Mohon tunggu...
AGUS SJAFARI
AGUS SJAFARI Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN FISIP UNTIRTA, KOLOMNIS, PEMERHATI MASALAH SOSIAL DAN PEMERINTAHAN

Mengajar, menulis, olah raga, dan seni khususnya main guitar dan nyanyi merupakan hoby saya.. topik tentang sosial, politik, dan pemerintahan merupakan favorit saya..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gen-Z dan Masa Depan "Generasi Galau"

3 Juni 2024   14:44 Diperbarui: 3 Juni 2024   14:46 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

GEN-Z DAN MASA DEPAN "GENERASI GALAU"

Oleh: Agus Sjafari*

Baru -- baru ini Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa hampir 10 juta penduduk Indonesia generasi Z berusia 15-24 tahun menganggur atau tanpa kegiatan (not in employment, education, and training/NEET). Bila dirinci lebih lanjut, anak muda yang paling banyak masuk dalam ketegori NEET justru ada di daerah perkotaan yakni sebanyak 5,2 juta orang dan 4,6 juta di pedesaan (Kompas.com, Mei 2024). Fenomena maraknya pengangguran di kalangan Gen-Z menjadi ancaman serius bonus demografi menuju Indonesia Emas 2045. Gen-Z adalah mereka yang lahir pada 1997 hingga 2012. Mereka yang rentang usianya 18-24 tahun, yang selesai lulus SMA, SMK atau mereka lulus perguruan tinggi.

Data di atas menunjukkan sebuah problematika yang sangat serius yang akan dihadapi Indonesia beberapa tahun ke depan. Generasi yang kita gadang -- gadang akan menjadi generasi emas Tahun 2045 sebagai bagian dari bonus demografi yang kita canangkan bersama. Tingginya pengangguran khususnya bagi Gen-Z akan menjadi beban tersendiri bagi negara kita ke depan.  Dampak yang akan ditimbulkan adalah tekanan mental bagi para Gen-Z itu sendiri yang mengakibatkan stress dan tekanan mental yang berkepanjangan. Hal tersebut tentunya akan berdampak kepada tekanan sosial dan ekonomi buat keluarga yang kemudian akan menjadi beban sosial bagi masyarakat. Hal yang sangat ditakutkan adalah akan berdampak terhadap semakin meningkatnya kriminalitas, tawuran massal, kekerasan sosial serta beberapa dampak negative sistemik lainnya yang ditimbulkan oleh pengangguran dari kalangan Gen-Z ini.

Generasi Galau

Gen-Z juga sering disebut dengan "generasi galau" dikarenakan tingginya beban yang ditanggung oleh mereka. Meskipun demikian, Gen-Z ini merupakan produk milenial yang sangat melek teknologi khususnya teknologi informasi. Di dalam otaknya sudah sangat terprogram sebuah jaringan yang sangat connect  dengan program -- program sistem digital atau sistem informatika yang sangat kuat. Dengan kuatnya relasi antara otak, mental, dan perilaku dengan sistem digital, mereka menjadi sangat ketergantungan dengan teknologi. Mereka sudah terbiasa berpikir cepat, kalkulatif, sistemik, terprogram, sehingga mereka tidak terbiasa melepaskan diri dari kehidupan teknologi. Dengan demikian mereka sulit untuk berpikir out of the box yang keluar dari aturan main teknologi digital.

Meskipun saat ini dunia dikepung oleh teknologi digital yang sangat canggih, namun pada dasarnya tidak akan pernah terlepas dari aspek sosial dan sisi humanity serta sentuhan sosial di dalam menuju kesuksesan dan kesempurnaan hidup. Tidak selamanya teknologi menjadikan kita sukses, ketergantungan yang tinggi terhadap teknologi menjadikan mereka tidak pernah mandiri dalam mencari solusi hidup. Kondisi ketergantungan terhadap teknologi ini menjadikan mereka "sangat manja" dan selalu berpikir instan. Seolah -- olah tanpa dibantu dengan teknologi, mereka akan "lumpuh" dan mati  kreatifitasnya.

Gen-Z saat ini menanggung beban yang sangat berat dikarenakan tantangan hidup dan persaingan yang sangat ketat. Tuntutan orang tua terhadap Gen-Z ini dimulai sejak pendidikan dasar, dimana mereka dilatih untuk mengikuti berbagai les atau kursus seperti les kemampuan bahasa, keterampilan komputer dan digitalisasi serta beberapa les dan kursus lainnya dengan tujuan mereka nantinya menjadi orang yang berhasil. Namun beban yang mereka pikul semakin berat, dengan label sebagai generasi yang produktif, mereka harus memikul beban ganda terutama di urusan prestasi yang tinggi dan selanjutnya memikul beban finansial untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.

Beberapa kelemahan dari Gen-Z ini adalah mereka memiliki keterbatasan dalam keterampilan sosial, mereka sangat individualis dan pada akhirnya mereka lemah dalam bekerja sama atau membangun team work yang kuat. Mereka lebih senang untuk bekerja sendiri dan mandiri sehingga tingkat kepedulian dan kepekaan sosialnya sangat terbatas.

Dunia kerja meskipun menuntut adanya keterampilan tehnis dalam bentuk keterampilan teknologi dan bahasa sangat membutuhkan adanya keterampilan sosial dan keterampilan membangun komunikasi, jejaring dan mampu berkolaborasi dengan semua kalangan. Dunia kerja terutama dalam kegiatan bisnis tidak akan berhasil dengan bekerja sendiri, melainkan mereka yang memenangkan persaingan adalah mereka yang mampu memabangun jejaring dan mampu membangun kolaborasi yang kuat. Keterampilan teknis sangat diperlukan untuk berkompetisi, namun yang lebih besar lagi bahwa keterampilan sosial, kemampuan komunikasi, dan keterampilan organisasional dibutuhkan untuk keberhasilan kolaborasi yang akan menunjang terhadap keberhasilan individu dan organisasi.

Hal negatif yang ditengarai terjadi pada Gen-Z  ini adalah mereka tidak memiliki mental yang kuat, bahkan ada kecenderungan "manja dan bermental tempe". Dengan tantangan dan kompetisi dunia yang maha berat ini, maka kekuatan mental juga menjadi kekuatan utama menuju kesuksesan dalam bekerja atau membangun bisnis. Setiap pengusaha atau entrepreneur sejati tidak ada yang instan, melainkan mereka sudah sangat kenyang terhadap kegagalan. Namun hal positif yang diambil dari beberapa kegagalan tersebut adalah mencari solusi dan selalu memperbaiki hal -- hal yang membuat mereka gagal itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun