Beratnya beban dan tekanan hidup yang dialami manusia menjadi persoalan dalam hidup, sehingga banyak sebagian manusia yang melepaskan diri atas beban dan tekanan tersebut pada hal-hal yang tidak sebagaimana mestinya. Apa boleh buat semua dilakukan untuk lari menjauh atas kenyataan hidup. Hal tersebut merupakan kondisi realitas hidup  yang ada dalam kehidupan manusia, pertarungan antara kebutuhan dan keinginan senantiasa hadir dan selalu ada selama manusia hidup dan  ketika indera kita melihat ingin merasakan, mencoba dan menikmati apapun materi-materi yang ada disekeliling kita. Â
Ketika teman dekat mempunyai motor baru tiba-tiba ada hasrat ingin memiliki motor baru yang sama, sepertinya keren dapat memilikinya apalagi motornya ukuran besar dengan merk terkenal dari jepang. Tetangga merenovasi rumah ingin rasanya mempunyai rumah yang bagus yang lebih baik dari tetangga kita, bahkan saudara kandungpun memiliki sofa baru di rumahnya sepertinya kitapun ingin mengganti sofa yang lama dengan sofa yang baru.  Apapun materi yang menerpa, indera kita selalu menanggapi dengan hasrat-hasrat manusiawi dan selalu membayangkan materi-materi  yang ada disekeliling kehidupan kita, rasanya ingin menjadi jawaban-jawaban atas hasrat kita, hasrat sangat dominan dan menentukan dalam keseharian hidup manusia.  Hal ini selaras dengan pendapat Mulaya (2003) bahwa hasrat adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan perbuatan tertentu, yang muncul akibat ketertarikan pada bidang tertentu sekaligus merasa senang untuk melakukannya.
Namun fakta hidup yang harus disadari bahwa setiap kondisi kehidupan manusia berbeda dalam segala hal, perbedaan kondisi inilah yang memunculkan beragam hasrat yang dimiliki manusia. Apabila suatu hasrat diimbangi dengan kondisi kemampuan seorang manusia dan menjadi jawaban apa yang menjadi hasrat kebutuhan manusia, sepertinya tidak ada masalah. Hasrat muncul langsung dipenuhi dengan alat yang menjadi nilai tukar akan sebuah materi. Kondisi sebaliknya apabila suatu hasrat tidak pernah mendapatkan jawabannya atas kemampuan seorang manusia atau jawaban yang didapat manusia tidak sesuai dengan tuntutan hasrat, akhirnya kita sering melihat orang stress, gangguan mental (mental disorder). Namun akan terkesan lucu ketika penyakit-penyakit tersebut dibuat oleh kesengajaan kita, karena tidak mampu mengendalikan suatu hasrat.
Apabila kita mengenal aliran filsafat yunani abad 3 SM yaitu aliran Stoikos atau Stoa yang di gagas oleh seorang filosof bernama Zeno, kita mengenalnya dengan istilah stoikisme inti dari pemikiran Zeno adalah tentang kebajikan dalam hidup. Dimana seseorang dengan kontrol diri atau kendali mampu mengelola hidupnya dengan baik walaupun diluar dirinya banyak godaan-godaan yang akan mengganggu kendalinya. Menurut Hidayat ( 2023) Dalam filosofi stoicism, ada sebuah konsep yang mengungkapkan bahwa salah satu penyebab dari penderitaan kita adalah karena pikiran kita sendiri. Karena semua kejadian bersifat netral, maka semua kejadian yang kita alami ditafsirkan oleh pikiran kita sendiri, sehingga akan terbentuk persepsi baik atau buruk.Â
Dalam ajaran stoikisme menekankan bahwa apa yang menjadi kendali kita, harus kita kelola dengan baik walaupun diluar kita banyak hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan. Kita tetap harus fokus dengan kendali kita. Jelasnya kita mempunyai ukuran hidup yang kita miliki sesuai dengan kemampuan kita apapun harus kita jalani dengan ukuran kemampuan kita. karena ukuran kita pasti berbeda dengan ukuran yang dimiliki orang lain, bila hal ini dilakukan kita akan mendapatkan kebahagiaan makna dalam hidup.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI