sabar, terus mengulang dan memberi contoh dengan diselingi cerita betapa berbahayanya sampah kalau tidak dikelola. 

Kalau ada berita banjir, orang tua menjelaskan ke anak bahwa itu salah satu dampak orang buang sampah sembarangan. Betapapun repotnya, kebiasaan ini, hanya perlu ketekunan dan pengulangan yang pada akhirnya menjadi kebiasaan. Ketika mengajari anak maka orang tua juga harus berperan aktif memberi contoh, ingat! bahwa anak kecil adalah peniru ulung.

Ketiga mengajari anak untuk suka menanam tanaman. Berkurangnya vegetasi bisa menjadi sebab timbulnya banjir, tanah longsor dan juga semakin panasnya suhu bumi. Tanaman berperan sebagai komponen penyeimbang ekosistem yang berperan sangat vital. 

Maka, selayaknya manusia di Bumi suka memelihara pohon, bukan sebaliknya menebangi hutan untuk alasan pertumbuhan ekonomi bahkan untuk alasan memenuhi produk kebutuhan manusia. Waktunya setiap individu menyadari peran vital dari tumbuhan. Untuk itulah anak, harus diajari bagaimana menumbuhkan tanaman dan merawatnya. Merawat tanaman akan memunculkan rasa kepemilikan yang kuat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun